Rabu, Desember 31, 2014

Kamu Malam Itu

"Yuk, kita pindah"
Tanganmu meraihku, membimbing menuju ruangan lain yang lebih sepi dari ruangan penuh canda tawa ini.

Aku tak menjawab. Hanya mengikuti perintahmu dan berjalan dengan sedikit oleng rasanya disetiap langkah.

Kau membuka pintu, bau stella yang tergantung sedikit menusuk hidungku. tanpa aba-aba langsung aku berbaring di kasur. Ruangan yang sangat berantakan, tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Sejenak mataku terpejam. Entah berapa lama. Yang jelas, ketika aku membuka mata, ruangan ini sudah tidak seperti tadi, dan kau masih sibuk merapikan sesuatu di atas meja.

Aku hanya tersenyum menyaksikanmu.

"kamu tidur gih"
Kau berbalik dan mendekat, lalu duduk tepat di samping kepalaku sambil bersandar di dinding.

"Kamu balik kesana aja, aku gak apa-apa kok" 

"Nggak, aku disini nemenin kamu"
Jawabanmu membuat aku sangat ingin memelukmu.

Malam yang indah di tengah derita yang menyiksa. Mataku kembali terpejam saat kau mengusap-usap rambutku yang basah karena keringat dingin. Terima kasih banyak. Ini adalah waktu dan keadaan yang membuat aku tidak bisa lagi melupakanmu.




Senin, Desember 29, 2014

Senada dan Seirama

Mungkin itulah kata yang tepat. Kita sama-sama paham bahwa jalan yang kita tempuh berbeda. Kita berseberangan kalau aku boleh menilai. tapi sesuatu hal mendekatkan kita. Entah itu darimana mulanya, yang pasti kita sekarang mulai saling memahami, saling mengerti dan sepertinya juga semakin akrab saja. 

Lalu dengan langkah kita yang tidak senada? Bukan tidak senada, mungkin lebih tepatnya belum seirama. Suatu saat waktu juga akan mengerti jikalau kita sebenarnya harus bersama, dia juga pastinya akan merelakan. Tidak sekarang, tetapi suatu saat nanti. Saat dimana waktu benar-benar siap dan merelakan kita untuk bersama. Sekarang cukup untuk saling tersenyum saja melihat dari jauh, dan memandang dengan mata yang menatap sangat dalam, menunggu hingga keadaan membuat langkah kita senada dan seirama

Minggu, Desember 28, 2014

Perhatianmu

Setidaknya terima kasih untuk perhatianmu. Bukan aku tidak senang, hanya saja sedikit ketakutan berhembus di daun telingaku saat perhatianmu tercurah. Dan kau mulai benar-benar mengerti apa yang aku rasa. Meski tak semua, beberapa hal sangat kau pahami tentang aku. Lalu pertanyaan muncul, sampai kapan kau (kita) akan bertahan seperti ini?? Takkan selamanya kurasa. Ada rasa takut jika dalam waktu dekat langkah kita akan tersilang, tujuan kita akan berbeda dan cerita kita akan berakhir.

Kamis, Desember 25, 2014

Setia dengan Senyum


"Ini kita?"
"Ya, itu adalah kita"

Sekedar bukti yang menyatakan bahwa kita pernah bersama. Setidaknya sedikit cerita bisa kita bagikan pada anak cucu kelak. Pun seandainya jika kita mesti berpisah karena suratan takdir yang tidak menginginkan kita untuk bersatu. Jujur saja aku tak merasa yakin akan semua ini. Tapi entahlah, mungkin keadaan yang sedang drop mempengaruhi hati yang mulai terkena serangan depresi. Pikiranku melayang entah kemana, kadang timbul keinginan untuk segera lari sejauh mungkin, mencari tempat baru dan melupakan segala yang pernah terjadi.

"Dimana untaian kata yang dulu bersenandung merdu memberi kenyamanan?"

Mungkin sudah lenyap termakan keadaan. Kita yang selama ini bersama bukanlah keadaan dimana kita seharusnya melangkah. Kita berada di bawah bayang-bayang. Kita tak pernah berdiri sendiri. Kita selalu terkontrol oleh mereka.

"Lalu maksud dari semua ini?"

Tidak ada maksud khusus. Hanya sedikit curahan hati yang lelah termakan waktu dan mulai dilanda kebosanan, mungkin.

"Jadi?"

Biarkan jenuh mengambang di udara, biarkan bosan melayang hingga lenyap, biarkan pengertian muncul menghampiri, terima kedatangan setia dengan senyum, dan tetaplah disini meski hati pernah tergores luka.

Salam hangat untukmu wahai kau cerita hidupku ;-)

Selasa, Desember 23, 2014

Kita (Dan) Teman

Mungkin sudah saatnya kita mencoba untuk mejalani apa yang kita rajut secara mandiri. Bukan maksud mengesampingkan apalagi melupakan mereka yang menjadi medium dalam pertemuan kita. Sadarilah bahwasanya terkadang kita memang sama sekali tak bisa lepas dari jasa orang lain, tetapi juga harus kita pahami beberapa hal kecil yang mungkin dampaknya cukup besar. Kadang Tuhan hanya menyisipkan mereka untuk waktu dan keadaan tertentu saja. Ada kala mereka hanya bertugas sebagai penghantar. Dan itulah sebenarnya keadaan yang terjadi hari ini. Kita telah bersama, namun sama sekali tak bisa lepas dari bayang mereka. Dalam diam aku berpikir, bertanya pada diriku sendiri yang sudah pasti tak tahu cara menjawabannya. Apa makna Relationship antara aku dan kamu? Mengapa seolah rasanya kita tak berkutik saat sedikit suara mereka bersebrangan dengan kata hati salah satu dari kita? Dalam keadaan begini aku merasa kita bukanlah Relationship dalam konteks kebersamaan sebagai kekasih seperti yang orang lain anggap. Kita hanya teman yang terlalu dekat dan terlalu takut untuk melangkah mengikuti kata hati. 

Sabtu, Desember 20, 2014

Saksi

Ingin kukatakan pada pohon trembesi yang dulu menjadi saksi kita, aku semakin sayang dan rinduku semakin tak tertahan saat tak bertemu. Juga rasa cemburu buta yang semakin menebal. Setengah hatiku ingin terus bersama untuk menghabiskan waktu, namun setengah hati lainnya juga harus menyadari bahwa kota ini bukan tempat yang tepat. Ada hawa nafsu yang terus menggerogoti kesucian hati yang dulu terikrar. Ingin sekali rasanya untuk mengadu dan bercerita pada pohon itu. Dulu sedikitpun tak terniat, tetapi cinta, rindu, sayang dan nafsu membelenggu semuanya. Terasa butiran air mata jatuh ke tanah saat melewati pohon kesaksian dan teringat kisah enam bulan lalu. Bermohon agar apa yang dulu terasa bisa kembali hadir seutuhnya. Cinta dan sayang yang berbalut rindu dihiasi rasa percaya dan pengertian, jauh dari aliran nafsu yang terus mengalir seiring waktu yang tiada berhenti

Rabu, Desember 17, 2014

TanyaKu

Ingin kutanyakan saat kita bertemu empat mata, dan tidak hanya sekedar jawaban. Aku menginginkan jawaban yang benar-benar dari apa yang kau rasa. Apa yang hatimu rasakan itulah jawaban dimulutmu. Sayang sekali tak banyak waktu yang dapat mempertemukan kita secara serius. Entah kapan pertanyaan itu dapat terucap, sama sekali aku tak memiliki bayangan. Entah dalam situasi apa nantinya mulutku akan berucap, entah dalam kondisi bagaimana kita saat pertanyaan itu terlontar. 

Masih kusimpan rapat pertanyaan itu. Aku ingin pertanyaan itu kau dengar langsung dan aku juga langsung mendengar jawaban darimu. Tanpa terbata-bata, tanpa keraguan di sela kata yang mengalir dan dengan ekspresi kaget seolah tidak percaya. Bisa saja sebenarnya kutanyakan pada mereka yang terbilang dekat denganmu. Namun jawabannya tak akan sesempurna untaian kata dari bibirmu. Memang lebih baik aku bersabar sejenak hingga kita punya sedikit waktu untuk saling bertatap. Saat itulah nanti aku mendengar jawaban tanpa tekanan yang benar-benar datang dari dalam hatimu.

Jumat, Desember 12, 2014

Waktu Kita

Bahkan untuk saling bertatap muka saja kita harus berjuang keras terlebih dahulu. Tak seperti perjuanganku untuk mendapatkan kamu dulu dimana aku hanya perlu berucap beberapa kata sebelum akhirnya kita saling memiliki. Dan kini semua seolah dibalas. Kita tidak menjalani hubungan jarak jauh, bahkan kita setiap hari beraktifitas di tempat yang sama. Hanya saja memang kesibukan membuat semua menjadi tak ceria. Untuk sekedar melihat senyummu secara langsung saja adalah hal yang sangat langka. Itulas situasi yang ada. Seharusnya kita bisa bertemu setiap hari, tetapi apa yang terjadi harus kita maklumi. Tidak mudah, karena hati selalu saja merasa ada yang kurang saat sedikit kesempatan untuk bertemu malah terlewatkan oleh hal-hal yang tidak pernah terduga. Entahlah dengan apa yang kau rasa. Di sini aku merasa sedikit tumor menggerogot keceriaan hati karenanya.

Rabu, Desember 10, 2014

Benang

Minggu dimana cerita kita mulai seperti benang kusut yang sulit dirapikan. Untung saja ujung dan pangkalnya masih dapat ditemukan sehingga kita sama-sama tahu bagaimana mengatasinya. Mungkin saja suatu saat benang itu benar-benar kusut dan tak bisa dirapikan. Tetapi pasti ada cara untuk menyelesaikannya. Ada ujung dan pangkal. Ada sisi yang harus kita pegang erat untuk tetap berada pada jalur kesetiaan. Besar kemungkinan pegangan itu akan terlepas, juga sangat memungkinkan keeratannya tetap terjaga. Sejauh mana kita saling mempengaruhi terhadap jiwa masing-masing, sejauh itulah kita akan tetap bersama dalam ceria dan air mata

Minggu, Desember 07, 2014

Ada

-Pukul Sepuluh malam-

"masih kesel?"

Aku hanya diam, bahkan tidak menoleh.

Diam kembali menyelimuti setelah pertanyaan itu. Bahkan suara binatang malam hanya terdengar sesekali. Mungkin mereka mengikuti irama hati kita yang sedang beku terbakar amarah.

5 menit kita dalam keadaan diam. Perlahan aku merasa ada sesuatu yang melingkar di leher. Menarik tubuhku dan membuatnya sedikit condong ke kanan. Bau khas perempuan mulai menusuk hidungku. Bau yang sangat aku sukai.

"Kamu kenapa?"

Suara itu berdesir sangat lembut ditelingaku dan aku hanya diam.

Kau mendekapku karena aku tidak bersuara. Terasa ubun-ubunku baru saja dikecup. Dan aku tetap saja diam. Beberapa saat kau biarkan aku bersandar di dadamu. Sambil kau terus mendekap dan membelai rambutku.

"Maaf"

Hanya kata itu yang kembali keluar dari mulutmu, yang akhirnya membuatku tergugah. Aku mendongak. Jarak kita sangat dekat sampai bisa kurasakan hembusan nafasmu.

Setengah sadar aku balas memeluk tubuhmu yang sedang mendekapku. Aliran kehangatan terus mengalir, mengusir dingin di malam yang sedang gerimis.

"Aku temani kamu, kalau kamu mau"

Suaramu berbisik ditlingaku

Lalu kita keluar ditengah gerimis yang sejam kemudian mereda.

"kamu yakin?"

Satu sisiku tidak tega melihatmu harus berada di jalanan saat larut malam. Namun tak dapat kutepis keinginan bahwa aku masih ingin bersamamu di singkatnya waktu pertemuan kita.

Kau tersenyum dan itu membuatku yakin.

Tidak hanya yakin kalau malam itu kau akan menemaniku sampai matahari terbit. Tetapi juga yakin bahwa saat kita bersama kau benar-benar ada untukku.

-Terima kasih untuk semuanya-



Emosi

Sedikit cerita hadir dalam perjalanan cinta yang kurang lebih menginjak masa bulan ke Lima. Entah mengapa hari itu, Jumat kelabu yang berkawan rintik hujan menghiasi hati yang tengah dilanda galau. sebuah ruangan kecil kumasuki untuk menenangkan hati yang tengah berkecamuk. Mungkin akibat rasa rindu karena sudah lebih seminggu tak berjumpa. Dan itu sangat menyiksa. 

Ada kesempatan besar untuk kita bertemu ketika itu, sayang sekali kau terlalu bermain-main dengan semuanya. seolah tidak memahami dan tidak peduli akan rasa rindu yang tengah menyiksaku. Jujur saja itu terlalu membuatku kesal dan sedikit demi sedikit memunculkan amarah. Ada pikiran yang muncul di hatiku bahwa kau mulai mencoba untuk mempermainkan aku. Terlihat kau seperti mulai jenuh dan ingin lepas dari bayangku. Antara percaya dan tidak aku terus menerus menahan emosi yang terus naik ke ubun-ubun.
Dalam sedikit waktu di akhir kesempatan kita untuk bertemu, akhirnya kau datang. Sayang sekali aku sudah benar-benar tak kuasa menahan marah. Rasa kesalku membuncah dan tak ingin ditemui siapa pun. Tiba-tiba kau masuk, langsung duduk disampingku seperti biasa. Ingin aku meluapkan amarah saat itu juga, namun rangkulanmu membuat semuanya tertahan. layar laptop tiba-tiba meredup, seakan mempersilahkan untuk kita bicara. sayang sekali tak banyak waktu karena jam bertamu sudah habis dan kau diharuskan untuk segera angkat kaki
.
Sekitar Lima belas menit aku berada dalam rangkulanmu. Memang terasa sangat nyaman dan hangat, namun emosi tak bisa sirna begitu saja. Aku menatapmu saat kunyatakan apa yang hatiku tengah rasakan. Ya, itulah aku yang tidak ingin punya rahasia lagi diantara kita. Akan langsung kukatakan ketika ada sesuatu yang mengganjal di hati. kadang mungkin membuatmu kecewa, tapi ya sudahlah, aku rasa itu lebih baik daripada menutupinya. Toh belakangan juga pasti akan terungkap.

Sedikit terasa lega tepat setelah aku mencurahkan segala emosi dan kesal yang menggondok di hati. Terlihat wajahmu yang tampak sedikit lelah. Wajah imut yang sedikit dirasuki rasa bersalah. Jujur aku tidak tega, tapi apa boleh buat, hari itu mungkin kita sama-sama berada dalam keadaan bersalah. 

Tak ingin lagi aku keluar dari pelukanmu. Mencium bau khas dari tubuhmu, terkena deraian rambutmu yang hitam lurus, tajam menusuk wajahku. Dan juga kecupanmu yang mendarat di pipi kiriku sebagai ungkapan maaf atas semua yang terjadi hari ini. Ah, kau benar-benar mampu mengendaalikanku. 

Kamis, Desember 04, 2014

Makna

Percayalah, ini bukan hanya tentang jahatnya dunia berperilaku. Sedikit ketegasan harus hadir dikedalaman hati yang paling dasar bahwasanya sama sekali tak terbayang akan apa yang telah berlalu. Harus terang-terangan mulutku berkata, terserah percaya atau tidak, yang pasti maknailah sendiri dengan pikiran yang sudah mulai menginjak kepala dua. Jujur, ada ketakutan akan kehilangan jika keadaannya terus begini. Relung hati hanya menginginkan sebuah ikatan yang membuat kita benar-benar tak bisa berpisah. Sejujurnya aku sudah menutup pintu hati untuk yang lain. Di luar sana banyak godaan yang hanya dalam satu kerdipan mata dapat membuat kita berpaling, kehilangan, lalu berujung pada pertengkaran tiaada akhir bahkan hingga deraian air mata yang sulit terhapus. Renungkanlah agak sejenak makna dari beratnya kata dalam goresanku. Ini bukan kemauanku semata, ada yang lebih berpengaruh di sini. Bahwa sesungguhnya aku merasa ketakutan seandainya suatu saat nanti, entah besok, lusa, atau kapanpun, tiba-tiba matamu tertutup untuk melihat tulusnya hatikuku.

:>)

Ada kegalauan yang tiba-tiba datang merasuk. Pernah hati merasa ragu untuk meneruskannya, melihat semua yang terjadi di depan mata, ingin rasanya untuk mundur saja dan pergi menyendiri. Lalu sekarang semua berubah, semua berbalik. Tak setitikpun ada keinginan untuk beranjak. Terlalu nyaman rasanya di sini. Ada seseorang yang senyumnya selalu tertinggal, sorot matanya yang tak terlupakan, dan suara lembutnya yang selalu terlantun di telinga. Ada belaian mesra yang memberi kehangatan. Ada bau khas yang membuat tubuh merasa sangat betah untuk selalu menempel. Hingga akhirnya ada rindu yang selalu muncul di detik-detik perpisahan.

Selasa, November 25, 2014

Buruk

Bajingan, itulah aku hari ini. Tak kupahami secara jelas sebenarnya apa makna dari kata yang selalu berekspektasi ke kiri itu. Tetapi setidaknya aku memahami bahwa bajingan adalah sebutan untuk menghujat seorang yang tidak punya hati, seorang yang tidak memiliki peri kemanusiaan. Lalu mengapa? Ingin kubeberkan, namun disini bukanlah tempat yang baik untuk mencurahkannya, biarlah hatiku sendiri yang merasakan betapa buruk tabiatnya, dan biarlah hanya Tuhan dan mereka yang menjadi saksi yang tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. 

Maaf saja mungkin tak akan cukup. tetapi paling tidak aku sudah mencoba untuk menghapus setitik demi setitik keburukan yang ada. hanya saja aku belum bisa lepas sepenuhnya dari belenggu kebejatan dunia yang terus merasuki.

Selamat Pagi Cakrawala

Setiap hari kita berkomunikasi, dan dalam beberapa hari terakhir ini bahkan di mulai saat pagi masih diselimuti dingin, saat mata baru saja terbuka dan saat otak belum mampu bekerja secara maksimal. Dan pagi yang indah mulai terus berjalan, pun demikian dengan komunikasi kita yang juga terus mengikut seiring semakin tingginya pangeran siang bertahta. Satu hal kecil, sadarkah dirimu? Bahwasanya disetiap pagi kita, tak pernah sekalipun ucapan selamat pagi muncul dariku untukmu, ataupun sebaliknya, sama sekali tak pernah ada ucapan selamat pagi untuk dunia. Pembicaraan kita langsung tertuju pada topik yang akan dibahas tanpa sedikit pembukaan sebagai penarik diri untuk tersenyum dan saling memikirkan. Tapi biarlah, ada hal yang jauh lebih penting daripada sekedar ucapan selamat pagi. Apa? Ya, itulah dirimu :-)

Minggu, November 23, 2014

Jenuh Menjelma, Bosan Merasuk

Sedikit aku takut membayangkannya ketika situasi seperti ini datang. Saat rasa sayang masih berada di ubun-ubun, tiba-tiba kata itu mengalir dari mulutmu. Memang bukan hari ini, tapi suatu saat nanti pasti akan terjadi. Akan menjelma sebuah kejenuhan, menyelimuti hati yang dulu penuh cinta.

Lalu bagaimana menyikapinya? Banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukan. Tapi entahlah mana yang terbaik. Jika dipaksakan untuk terus bertemu dan bertatap, banyak api amarah dan pertengkaran yang akan merasuk. Namun jika pertemuan tak terjadi, ada ketakutan bahwa akan masuk hati lain dan berusaha memisah hati kita.

Aku hanya berharap kita sama-sama dapat berpikir jernih untuk menyikapinya. Apa yang terjadi adalah sesuatu yang memang seharusnya terjadi. Tinggal hati yang akan bertindak, sejauh mana kedewasaannya mampu mempertahankan cinta kita

Jumat, November 21, 2014

Zona Bosan

Mungkin kita akan pernah merasakannya suatu saat nanti, atau bahkan sudah mulai ada benih-benihnya sekarang. Dan saat dimana kita masih bisa berpikir jernih seperti detik ini, aku ingin sebuah komitmen yang benar-benar bisa mengikat untuk salah satu dari kita tidak ada yang akan melangkah lebih dulu. Sekaranglah waktu terbaik, saat kita belum masuk terlalu jauh tanpa sebuah komitmen, karena akan sangat menyedihkan jika keadaan memang membuat kita harus berpisah nantinya. 

Kamis, November 20, 2014

Makna 'Kita'

Akhir dari gesekan yang terjadi malam itu, kita melangkah menyusuri jalan kampus yang diterangi lampu kuning berjejer sepanjang jalan. Kita bersandar saat menemukan tempat yang pas, tidak ramai, tidak diterangi cahaya, juga tidak terlalu gelap. Disana kita bicara, mengeluarkan segala uneg-uneg dan gondok yang menyiksa hati, sambil memandang megah dan mewahnya bangunan yang ada di hadapan kita. Kita berbicara tentang arti 'Kita' yang sebenarnya. 

Tiba-tiba sebuah rangkulan mendarat dengan lembut, melingkari leher dan membuat aku sedikit tertunduk. Tertangkap jelas oleh mataku, kau tersenyum saat melakukannya, seolah kau mengajak aku rebah di pangkuanmu. Sedikit aku pahami bahwa kini kau tak lagi bisa lepas dariku, rasa sayangmu sedang berada di puncak dan kau berharap aku adalah benar-benar adam yang akan menemanimu setiap waktu.

Perlu kau tahu bahwa saat itu pun aku merasakan hal yang sama. Pertengkaran kemaren adalah titik balik dari apa yang kurasakan. Betapa aku kini telah mulai hilang kendali dan menginginkan melewati hari selalu bersamamu.

Selasa, November 18, 2014

Aku Cemburu

Beberapa sifat baik yang kau miliki, dan sejujurnya aku tak terlalu menyukai itu. Ada benarnya kata mereka bahwa kau adalah kebaikan dari salah satu sifat yang dimiliki setiap insan. Kepedulianmu tinggi, toleransimu mengagumkan, dan pengertianmu pada mereka sangat luar biasa. Jujur aku merasa dinomorduakan oleh kebaikanmu yang sebenarnya sulit ditemukan pada orang lain itu. Ada rasa cemburu pada mereka, tiba-tiba saja melambung dan membuatku merasa sangat iri. Kadang aku berpikir lebih baik menjadi temanmu saja, sehinnga sama seperti mereka yang tak pernah lepas dari hidupmu. Satu-satunya hal yang membuatku senang adalah janji yang sempat terucap disela-sela keakrabanmu dengan mereka, "Dalam waktu yang sangat terbatas itu, saat kita berdua, seutuhnya aku akan ada untukmu"

Mereka (Hanyalah) Medium

Suatu kewajaran saat bibir tipismu berkata "aku ragu akan semua ini". Tak bisa dipungkiri bahwa seandainya aku berada di posisimu pun hal yang sama mungkin akan terucap. Ada banyak fakta yang mendukung mengapa kata-kata itu mengalir. Awal kedekatan kita yang seolah tanpa perjuangan adalah salah satunya. Percayalah, meski kita didekatkan oleh 'orang lain', tetapi rasa yang kupunya adalah rasa yang tulus. Tiada sandiwara di balik semuanya, dan tiada kebohongan karena ini sebenarnya adalah kejujuran hati yang mulai terkuak. Bahwa aku mencintaimu bukan karena mereka, dan mereka (hanyalah) medium yang mempertemukan cinta diantara dua hati yang terpisah.

Jumat, November 07, 2014

Kau Kita Mereka

Habiskanlah waktumu sebanyak mungkin bersama teman-temanmu, tidak akan pernah ada larangan dariku. Di sini aku akan tersenyum menyaksikanmu dalam keceriaan. Tertawa dan bahagialah bersama mereka. Luapkan semua isi hatimu dan lakukan apa yang ingin kau lakukan bersama mereka. Tetapi satu permintaanku harap kau kabulkan. Ketika kau ada di sisiku, ketika kau berada di sampingku, ketika kita tengah bersama, curahkanlah segala perhatianmu kepadaku. Hempaskanlah dirimu dalam dekapanku. Hanya beberapa saat, dan dalam sesaat itu aku ingin kau benar-benar ada untukku. 

Kamis, November 06, 2014

Biarkan Jadi Misteri

Hingga detik ini, masih menjadi pemikiran dan tanda tanya besar di benakku akan keputusanmu beberapa bulan yang lalu. Jelas masih membayang di bawah pohon ketika magrib baru saja berlalu, kau tersenyum saat aku menyatakan cinta. Sungguh aku tak berharap banyak ketika itu, hanya sekedar melepas beban sebelum waktu dua bulan benar-benar memisah kita. Aku sadar siapa aku, dan juga aku paham siapa dirimu, rasanya tak mungkin untuk berada dalam langkah yang seirama. Tetapi, mungkin cinta yang mempertemukan kita dan memaksa kita untuk melangkah dalam irama yang senada. Dan satu pertanyaan itu, sampai kini tak kutemukan jawabannya, alasan dibalik hal yang kini terjadi. Alasan mengapa kau bisa berada dalam langkah dan nada yang seirama denganku. Dulu aku berpikir semua akan terjawab seiring waktu yang terus berjalan. namun tak ada titik terang bahkan hingga kini. 

Besar rasaku untuk bisa mengetahuinya, tetapi ada suatu pelajaran yang dapat kupetik dari cerita ini. Terkadang ada beberapa hal yang mungkin sebaiknya tidak kau ketahui. Meski penting, biarkanlah hal itu menjadi sebuah rasa penasaran yang terus menjadi misteri tak terungkap. Biarkan ia menjadi penghias sadarmu, menemani langkah dalam hari-harimu.

Selembar Pemikiran

Bukan aku menginginkan hubungan ini berakhir, tetapi logika juga tak mau kalah dalam kehidupan dunia nyata zaman ini. Selembar pemikiran yang hingga sekarang belum tuntas masih tergeletak. Hanya sebuah pertanyaan kecil yang seharusnya tidak perlu terucap, tapi cukup penting untuk diutarakan. Ketika kita bersama, ketika kita menjalin sebuah ikatan, ketika kita terikat dalam suatu kebersamaan, apa untungnya bagimu? Apa feetback yang kau dapat hingga kau rela?? Adakah yang kau butuhkan dari hubungan ini? Bukankah hubungan ini hanya mempersempit langkahmu dan membuat dirimu semakin susah bergerak? Tak habis pikir, apa yang kau harapkan dariku? Kau tahu aku hanya seorang yang terdampar jauh dan hidup dalam kesendirian di sini. Apa hal yang kau dapat ketika bersamaku? 

Selasa, November 04, 2014

City of Light

Lampu malam kota yang begitu indah, seindah cinta yang hadir diantara kita. Kerlap kerlipnya memberi arti lain dari apa yang sedang kita tatap. Nun jauh di bawah sana dan kita menyaksikannya dari ketinggian. Hanya hal sederhana, kemudian bergabung hingga membentuk suatu estetika yang indah dan romantis. Seperti itulah adanya cinta yang ku dapat saat mengenal dirimu. Berawal dari hal-hal sederhana, kemudian terus menghias hari hingga akhirnya merangkai sebuah rasa.


Men-Tuhan-kan Cinta

Berlayar dalam indahnya dunia bertemankan segenggam cinta dari yang terkasih, menjadi landasan dalam langkah yang terus bergerak maju. Mengikuti alur dunia yang semakin kejam, bersaing dalam kerasnya kehidupan, mengendalikan dinginnya waktu yang tidak pernah mau berkompromi. Mencoba menjadi yang terhebat diantara desakan-desakan yang terus menghujam. Berusaha menjadi yang terbaik dari serangan-serangan hujatan yang terus mencerca. Satu kekuatan yang mampu mengalahkan semuanya. Cinta. Cinta yang ikhlas dan berlandas ketulusan. 

Tak dipungkiri, aku hanyalah manusia galau yang sedang tergila-gila pada cinta. Men-Tuhan-kan cinta dan menganggap solah cinta adalah satu kekuatan yang mampu mengalahkan semuanya. Terlepas dari itu semua, cintalah yang membuat senyum ada saat pagi mulai menjelang, cintalah yang membuat tidur benar-benar lelap kala rembulan muncul. Juga cintalah yang menguatkan untuk berjalan di tengah teriknya pangeran siang yang menguasai dunia.

Senin, November 03, 2014

Bayang

Bukan kau yang tidak bisa berpaling, tetapi akulah yang kini tidak bisa lepas dari bayangmu.  Adalah suatu kenyataan bahwa aku telah sepenuhnya jatuh hati pada seseorang, itulah dirimu. Dan Untukmu, teruslah kau tersenyum saat berada di sampingku. Itu adalah semangatku, semangat untuk membuatmu lebih bahagia

Jumat, Oktober 31, 2014

Mengumpulkan Rindu

Lama rasanya tak berjumpa, lama rasanya cinta mengendap. Tatapan mata yang tidak bertemu justru mejadi alasan untuk hilangnya rasa rindu. Tak begitu bergejolak rasa di hati, ada fokus yang lebih utama dan mungkin itulah penyebabnya. Hanya kabar yang kini aku butuhkan, bahwa dirimu baik saja meski kita terpisah sementara. Ada hal yang lebih penting dari sekedar pertemuan kita, cukup beri kabar dan yakinlah bahwa aku tidak akan melangkah pergi. Ada saatnya nanti kita bertemu setelah semua kerinduan terkumpul. Akan kita curahkan semuanya dalam kemesraan. Ada belaian yang akan menyentuh, ada senyum yang akan datang juga ada kasih yang akan memberi kemanjaan. 

Senin, Oktober 27, 2014

Sempurna

Kadang hati merasa pertemuan yang terlalu sering juga tak begitu baik. Sangat rawan rasa bosan datang menyentuh karenanya. Meski rasa rindu selalu bergejolak untuk selalu ada waktu saling bertatap, ada baiknya ditahan sementara hingga rasa rindu itu terkumpul dan keluar semua saat pandangan kita kembali bertemu. Hanya butuh keyakinan dari dirimu untuk setia menjaga apa yang saat ini tengah kita rajut. 

Ada saat dimana rasa jengkel datang saat tak ada dirimu. Secara langsung kita memang tak pernah mengikrarkan komitmen untuk selalu bersama, tetapi ikatan yang kini ada diantara kita adalah wujud dari komitmen itu. Tidak akan ada orang ketiga yang hadir di tengah-tengah kita. Itu adalah hal yang paling menakutkan. Betapa sangat tidak menyenangkannya ketika suatu hari nanti seorang datang dan melepas genggaman tangan kita. Terlebih orang yang juga sama-sama kita kenal. FUCK IT**

Ada rasa takut kala membayangkan hal itu terjadi. Rasa yang ada kini telah tumbuh dan dapat dipastikan tidak ada sedikitpun kerelaan untuk melepas. Tiada lagi keraguan untuk memilih, dirimu adalah yang didamba, meski mungkin diluar sana banyak hawa yang jauh lebih baik, tetapi dirimu adalah segalanya. Tidak ada alasan lagi untuk berpaling, aku adalah ketidaksempurnaan yang akan sempurna saat hidup bersamamu.

Sabtu, Oktober 25, 2014

Kita

Tak harus selalu bertatap muka, cukup dalam beberapa waktu, tetapi disaat itu kita benar-benar ada untuk satu sama lain. Kau ada untukku dan aku ada untukmu. Cukup pahami komitmen yang sebenarnya tidak pernah kita buat. Aku milikmu dan kamu milikku. Sebaik mungkin kita akan berusaha untuk menajalaninya.

Dalam manjaku setiap kita bertemu, aku selalu berpikir bahwa dirimu adalah yang terbaik. Memang masih banyak diluar sana, tetapi percuma jika tak bisa saling mengerti. Kau pun mungkin berpikir demikian. Ada banyak adam yang jauh lebih baik di luar sana. Tetapi takdir Tuhan telah berkata bahwa ketidaksempurnaan yang kini ada dihadapanmu akan menjadi sempurna saat tangan kita saling menggenggam.

Mungkin saja beberapa tahun lagi jarak akan menjadi pemisah raga kita, tetapi aku tak pernah berpikir bahwa hati kita juga akan mampu terpisahkan olehnya. Aku telah terlanjur menutup hati untuk yang lain, meski kadang ada yang coba menerobos. Namun percayalah mereka tak punya kekuatan saat senyummu hadir dalam bayangku.

Sabtu, Oktober 11, 2014

Kecelakaan Cinta

Entahlah dengan yang namanya cinta. Keraguan itu mulai muncul ketika komunikasi dan pertemuan mulai terhambat. Juga faktor lain yang juga mencoba untuk masuk. Dalam waktu yang bersamaan semuanya menyerang cinta yang awalnya indah, perlahan keindahannya memudar, semakin surut dan akhirnya tak tahu lagi seperti apa wujudnya kini. Untuk kesekian kalinya waktu menjadi kambing hitam atas semua kecelakaan cinta. Banyak cerita yang terukir, juga banyak luka yang meninggalkan gores.

Banyak orang berkata bahwa "Yang Spesial dengan Yang Dekat Itu Berbeda" tetapi fakta bahwa "Yang Spesial Akan Tergantikan Oleh Yang Selalu Ada" juga tidak kalah hebat mengoyahkan prinsip-prinsip kesetiaan akan cinta. Sedikit maaf terlampirkan atas keraguan yang muncul. Namun juga tak dapat kudustai bahwa itulah perasaan yang tengah merasuki hati.

Jumat, Oktober 10, 2014

Waktu dan Cinta

Besar keinginan untuk menghabiskan waktu hanya berdua, berpadu kasih dan saling bertingkah manja, memberi kecupan sayang sebagai tanda bahwa kita adalah sepasang insan yang telah bersama. Sayang sekali keadaan belum berpihak pada hubungan yang tak begitu jelas awalnya ini. Lubuk hati menginginkan sedikit waktu yang benar-benar ada untuk sebuah kemesraan.  Sebuah permohonan ketika rindu menyerang selalu tersurat agar waktu menghilangkan sedikit keegoisannya. Menyembunyikan keangkuhannya hingga ada kesempatan untuk menatap lebih lama. Sorotan matanya yang selalu membawa rindu adalah daya tarik yang membuat cinta terasa begitu tulus. Tak banyak dengungan suaranya yang keluar untuk berkata "Aku rindu kamu".  Juga sangat jarang ia mengatakan ingin bertemu. tetapi semua tampak jelas tatkala dalam sedikit kesempatan saat berada di depan beberapa pasang mata, sikapnya tak bisa berbohong atas apa yang hatinya tengah rasakan. 

Dapat disimpulkan oleh hati yang tengah bergumul dengan kegalauan bahwa waktu adalah musuh utama cinta. tak pernah ada kesempatan yang ia berikan untuk cinta dapat tumbuh lebih mekar. Cinta yang seharusnya ceria tak jarang berubah menjadi mendung hanya gara-gara ketiadaan waktu untuk bertemu. mengapa waktu dapat mengendalikan cinta yang kadang mekarnya tiada banding? Waktu hanyalah sebuah keabstakan yang memiliki kuasa penuh meski sebenarnya untuk berkata saja ia tak sanggup. lalu kita dikendalikan olehnya???


Rabu, Oktober 08, 2014

Sadar Diri

Saat kesadaran akan batas kemampuan menunjukkan siapa diri, saat itulah makna dan tujuan mengapa kita ada dan terlahir dapat dimaknai. Tak dibenarkan untuk merasa kerdil kala berada diantara kaum mayoritas. Tak perlu takut dan minder dengan apa yang mereka punya, juga terhadap posisi dan kedudukan mereka, karena akan datang saat dimana kita akan berjalan paling depan untuk menjadi pengendali mereka-mereka yang pernah menindas. 

Ketika ini semua dihubungkan dengan cinta, terasalah betapa sulit hal itu tercipta. Betapa akan kesadaran diri adalah landasan untuk melompat lebih jauh. Disaat mereka sudah berlari dengan kecepatan penuh dan dada membusung, kita masih dan cukup dengan senyum saja berjalan secara perlahan, lalu tersenyum pada mereka yang menatap dengan raut aneh dan kadang diwarnai cemooh. 

Sadar diri dengan apa yang dipunya saat ini, adalah modal utamnya. Sadar akan siapa kita ini sebenarnya, sadar akan apa tujuan berada di sini, dan sadar akan kemana kita melangkah setelah ini. Sedikit kesabaran dibutuhkan, namun yang sedikit itulah yang paling sering menjadi batu sandungan dan bendungan untuk gagal. 

Seseorang di sana, ingin kutitipkan pesan padanya, tapi entah melalui siapa, aku tak punya keberanian untuk mengucap secara langsung. Cukuplah rasanya rangkaian tulisan ini menjadi saksi. Semoga ada jalan dari Tuhan yang membuatnya menemukan catatan kecil ini hingga ia benar-benar memahami maknanya.

"Ada cinta dariku untukmu, kau tahu itu. Ada sayang kuberi padamu, kau pun sudah paham. Semua yang kuberi berada pada satu landasan yang sama, Ketulusan. Ketulusan yang mungkin belum bisa kau lihat. ketulusan yang masih tersembunyi dan belum muncul ke permukaan. Aku masih terlalu kerdil untuk menyatakannya sekarang. Juga aku masih terlalu sederhana, masih terlalu sebatangkara untuk memberimu bahagia. Semoga kau menyadari, bahwa suatu saat kau akan mendapatkannya. Kebahagiaan yang selalu kau damba dalam khayalmu. Bersabarlah karena aku masih berjuang"

Selasa, Oktober 07, 2014

Ketulusan dan Nyamannya Cinta

Entah diriku yang bodoh atau memang cinta itu yang benar-benar telah menusuk hati. Tetapi cinta seperti apa yang kini singgah di hatiku masih belum bisa kuterjemahkan. Hanya saja tak ada celah yang tampak yang membuatku akan segera berpaling. Dia mengantarkan apa yang sebelumnya tak pernah kudapatkan. Dia memberikan hal yang sangat aku inginkan. 

Cinta berbalut ketulusan kah?? Entahlah tapi aku merasakannya. Rasa sayang yang tersirat dari bola matanya membuat aku yakin bahwa cinta itu adalah dia. Sejujurnya aku memang belum bisa meyakininya, tapi kenyamanan yang dia berikan seolah memaksaku untuk percaya bahwa cinta itu adalah benar-benar dia.

Aku berbaring dalam pelukannya. Pelukan mesra yang menghadirkan kehangatan dan rasa nyaman yang teramat sangat. Saat sore yang semakin menampakkan gelapnya, belaian lembut dari kehalusan tangannya singgah di rambutku dan terkadang mengusap pipi dengan lembut. Sederhana tampaknya, tetapi itu sudah sangat lebih dari cukup untuk menutup mataku terhadap perempuan lain. Hingga aku merasakan siksaan kerinduan saat mata tak bertatap. Lalu enggan rasanya untuk berpisah saat wajah sudah saling bertatap.


Sabtu, Oktober 04, 2014

Belaian Mesra dan Kenyamanan

Senyum dan bahagia seolah akan hadir terus selamanya. Saat raga berdekatan dan tatapan saling beradu dalam jarak yang dekat. Dalam ruangan 3,5 x 3,5 meter kita menghabiskan beberapa jam untuk beberapa aktivitas. Hanya kita berdua ditemani gemericik air sungai dari balik jendela yang terdegar berdendang saat menerjang batu. 

Aku duduk di sampingmu yang tengah asyik memperhatikan layar laptop. Tangan kananmu bergerak-gerak mengendalikan kursor melalui benda yang bernama mouse. Aku terus memperhatikanmu, dengan tatapan yang sangat dalam hingga aku tak kuasa dan akhirnya memelukmu dari belakang. Kuletakkan kepalaku di bahumu, beberapa centimeter lagi pipi kita saling beradu namun kau tetap fokus dengan pekerjaanmu. Kubelai mesra rambut hitam mu yang semakin memanjang, kau hanya menoleh sebentar, tersenyum indah sekali, lalu berbalik.

Lama aku mencium wangi rambutmu yang menusuk hidung, ku kecup beberapa kali sebelum akhirnya aku mengecup pipi kananmu. Dan kau hanya diam atas semuanya. Gejolak terus meningkat takkala mataku tak sengaja memandang lehermu yang putih bersih.

Dalam suasana sepi nan sedikit romantis itu, muncul niat untuk menikmati lebih dari sekedar pertemuan biasa. Kau bergeser dan menatap mataku dengan sangat dalam. Sedikit senyum menghiasi wajahmu, lesung pipi muncul di kedua sisinya. Aku terpana, ingin rasanya aku mengecup keningmu, kemudian berpindah mengecup mesra bibirmu yang penuh keindahan.

Tiba-tiba saja muncul sebuah rasa yang membuat aku tak mampu melakukannya. Rasa yang mampu menahan gejolak ku yang terus meninggi. Ada bisikan yang membuatku harus berhenti. Aku kemudian jatuh dan rebah di pangkuanmu. Dari bawah, kutatap wajahmu. Tanganmu membelai mesra rambutku dengan penuh kelembutan. Sangat nyaman sekali hingga akhirnya aku tertidur dengan kedamaian jiwa diatas pangkuanmu.

Entah beberapa lama mataku terpejam, kau masih setia menungguku untuk bangun. Terlihat kau sedang memperhatikanku saat pertama kali aku membuka mata. Tidak ada kata yang keluar dari bibirmu, hanya senyum yang kau berikan. Beberapa saat mata kita kembali beradu pandang. Lalu untuk kesekian kalinya kau kembali membelai mesra rambutku. Terima kasih untuk kenyamanan yang kau berikan hari ini ;-) :-*

Senin, September 29, 2014

Cinta dan Kepercayaan

Harus jujur kukatakan bahwa dalam besarnya cinta yang ku punya, secercah keraguan muncul diantaranya. Tak bisa ku ingkari bahwa hatiku belum memberi kepercayaan secara utuh padamu. Tak bisa kulakukan apapun karena beginilah adanya. Sering keraguan itu muncul saat rindu menyerang dan aku tak bisa menemuimu. Fakta bahwa hatiku pernah terkhianati cinta adalah alasan mengapa kepercayaan menjadi tidak sempurna. Maaf karena aku masih terbawa suasana di masa lalu. Satu harapan semoga kau mampu melihat dari sisi yang berbeda bahwasanya aku tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali.

Aku mulai berpikir untuk terus melangkah lebih jauh dengan dirimu yang mendampingi. Kita tersenyum dalam kebahagiaan bersama, juga menghadapi kerasnya kehidupan dengan tetap saling menggenggam. Hanya satu hati yang aku ingin, dan itu adalah hatimu. Hanya untuk satu orang hatiku kan ku beri, itulah dirimu.

Jumat, September 26, 2014

Perasaan dan Waktu

Untuk seorang wanita yang ku cinta. Pahamilah bahwa di sini aku benar-benar ada. pahamilah bahwa aku menghantarkan rasa yang amat tulus, pahamilah bahwa ragaku ingin bertemu denganmu. Kau terlalu angkuh untuk menjadi seorang yang ku puja. Tapi apa boleh dikata, rasa itu telah muncul dan aku tak dapat berdalih. Kadang terasa sangat menyiksa ketika hampir setiap saat kau melangkah menjauh saat aku coba mendekat. Seolah rasa yang tertambat tidak pernah ada. Atau memang kau yang tak mau menganggapnya ada? 


Aku berpikir terlalu buruk. Mungkin hanya waktu saja yang belum berpihak pada kita. Tetapi apakah kita akan terus-menerus seperti ini? Terus menerus dikendalikan waktu yang bahkan mengucap sepatah kata pun tak sanggup. Aku merasa menjadi seorang yang bodoh, seorang yang idiot, seorang yang tak menggunakan otak untuk berpikir. Mungkin saja benar. Dan itu dirimulah penyebabnya. Hatimu yang membuatku kehilangan kecerdasan berpikir, hatimu yang membuatku tak lagi waras, juga hatimulah yang membuat waktu menjadi seenaknya mengendalikan perasaan

Kamis, September 18, 2014

Cinta Adalah Nafsu

Cinta Terlahir Sebagai Pemuas Nafsu Belaka. Begitu kata salah satu lirik lagu RAP negeri ini. Dan memang benar adanya bahwa cinta sangat berkaitan erat dengan nafsu. Tidak perlu melihat orang lain karena aku sendiri adalah saksi dari kalimat itu. Pesona dunia dengan dijubahi cinta membuatku salah kaprah akan apa itu wanita. Dengan permainan kata dan goyangan lidah yang sedemikian rupa aku berhasil menaklukkan hati seorang hawa yang pada akhirnya kutinggalkan setelah aku mendapat kepuasan. Sangat bejat, dan itulah aku ketika itu. Sejenak dia menangis, lalu berangsur kembali menemukan senyumnya setelah waktu terus berputar. Aku kini hanya bisa memperhatikannya dari jauh. Banyak yang tidak mengetahui, bahwa sidik jariku sudah ada hampir di semua bagian tubuhnya.

Aku memutuskan untuk pergi menjauh. Terakhir kali aku melihatnya sedang berjalan bersama seorang laki-laki dan mereka terlihat begitu mesra. Aku tidak pamit padanya dan hanya bisa tersenyum menyaksikan pemandangan sore itu dari jauh. Dalam perjalananku, aku berharap setiap butir kesalahan dan penyesalanku akan tercecer hingga akhirnya benar-benar habis dan aku menjadi seorang yang bersih ketika tiba di tempat baru nanti. Sangat mudah tampaknya, namun dalam hatiku terus berkecamuk sesal yang teramat dalam. Nikmat yang kudapat dari tubuhnya sangat tak sebanding dengan perasaan tidak nyaman yang terus membuntuti. Cinta adalah nafsu, dan kata-kata itu terus menyerangku hingga tengah malam saat mataku berusaha untuk terpejam.

Cerita masa lalu itu membuatku sedikit takut untuk kembali jatuh cinta. Betapa aku terus diserang rasa gelisah akibat ulahku yang terlalu mengagungkan nafsu dan duniawi. Dimanapun tubuhku berada selalu rasa itu menakut-nakuti hingga aku tak leluasa untuk melangkah dan bergaul.

Cerita terus berlanjut. Setelah sekian lama rasa sesal dan bersalah yang tak kunjung memudar aku kembali merasakan cinta. Kata-kata ‘Cinta adalah Nafsu’ terus membuntutiku. Pernah aku mencoba untuk menghindar, namun tak dapat mendustai jiwaku yang sedang kesepian. Dengan sangat berhati-hati aku mencoba kembali membuka hati untuk dirasuki cinta. Cinta baru yang sebisa mungkin tidak lagi membonceng nafsu bejat setan dibelakangnya.




Senin, September 15, 2014

Skenario Tuhan

Kita kini akhirnya benar-benar bersama. Tidak seperti pikiran awalku yang mengira bahwa kita hanya sedang melangkah di jalan yang sama, bertemu, kemudian saling mengenal dan sangat mungkin akan berpisah lagi setelah menemukan persimpangan. Tidak ada getaran di hatiku saat kita mengikrarkan untuk mencoba untuk saling menggenggam tangan. Hanya senyum tulus saat memandangmu yang malam itu menjadikan suasana sedikit lebih mesra. Tiada seorangpun yang tahu akan seperti apa langkah yang akan coba kita jalani. Satu-satunya yang mampu menjawab adalah waktu dan secara perlahan beliau telah memberikannya. Aku merasakan hal yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Kenyamanan. Itulah dia. Aku memandangmu dalam tatap ketulusan saat kita bertemu. Tak pernah terpikir bahwa akan ada hati lain yang menarikku keluar dari lamunan indah bersamamu. Sungguh nyaman terasa saat aku berbaring manja dipangkuanmu. Kau membelai halus dan mesra rambutku yang mulai tumbuh memanjang. Kau menggenggam tanganku dengan kehangatan. Ku tatap wajahmu yang sedang menunduk menatapku. Adalah Mahakarya dan Skenario Tuhan yang sungguh luar biasa mendekatkan aku dengan dirimu.

Jumat, September 05, 2014

Prasangka -

Entah apa yang kini berada dalam pikiranmu, entah apa pula yang tengah kau lakukan di sana. Aku mencoba untuk menerka sebisa dan semampu otakku berpikir. Hanya saja harus kukatakan dengan jujur bahwa segala terkaanku semuanya menuju kearah yang negatif. Mohon maaf tetapi begitulah adanya aku yang kini sangat mencintaimu. Tanpa kabar darimu adalah suatu penyiksaan. Ulahmu membuatku berprasangka buruk terhadap dirimu yang ku sayang. Bagaimanapun aku mencoba untuk percaya bahwa kau menjaga apa yang seharusnya kau jaga, tetap saja aku tak bisa membelokkan prasangkaku ke arah yang baik. Aku hanya butuh kabar dalam setiap kegiatanmu, itu saja. Mengertilah bahwa sesungguhnya aku menghawatirkanmu.

Rabu, September 03, 2014

Almamater

apakah ini sebuah keseriusan? entahlah, yang jelas aku tidak pernah berpikir untuk suatu perpisahan. terlalu dini memang untuk berbicara akan hal yang akan terjadi beberapa tahun lagi saat kita melepas almamater kesayangan dan menggantungnya sebagai sebuah kenangan. tetapi juga tidak ada salahnya mulai merencanakan sesuatu. suatu saat jika nantinya kita berada di jalan yang berbeda, selalu pandanglah almamater itu sebagai cerita yang membawamu kembali ke masa lalu. saat kita berpisah, ingatlah bahwa almamater itulah yang membuat kita pernah bertemu dan menjalin cinta.


Jumat, Agustus 08, 2014

Berlalulah




Tak usah sapa jika tiada niat dari lubuk hati yang paling dalam. Tak usah menatap jika hati tak menginginkannya. Aku berdiri di sini bukan untuk menunggu sapaan, juga bukan untuk menunggu sebuah tatapan. Tetapi hanya ingin melihat senyum yang menjadi penghias bibirmu. Tak perlu kau layangkan untukku karena aku bukanlah siapa-siapa. Kita hanya pernah dibersamakan oleh keadaan selama beberapa saat. Lebih dari cukup untuk menyengsarakan bathin yang telah terpengaruh cinta. Teruslah melangkah menuju kebahagiaan yang kau ingin. Selalulah tersenyum karena itu adalah semangat untuk diriku. Kenyataan bahwa kita tak lagi bersama memang membuat sakit, dan cukup sampai di situ saja karena perjalanan masih terlalu jauh. Temukanlah malaikatmu dan akan kutemukan malaikatku. Kelak kita akan bertemu kembali dan memperkenalkan malaikat kita masing-masing.