Rabu, Mei 14, 2014

Datang lagi?

Pernahkah kalian sedikit meluangkan waktu untuk sejenak berfikir tentang kata-kata yang lumrah dan tidak asing di telinga? Mereka sebagian berpendapat, Ketika seorang laki-laki berpikir tentang suatu hal secara logika, sebaliknya dengan kaum hawa. Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa mereka berpikir, bertindak, dan melakukan sesuatu dengan berlandaskan isi hati dan perasaa. Perasaan wanita yang amat lembut dan begitu lunak (katanya). Benar begitu? Mungkin dalam beberapa hal. Tetapi juga ada saat dimana wanita jauh lebih egois dan tidak memiliki perasaan (pendapat berdasarkan pengalaman). 

Aku mengingat kembali masa dikala seragam putih abu-abu sangat akrab dengan tubuh yang dulu begitu kurus seperti pemakai narkoba, pipi yang cekung seperti penghisap ganja, dan mata yang hampir setiap saat merah seperti orang kurang tidur. Jangan dibayangkan karena aku begitu dekil saat itu (sampai sekarang pun masih sama). Hanya saja, disini aku sedikit lebih berisi, sedikit lebih gemuk walaupun susahnya minta ampun mengajak perut berkompromi menyesuaikan dengan makanan yang ada.

Kembali ke masa SMA dulu, ketika aku merasakan cinta monyet (katanya). Seorang siswi berkaca mata menjadi favoritku untuk objek pandang. Itu dulu, dua tahun lalu ketika aku melalui masa yang sebagian orang menganggap masa paling indah yang di lalui dalam hidup. 

2 tahun lamanya, hingga masa SMA berakhir tak ada satupun kalimat positif yang disambutnya dari semua caraku mendekatinya. Selalu sinis, selalu jutek, dan tampang yang sangat tidak menyenangkan ketika dia berhadapan denganku. Entah kenapa, aku sama sekali tidak pernah mendapat perlakuan baik. Sedikit sedih rasanya ketika melihat 2 orang temanku sedang duduk berdua di pojok, tertawa bersama, dan belajar bersama. sementara aku masih menatap dalam diam dan berharap dalam gelap kepada seseorang yang jelas-jelas tidak memberi respon posititif. Ah, sungguh kebodohan benar-benar menggerayangi ketika itu. Dan kini, 2 tahun lebih sejak peristiwa-peristiwa dimana aku memulai kisah itu, dan hampir setahun ketika aku melihatnya terakhir kali di gerbang sekolah kami.

Aku menatap sebuah foto yang kutempel di pintu lemari sejak aku berada di sini. Memang tidak ada wajahnya disana, tetapi foto itu mengingatkan kisah panjang yang aku rajut selama menajdi seorang remaja yang beranjak dewasa. Foto itu sudah cukup mengingatkan dan membawaku ke lamunan masa SMA yang dulu penuh bumbu. Pernah dulu aku hampir menyatakan perasaan, namun taka ada sama sekali kesempatan ia beri. Tanpa respon begitu menyakitkan. Dan itu perlahan membuatku mundur setelah berharap hampir 2 tahun lamanya. 

Lalu, itukah yang namanya perasaan? Dua tahun bukan waktu yang sebentar, dan tak pernah sekalipun aku mendapat tanggapan baik. paling tidak ada hal yang dia katakan untuk menyatakan penolakan. tetapi yang terjadi adalah... ah sudahlah. Tidak baik mengingatnya. 

foto itu aku cabut dari double tip penempelnya, kemudian aku berbaring di kamar yang malam ini begitu sepi, lingkungan yang sangat pas untuk flash back masa-masa kedekilanku dulu. Aku menatap seorang yang ada dalam foto itu. Laki-laki itu berpengaruh besar dalam perjalanan hidup (bukan homo).

Tiba-tiba pantatku bergetar karena handphone yang tak sengaja aku tiduri. Malas rasanya untuk melihat karena sedang dalam keadaan klimaks mengenang kisah zaman dahulu. namun getaran yang membuat tidak nyaman itu membuat aku mau tidak mau harus mengambil dan membuka sms dari hp bututku.

Tertulis nama yang sangat familiar bagiku, namun sangat tidak familiar bagi kotak masuk di hape bututku yang sampai sekarang masih menemani. Aku sangat mengenal nama itu, dan adalah sesuatu yang sangat langka ketika sms itu masuk. Jangankan untuk memulai duluan, bahkan selama 2 tahun sms ku yang di balasnya masih bisa dihitung dengan jari. sungguh miris sekali. Dan kini apa yang terjadi? di bajak kah? sangat tidak mungkin hal itu terjadi jika di lihat dari bunyi sms dan susunan huruf yang tertera. 

Seperti suatu keajaiban ketika sms itu datang. Hanya saja, sangat sayang sekali, sangat-sangat terlambat semua itu datang.Aku bahkan hampir lupa ketika aku menjadi seorang pecundang selama 2 tahun. Dan kali ini, apakah dia akan datang dengan harapan palsu lagi atau dia baru saja menyadari kehadiranku yang selama ini sebenarnya adalah penghias dan warna warni hidupnya? 

Handphone bututku ini kan menjadi saksi apa yang akan terjadi antara kami, adakh hal baru yang akan menyusun hidupku, entahlah. Yang selas handphone butut ini akan mengetahui semuanya, paling tidak hingga dua bulan lagi ketika nanti aku kembali berada di kampung halaman, berada di tempat yang menjadi latar pertemuan dan perkenalan kami dahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar