Sabtu, April 09, 2016

Cakrawala U K


Bendera kebesaran milik Negeri Ratu Elizabeth menari-nari lagi di dalam mimpi. Penolakan untuk melakukan riset secara gratis di sana telah melumat senyum dan keceriaanku. Faktanya, ribuan orang berlomba untuk satu tempat di sana, sementara aku enteng sekali dan seolah tanpa sedikitpun rasa bersalah menolaknya dengan alasan klasik nan sederhana, tidak bisa berbahasa Inggris -walaupun pasif-. Merasa tidak sanggup bahkan sebenarnya belum pernah mencoba. Dalam sekali ini, harus kuakui bahwa label 'bodoh' memang layak untuk disematkan, ditempel di keningku dan digiring oleh hujatan banyak mulut.

Apakah aku tidak menyesal?

Jelas aku menyesal. Tetapi sesalku bukan karena penolakan tawaran riset. Lebih karena di kampungku di lembah bukit barisan sana ketika itu bahasa Inggris dalam kurikulum sekolah -terutama SD- masih terbilang baru dan aku tak begitu tertarik. Padahal banyak kawan-kawanku dari sana yang punyai kemampuan baik dalam bahasa Inggris, bahkan ada yang dalam waktu dekat ini akan berangkat ke Korea. 

Bukan bermaksud menyalahkan kurikulum, juga tidak sedikitpun menyalahkan kenapa lahir dan besar di sana. Aku hanya merasa sulit memaafkan diri sendiri yang dulu lalai, yang dulu terlalu malas untuk membuka cakrawala. Aku terlalu terpaku pada sistem dan aturan, hanya mengekor pada apa-apa yang tertulis dari kebiasaan-kebiasaan sebelumnya.

Bagi sebagian kalian, ke Inggris mungkin bukan hal yang harus terlalu dihebohkan. Kantong Bapak dan Ibu kalian masih terlalu tebal jika hanya untuk sekedar terbang ke sana. Tetapi bagiku yang bahkan untuk makan 2 kali sehari saja harus dengan pertimbangan, adalah sesuatu yang sangat istimewa. Kini, aku merasa menjadi sorang yang pantas untuk dihujat, juga layak untuk dimaki atas penolakan peluang itu. Silahkan kalau kalian mau, karena aku cukup sadar akan ketidaktahudirian dan kegoblokanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar