Minggu, Juni 22, 2014

Politik Versi

Sedikit berubah arah mengenai topik yang akan gue share hari ini. Ada beberapa bisikan yang menyuruh untuk tidak menulis cerita galau dan absurd melulu, sekali-sekali rubahlah untuk berekspresi lebih ceria.

Di sini bisikan itu menuju ke arah poitik. Apa yang terbayang saat politik itu terdengar di telinga? Tak perlu memberi jawaban karena 95% tebakan dari jawaban gue dijamin benar. Ketika kata politik mengudara dapat dipastikan (jika kalian orang indonesia) bahwa yang ada dalam pikiran saat ini adalah carut marut negeri, debat saling menjatuhkan, perebutan kekuasaan, dan tentu saja KORUPSI. Jika mungkin pikiran kita tidak sama, setidaknya secara kasar itulah gambaran yang ada di benak kalian saat kata 'politik' mengudara. Jujur aja gak usah ngebantah.

Sekarang gue mau ngeshare politik ibu pertiwi saat ini dari penglihatan, dari pengalaman, dan dari kesimpulan yang dapat gue ambil setelah melihat berita-berita di tipi. Ya, ini adalah cerita politik versi gue, jangan ngebantah, jangan tersinggung, dan jangan banyak koment. Ini ekspresi gue tentang politik. Jadi kalo gak setuju mending gak usah dibaca. OK !!!!

Ini 2014 men !!! Jiiaahh dan ini rencananya adalah tahun pertama gue milih pemimpin negeri ini (kalo ntar sempet). Gak ada yang aneh emang, sebab bagi mereka yang KTP nya udah lewat 17 tahun kayak gue (umur pemilik maksudnya, bukan umur KTPnya) itu udah dibolehin milih. Bener gak. Ya bener dong. Maka dari itu, bocah yang sekarang kuliah di UNIBRAW (Universitas Negeri Berbau Swasta) ini udah punya hak buat nyoblos muka para mulut besar yang penuh janji minim realisasi.

Bukan bermaksud menjelek-jelekkan calon pemimpin bangsa, karena emang udah jelek dari sononya, ini hanyalah isi hati gue. Mari kita lihat mereka (calon pemimpin bangsa rek) dari sisi lain, dari sudut lain yang jarang terpikir oleh banyak orang. Beberapa bilang kata kerennya sih 'dibalik layar', sama kayak judul postingan gue beberapa waktu yang lalu berarti. 

Kita tahu mereka adalah calon pemimpin kita untuk 5 tahun ke depan. (yaiyalah, secara udah ngabisin duit buat kampanye segitu banyaknya). Mereka adalah panutan yang akan kita ikuti jejaknya. Mereka adalah orang yang akan kita patuhi perintah dan aturan mainnya. Mereka adalah orang yang akan melindungi kita, sekaligus mereka adalah orang yang akan membodohi kita untuk lima tahun ke depan. Mengapa begitu? Kalian pikir aja sendiri, renungkan saat bintang malam jatuh dan menyentuh tanah, atau saat mentari mulai tersenyum dari sisi timur ketika embun pagi masih berjaya (galau lagi). 

Cobalah buka hati, mata dan telinga (lirik lagunya maliq n' decentials) saat mereka berkoar dalam kata, saat mata mereka berapi-api mengutarakan ide-ide brilian untuk bangsa. Perhatikan dengan seksama, melalui hati, mata dan telinga yang tadi gue bilang, akan terlihat sedikit senyum miring tersungging di bibir mereka yang baru saja disinggahi busa-busa omongan besar untuk sebuah janji palsu. Dan itu pulalah yang sangat tidak terlihat oleh 200 jutaan pemirsa negeri ini. Pemirsa tertipu oleh kepandaian moderator debat dalam memainkan peran dan mengalihakan perhatian.

Tidak jelas siapa yang benar siapa yang salah. Debat pemimpin itu hanyalah permainan kata dalam bualan semata. Mereka berkata untuk sebuah wibawa, bukan untuk sebuah aspirasi. Mereka bersuara untuk sebuah tahta, bukan cinta terhadap yang dibawah. Itulah mereka, berusaha untuk menjadi seorang publik speaking yang baik, yang akan berimbas pada banyaknya paku yang akan mencoblos batang hidung mereka di TPS nanti. Katanya mereka adalah pemimpin yang baik dan pemimpin yang amanah. Lalu, adakah karakter seperti itu mereka miliki kalau dalam persaingan masih terus menjatuhkan kubu lawan. Itukah yang namanya pemimpin?

Ok, segitu dulu dari gue. Udah jangan galau, itu kalian, dan ini gue. Gue hanya menyuarakan isi hati  yang sedikit berbeda dari mereka yang berpihak ke salah satu kubu. 

Good bye :D :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar