Minggu, Mei 04, 2014

[Bab 1] Dia

                Tidak lagi bisa menyalahkan siapa-siapa jika seandainya rasa ini benar-benar muncul. Pertemuan yang sering meski tanpa komunikasi dan kontak melahirkan sesuatu yang terasa aneh dalam jiwa. Ada sedikit hal yang tidak biasa namun juga sulit dijelaskan. Terlalu sulit untuk diterjemahkan bagaimana rasanya kini ketika rasa aneh itu hadir. Kata-kata seolah kini menjadi pecundang yang tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak bisa menerjemahkannya. Dan juga dia tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi. Kata-kata seolah tidak lagi penting ketika semuanya sudah menjurus pada masalah hati dan perasaan. Ada keadaan dimana keindahan menghiasi hati saat konstruksi wajahnya itu ada di pelupuk mata. Dan apabila tersenyum, sungguhlah sangat indah bentuknya. Paras sempurna yang diberikan tuhan, Keindahan nyata yang membuat hati bergetar dan darah berdesir saat berada di hadapannya.
                Aku tidak bisa berbohong pada siapapun bahwa sebenarnya kaum hawa yang satu ini begitu mengguga hati. Ada rasa saat dia hadir, dan ada rindu ketika dia tak menampakkan diri. Kadang rasa yang tidak terungkap itu sedikit menyiksa karena hanya berani berbicara di dalam, namun keberanian juga tak kunjung segera datang untuk menuntaskannya. Mata ini begitu ingin memandang selama mungkin. Melihat corak wajah, dan bahkan memperhatikan dengan seksama pori-pori wajah mulus yang sama sekali tidak di tumbuhi jerawat itu. Waktu yang berjalan mulai menjawab apa yang sebenarnya terjadi. Perlahan aku ulai mengerti. Aku mulai memahami kehidupan yang sebenarnya kini terjadi. Keadaan dan lingkungan kini membuat aku tahu apa yang sebenarnya di inginkan bathin yang Selama ini menjadi petanyaan tak terjawab dan sedikit menyiksa.
                Mereka pada hari tertentu selalu terlihat berdua. Saling bermanja dan menampakkan kemesraan. Kadang terlihat menangis atau raut wajah sedih. Namun mereka tak pernah sendiri. Setiap kondisi, senang, sedih, kacau selalu ada satu wajah lain yang menunjukkan ekspresi sama. Beberapa kawan ku tak pernah merasa sendiri. Rasa hati yang mereka rasakan selalu dirasakan oleh dia yang selalu ada di sisinya. Seolah masing-masing dari mereka tidak pernah merasa sendiri karena selalu ada belahan yang menemani mereka setiap saat di setiap hal.
                Aku pernah merasakan hal yang sama beberapa waktu yang lalu. Dulu, ketika seorang kaum hawa bernama vivi menjadi bagian daari hari-hariku. Dulu, dulu sekali ketika semua itu sangat jauh dari yang terjadi sekarang, aku pernah merasakannya. Aku sangat paham dan mengerti, begitu nyaman ketika semua itu dijalani bersama. Sangat indah hari yang dilalui meski di iringi masalah. Selalu ada senyum dan semangat yang hadir ketika sebuah masalah datang menghampiri. Badai masalah yang datang, adalah  bumbu penyedap dalam menghadapi hari-hari indah bersamanya. Tapi itu dulu. Sudah menjadi masa lalu kini. Dia telah punya jalan lain untuk menuju kebhagiaannya, dan aku pun kini memiliki ajlan lain untuk menemukan kebahagianku. Kebahagiaan yang nyata bersama seseorang di sini yang masih dalam pencarian. MAsih belum berjumpa sang bidadari yang akan membawa aku dalam kehidupan penuh lika-liku yang bahagia. Mengahnyutkan aku dalam masalah-masalah yang akan dihadapi bersamnya kelak. Menumbukan pohon bernama keluarga bersamanya.
                Siapa? Entahlah, yang jelas aku akan menemukannya di sini. Langkah kaki meninggalkan kampung halaman dan pergi jauh ke tempat antah berantah ini akan menuai hasil yang aku yakini sesuai dengan harapanku. Aku sudah bertemu berbagai macam orang di sini, bertemu berbagai macam sifat, dan juga bertemu berbagai macam karakter. Latar belakang kultural yang berbeda, dan kini aku berada di tempat yang sama sekali budayanya berbeda, menunjukkan kayanya negeri ini. aDalah sebuah kewajaran saat menyatukan berbagai perbedaan itu terasa sangat sulit.

                Kini, memasuki bulan ke 4 aku berada di sini, seorang perempuan tidak berjilbab mulai menjadi perhatianku. Ada kenyamanan saat memandangnya. Tubuh semoknya menghadirkan keindahan sendiri. Sorot matanya yang lembut jelas terlihat di balik kaca mata minus dengan bingkai hitam yang ia kenakan setiiap hari. Sebuah acara puncak di fakultas mengenalkanku pada wajah itu. Beberapa orang yang aku kenal juga mengenalnya. Sempat kami mengabadikan momen secara bersama-sama dengan latar belakang ny banner acara tersebut. Entah apa yang terjadi sebelum-sebelumnya, yang jelas tiba-tiba saja beberapa saat sebelum jepretan pertama, aku berdiri tepat di sampingnya. Bahu kanannya menyentuh bahu kananku. Dengan jelas aku lihat dengan sudut mata, ujung kepalanya sama dengan leher bagian atasku. Jadi jika aku berpikir sedikit nakal, seandainya aku mengecupnya, kecupan itu akan mendarat tepat di keningnya yang cukup lebar.
                Cahaya flash dari jepretan pertama sedikit mengagetkan lamunanku tentang kecupan yang tengah berlangsung. Sontak aku terkaget dan reflex melihat dia yang berada di sisiku ketika itu. Baju pink mengkilat yang menutupi tubuh bagian atasnya terlihat sedikit memantulkan lampu temaram panggung yang berada tidak jauh dari sisi kami melakukan pemotretan. Juga wajahnya yang sedikit mengkilat karena minyak ikut memantulkan kerlap kerlip lampu malam itu. Beberapa jepretan selesai ketika lagu mars aribisnis berkumandang. Kami menikmati acara beberapa saat dan mulai berangsur meninggalkan kampus beberapa waktu kemudian ketika acara mulai tampak membosankan. Tepat di sebuah jalan besar di tengah kampus, kami mulai berpisah, beberapa orang berbelok ke kiri, beberapa lainnya, tetap lurus melewati gedung bertingkat di kedua sisinya, sementara aku dan juga beberapa yang lain berbelok ke kiri.

                Di perjalanan pulang, aku memandangi sebuah smartphone yang di dalamnya ada beberapa foto yang baru saja di abadikan. Seorang diri aku memandanginya sementara mereka sangat rebut di depanku. Fokusku tertuju pada bagian kiri, dimana aku berada paling sudut kemudian perempuan yang tadi berbaju ping, berada tepat di sebelahku. Memang benar prediksi dalam khayalanku tadi, memang jika aku mengecupnya, maka kecupan itu tepat jatuh di jidatnya. Terlihat cantik ia dengan tubuh semoknya. Dan tampak sangat dewasa denan kacamata yang ia pakai. Sorotan matanya menunjukkan dia tidak lagi seorang anak manja yang terus bergantung pada orang tua. Ada sosok kedewasaan dalam dirinya. Hanya saja, aku tidak tahu namanya. Ingin aku bertanya kepada mereka yang kini ribut di depanku. Tetapi untung saja niat itu segera terurung karena pikiran ku tiba-tiba saja melintas, bahwa akan terjadi sesuatu jika aku menanyakannya. Akan ada bullyan besar seandainya keinginanku barusan  tak tertahan. Aku membatalkannya dan terus berjalan dengan membawa sebuah rasa penasaran dan ingin tahu yang sedikit menyesak hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar