Rabu, Juni 11, 2014

Kopi

Kepulan asap dari gelas kecil mulai mengudara, dan dalam diam aku menyaksikannya. Membawaku mengudara bersama mereka menuju kenangan-kenangan beberapa waktu silam. Dulu gelas besar selalu tersedia di depan televisi bersama sepiring makanan kecil. Mengepulkan asap yang sama. kebersamaan yang nyata bersama mereka dulu, sebelum waktu dan keadaan membuat aku harus segera menyeberang ke negeri orang.

Dan kini lamunanku kembali ke sana. Asap-asap itu membawaku melihat kenangan lama yang sebentar lagi akan terulang. begitu rindu sangat menusuk tak kala segelas kopi terhidang di ruangan kecil yang sempit ini.

Tiba-tiba terjadi sebuah gletser. Sungai mengalir perlahan dan terus menuju hilir. hingga akhirnya menjadi butiran-butiran yang menetes membasahi keramik putih yang terlihat sedikit berdebu. Dan aku menangis? Ah entahlah. Aku tidak merasa melakukannya. Tapi dalam kenyataan yang ada, air kini benar-benar mengalir dari pelupuk mata, membasahi pipi yang berminyak dan menetes seperti rintikan hujan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar