Senin, Desember 26, 2022

PERKENALAN

Kita tidak saling kenal, tapi aku tahu tentang keberadaanmu, dan mungkin kamu juga sesekali pernah mendengar namaku disebut.

Tiba-tiba muncul begitu saja sebuah tanya di dalam pikiranku, bisakah kita membuat sebuah janji temu?

Sebenarnya, seseorang baru saja memperlihatkan fotomu, lalu dia menanyakan ketertarikanku. Aku tersenyum, sebab tak ingin mendeklarasikan bahwa aku tertarik jika kita tidak pernah saling bicara. Pun jika aku tertarik padamu, dalam skala yang sama, kamu belum tentu begitu kepadaku.

Perkenalan bukan sebuah permainan, yang kalau tidak menarik lagi bisa ditinggalkan semaunya. Perkenalan kita -yang nanti jika harus dilakukan, bukanlah sebuah kebetulan yang dipaksa keadaan. Melainkan memang direncanakan. Dan tentu saja perencanaan haruslah matang, alasan dan juga tujuan akhirnya.




Rabu, Desember 21, 2022

KADALUWARSA

Terlalu banyak ingatan yang harus di jemput ke masa lalu. Tapi beberapa momen ada yang sedari awal tidak pernah bisa terlupakan. Salah satunya adalah tentang pertemuan, awal dari semua cerita dan kisah bermula.

Sebenarnya, aku sedang bicara tentang masa putih abu-abu. Masa dimana jiwa seseorang tengah berkecamuk dan mulai berpikir tentang kebebasan, masa peralihan yang jika dirunut lebih jauh, tidak berlebihan rasanya untuk dianggap sebagai titik awal pencarian jati diri.

Beberapa bagian dari masa SMA menjadi gairah tersendiri dalam menjalani hari. Teman, dan mungkin juga cinta. Entah bagaimana kalian menjalani masa-masa itu dulunya. Tapi bagiku, teman dan cinta adalah dua ikon terbaik yang paling banyak mengisi slot cerita pada waktu itu.

Saat bicara mengenai teman, aku bicara tentang sosok. Namun, ketika bicara tentang cinta tidak demikian. Sosok teman hingga kini masih nyata dalam kehidupanku, tapi tentang cinta, itu adalah sepenggal cerita  yang dulunya pernah menjadi bumbu penambah nikmat. Sekarang tinggal sekedar cerita yang sudah kadaluwarsa.

Dengan teman, masih ada banyak temu yang terjadi hingga hari ini, disengaja atau pun kebetulan. Sedang dengan cinta, dia lenyap tak bersisa bersama kepergian. Tak ada harapan lagi.




Selasa, November 22, 2022

BEBERAPA SAPA

Aku punya kesan tentangmu. Itu sudah dimulai sejak 14 tahun yang lalu. Kali pertama aku melihatmu di sebuah SMP negeri di kampung kecil kita. Kamu adalah adik kelasku dan kita sekali pun tidak pernah saling menyapa.


Sudah lama sekali sejak saat itu, namun asaku rasanya masih sama. Aku masih menyimpan kagum, mungkin juga suka. Karena sampai hari ketika aku menulis ini, kepadamu aku masih memelihara sebuah harap.


Beruntung, kita lahir di dunia dengan penuh kemajuan, sehingga beberapa kali aku bisa menyapamu lewat dunia maya, melalui beberapa pesan yang kutinggalkan di sosial mediamu.


Kamu menanggapi, sesekali kita juga berdiskusi tentang sesuatu. 


Semoga dalam waktu yang tidak lama lagi, kamu mulai bisa memahami inginku, melalui tulisan-tulisan di blog pribadiku, atau melalui sapa-sapa kepadamu yang sesekali kusematkan di instastory atau di reply twitter.


   

Selasa, November 15, 2022

LANGKAH PERGI

Kadang aku berpikir bahwa pergimu adalah sementara. Sekedar untuk menyadarkanku akan salah-salah yang luput dari pengakuan. Sekarang aku tahu, bahwa yang kurasa terbaik ternyata tidak selalu begitu dari sudut pandang yang lain.


Sampai hari ini, aku tengah berusaha untuk menerima kepergianmu. Sudah lama berlalu, tapi jatuh karena kamu tinggal kala itu, masih menyisakan sakit hingga aku tidak sanggup berdiri.


Di sini, langkah pergimu tidak lagi terlihat. Bahkan jejak langkahmu pun sudah hilang tergerus hujan. Mengharapmu kembali adalah seakan sia-sia. Mendoakanmu mungkin jadi yang paling baik yang bisa kulakukan. Semoga di langkah pergimu, seseorang yang lebih bisa mengerti dan memahami, sedang bersiap-siap menyambut datangmu.

Minggu, Februari 06, 2022

PERTANYAAN SOAL KELAYAKAN

Ada hal yang membuatku pernah berpikir untuk tidak memperjuangkanmu. Bukan karena perihal rasa. Sebab kalau itu bisa kupastikan akulah yang terdepan. Tidak memperjuangkanmu, bukan berarti aku tidak peduli. Mengikutinya seperti air yang mengalir menurutku adalah cara terbaik yang bisa kutempuh. Aku menghargai setiap usaha dan laku baikmu. Pun kepadamu aku juga berusaha melakukan yang terbaik yang kubisa. Hanya saja, beberapa hal terasa mengganjal setelah kupikirkan betul-betul.


Pertanyaan yang sering muncul adalah, Layakkah aku?


Pertanyaan soal kelayakan selalu berujung pada raguku untuk dapat membuatmu bahagia. Yang kulihat, selama ini kehidupanmu istimewa, bagaimana jika setelah denganku nanti, semua istimewa itu menjauh? Aku takut tanpa sadar menyeretmu ke jurang kerasnya hidup, padahal selama ini hari-harimu selalu terkesan nyaman dan damai. Aku khawatir denganku nanti nafasmu menjadi sesak, sedang dulu sebelum denganku tidak begitu.


Aku tahu, skenario Tuhan adalah yang terbaik. Tapi jika kali ini hanya sekedar untuk menguatkanku lagi atas segala luka tentang kehilangan, bukankah yang sebelumnya sudah lebih dari cukup?