Minggu, Mei 18, 2014

Indah itu Semu

sore yang mendung di langit kota Malang menjadi saksi kekecewaan seorang laki-laki yang kini sedang berbaring di kamar kos nya yang berantakan. Berbagai jenis dan ukuran kertas bertebaran di ruangan berukuran 3,5 x 3,5 meter yang menjadi tempatnya berteduh selama berada di perantauan.  Wajah itu segera berubah saat berbaring, setelah sebelumnya dia memperhatikan laptop yang sedang menyala. laptop itu kemudian segera ia tutup tanpa menekan tombol off terlebih dahulu. Pun bantingannya agak keras. Wajah tidak senang jelas tampak dari sorot matanya. Ada hal yang membuatnya menjadi lemah saat baru saja ia lihat di laptop barusan. 

ya, memang benar. Baru saja ia melihat seorang wanita berparas manis di laptop itu. Melalui akun facebook nya seseorang baru saja mengupload beberapa foto, sekaligus mengganti foto profil dan juga foto sampulnya. Dengan latar belakang Ranu Kumbolo, tampak sang wanita sedang berpelukan mesra sambil mengalungkan syal klub kebanggaan kota ini bersama seorang laki-laki berparas tampan dan berkaca mata. 

Tampak mereka menghasilkan kehangatan dalam dinginnya suhu di surganya gunung semeru. Tampak dalam foto itu mereka tertawa lepas saat seseorang menjepret momen-momen bahagia mereka ketika itu. Tidak hanya satu kemesraan, tetapi belasan atau mungkin puluhan foto mesra ada dalam akun facebook bernama Melia Putri Hidayati itu. Berbagai pose ia lakukan bersama sang kekasih yang membuat Galih cemburu setengah mati. Ada rasa sesal yang menghinggapi hatinya yang kini menjadi beban berat yang membuatnya benar-benar merasa bodoh. teringat kesalahan besar yang ia lakukan beberapa bulan lalu yang mengantarkan Melia ke pelukan kekasih barunya. Mulai dari berdiri berdampingan, berpegangan tangan, bergandengan, cubit hidung, gendongan dan juga pelukan hadir menghiasi beranda Galih Dharma Ramadhan. terlihat sangat mesra mereka dalam pose-pose itu. Wajah Melia yang putih dengan hidungnya yang mancung terlihat sangat anggun saat senyumnya mengambang. Giginya yang bersusun rapi terlihat membuatnya semakin cantik. begitu sempurna fisik yang Melia miliki hingga wajar penyesalan Galih begitu dalam menyaksikan apa yang ada di foto. Perih sangat ia rasakan ketika salah satu foto menggambarkan Melia sedang berpelukan mesra dengan sang kekasih yang entah dimana ia temukan. 

Tidak ada yang menyadari bahwa ada yang menangis ketika di tempat lain seseorang sedang tersenyum bangga menyaksikan foto yang baru saja ia unggah di akunnya. Sang pengunggah pun, tidak memikirkan apa yang terjadi di rungan kecil sana. Seorang laki-laki tengah berbaring dalam kesedihan dikala ia mempublikasikan foto-foto mesranya. Sama sekali ia tidak tahu apa yang terjadi, bahwa di balik senyum kebanggaannya seseorang tengah meneteskan air mata. Berbaring sendiri tanpa ada yang mencoba menghiburnya. Orang yang seharusnya menjadi penyemangat kini sedang merasakan bunga-bunga tumbuh lebih mekar dari sebelumnya.

Galih berusaha melupakan apa yang baru saja dilihatnya, berusaha untuk tetap tenang, tetapi tiada seorang pun yang mampu membohongi diri sendiri tak terkecuali Galih sendiri. ia berusaha memejamkan mata agar dapat sejenak melupakan semua yang baru saja tertangkap oleh matanya. Dalam gelap ketika ia memejamkan mata, sesosok wanita berkerudung hadir ditemani sebuah cahaya kemilau yang begitu indah. senyum yang tidak berubah sejak dulu, yang sangat dikenali Galih. Senyum bahagia yang sebenarnya ingin ia bagi, namun itu lebih membuat Galih merasa sakit, mengingat senyum yang sama persis dengan senyum yang terdapat dalam foto-foto mesra Melia. 

Galih membuka mata seketika menyaksikan semua itu. pandangan yang seharusnya gelap saat mata terpejam tidak ada, nyata yang terjadi adalah cahaya terang yang tadi hadir. Yang membuat sebuah goresan luka di lubuk hati Galih. Ini cukup menjadi bukti bahwa tidak hanya perempuan yang selalu mengandalkan perasaan dalam bertindak. Ada kalanya juga saat laki-laki tidak mampu mengandalkan logika mereka untuk melangkah. 

Ada pikiran yang menyangkal hati galih yang membuatnya tak bisa melupakan foto-foto yang baru saja dilihatnya. Ketika ia terpejam, matanya seolah melihat ada cahaya di kegelapan yang menampakkan senyum Melia. Ketika mata nya terbuka dan menatap loteng kamarnya, Wajah melia menggoda dengan senyum manisnya . Ketika ia memandang cermin, terlihat dalam cermin itu Melia sedang merangkulnya. Ketika ia keluar dari kamar, tampak kepala Melia muncul dari balik pohon hijau yang sedang tertiup lembut oleh angin sore. Saat ia memandang Syal Arema yang tergantung, terlihat di balik jendela Melia dengan Syal di leher dan jersey arema yang dikenakannya bersiap mengajaknya segera menuju Stadion. 

Aremanita itu benar-benar mebuat Galih tidak lagi punya pegangan sore itu. Mendadak ia tidak memiliki antibodi dalam menghadapi masalah barunya ini. Dia lebih seperti pecundang yang kalah total dan dicap sebagai pengecut. Seorang wanita telah membuatnya rapuh. Membuatnya hilang kendali dan tidak mampu melihat dan membedakan mana yang nyata dan mana yang ilusi. seolah semua baginya sama. dan kini memusingkan kepalanya yang sudah berat oleh tugas kuliah yang terus menumpuk.

Diraih Galih gelas di atas meja yang berisi seperempat cappucino yang hampir dingin. Dia duduk sejenak sambil meneguk minumannya. beberapa saat ia berada dalam diam. Wajahnya tampak sangat kusut. rambutnya yang mulai memanjang melebihi ukuran rata-rata rambut pria terlihat menutupi telinga dan sebagian matanya. Jelas terlihat rambut itu jarang disisir sehabis mandi. 

Kaki Galih melangkah keluar setelah tegukan terakhir kopi cappuchinonya. Dia meninggalkan kamar tanpa menguncinya, meninggalkan laptop di lantai dan 2 buah handphone di atas meja belajarnya. Lembaran-lembaran kertas yang bertebaran bergerak tertiup angin ketika pintu kamar dibuka. Dia terus melangkah hingga pagar, merogoh saku celana pendeknya dan mengambil kunci gerbang yang gantungannya bertuliskan UB, dua huruf besar yang sangat tidak asing di kota ini. 

15 menit kemudian Galih kembali dengan bawaan satu kresek kecil di tangan kanannya. Ia tidak perlu merogoh saku lagi untuk mengambil kunci gerbang, karena gerbang kini terbuka dengan gembok tergantung di bagian atas pagar sebelah kiri. Ia tercenung sejenak menyaksikan apa yang ada di depan matanya. Ada keraguan di tengah kegalauannya bahwa ia lupa mengunci kembali pagar ketika keluar tadi. Hanya 15 menit yang lalu peristiwa itu terjadi, namun otaknya tidak mampu bekerja mengingat semuanya. Sosok wanita baru saja membendung ruang pikirnya. Membuatnya tak tahu apa yang baru saja terjadi dan tak menyadari secara total apa yang telah ia lakukan. Langkah galih terus menuju ke dalam, melewati beberapa kamar hingga ia sampai di depan pintu kamar yang bertuliskan angka tujuh. Pintu ternganga separoh dan lampu dalam keadaan mati. Cukup bingung ia menyaksikan apa yang terjadi di depannya kini. 

mendadak suasana membawanya terus berjalan hingga menuju kamar mandi. Galih melepaskan hasrat yang sedari jalan pulang tadi mengganggunya. Kresek ia gantung di gagang pintu kamarnya yang setengah terbuka. sekitar 10 menit ia ada di kamar mandi hingga akhirnya keluar dengan wajah yang sedikit lebih fresh. Ia kembali menju kamar nomor tujuh yang entah kenapa kini lampunya telah hidup. Dan kresek yang ia gantungpun kini berada di atas meja belajarnya, disamping dua handphone yang tadi ia taruh. Tetapi tidak ada laptop di lantai. Lembaran kertas juga tidak semuanya lagi sesuai dengan posisi awal saat ia tinggalkan. Dia duduk di kasurnya, disebelah meja belajar, mengambil kresek dan mengeluarkan sebotol big Cola dari kresek tersebut. Juga setelah tegukan pertema Galih mengeluarkan sebungkus rokok dari kresek tadi. 

Kepulan asap sedikit menenangkan hatinya. Menyegarkan otak yang keadaannya tidak dapat di definisikan. Lelah, capek, berat dan sebagainya sedikit terobati setelah ia menghirup nikotin dan tar. Ia menikmati apa yang sedang ia lakukan. tampak jelas ada sedikit kecanggungan saat asap itu keluar dari mulut galih. Sudah lama ia tidak merasakan nikmatnya bahaya Nikotin. 3 tahun lalu, terakhir kali ia mengepulkan asap dari  mulut dan hidungnya. Dan kini, ia kembali melakukan hal yang sama dengan rokok yang sama pula. seorang wanita ternyata lebih dari cukup untuk membuatnya melanggar janji yang dulu ia ikrarkan bersama beberapa orang berandalan. (continyu)

1 komentar: