Rabu, Mei 07, 2014

Pandangan itu Tidak Berubah

Aku berjalan menuju tangga setelah keluar dari laboratorium pemuliaan tanaman setengah jam setelah azan zuhur berkumandang. Masih dengan menggunakan jas lab sambil menyandang tas, aku melangkah bersama erwin. teman sekelas ku yang juga berasal dari sumatera. Dia menenteng laptopku yang masih dalam keadaan terbuka. Mencari tempat untuk meletakkan laptop karena ada beberapa data yang akan dia pindahkan dari laptopku.   Di lorong sekitar 4 meter itu, dia berhenti dekat sebuah tangga.Tepat di depan tong sampah kecil dan meletakkan laptopku di sana. Di dekat tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua dan juga menjadi jembatan antara 2 laboratorium, yaitu pemuliaan tanaman dan fisiologi tumbuhan di gedung megah berlantai tiga ini. Tampak beberapa orang keluar dari lab fisiologi juga dengan mengenakan jas lab yang sama denganku.

Beberapa saat aku memperhatikan Erwin yang tengah asik dengan laptopku. Memindahkan data tugas kelompok yang harus segera di kirim untuk diolah kembali. Dijadikan makalah dan di jadikan power point untuk bahan  presentasi. Beberapa orang terlihat berdiri dan berfokus pada satu titik di tengah-tengah mereka. tampak ada sesuatu ayng sedang mereka bahas. sejenak pandangan ku terdiam di sana. 4 orang perempuan dan satu laki-laki sedikit gemuk dan tinggi dengan kacamata berbingkai hitam. di samping laki-laki yang tidak kuketahui namanya ini, berdiri seorang wanita berhijab dengan warna ungu tua dan baju ungu serta jeans panjang sedikit ketat yang menutupi lekuk-lekuk tubuhnya. sesaat aku sangat hafal body seperti itu. Postur tubuh yang sangat aku kenali karena dulu selalu menjadi perhatianku saat masih semester awal. Aku memandang dengan terkadang sedikit mengelak ketika dia memandang lurus kepadaku. Aku kenal betul orang itu. tapi apakah dia juga mengenal aku, entahlah. Yang jelas matanya yang liar selalu akan menjadi saksi apakah memang benar dia mengenalku atau tidak. 

pandangan itu ternyata masih ada. Masih tidak berubah bahwa mata itu masih tetap terus ingin memandang seorang yang sedang tengah di dera kegalauan ini. dia tidak berubah. sama sekali ia tak berubah meski sekarang ada orang lain yang telah memilikinya. Ada tempat kemana dia seharusnya memandang. Bukan kepadaku yang jelas-jelas sampai saat ini belum pernah berinteraksi dengannya. Ada seseorang kini yang seharusnya menjadi perhatian utama, ada yang telah memilikinya dan membimbingnya, telah ada orang yang selalu berada di sisinya kini. Jujur itu sungguh membuat aku sedikit kecewa dan merasa bodoh. Seandainya di kesempatan dulu, ketika melakukan fieldtrip di Jatikerto, ada kesempatan untuk aku bisa berbicara, namun ketiadaan keberaniaan membuat hanya diam yang menguasai tubuh ketika itu. sangat menyesal hingga kini atas apa yang aku lakukan ketika kesempatan yang datang ternyata memang hanya satu kali. di tambah kedekatannya yang semakin menjadi-jadi dengan laki-laki tinggi berkacamata dan agak gemuk itu. 

Laki-laki itu tidak mengetahui bahwa pandangan mata anggit ketika itu adalah aku. Tepat berada di samping sang kekasih, Anggit tetap memasukkan bayanganku dalam bola matanya yang hitam. Seolah hidung mancungnya menghembuskan napas dengan namaku mengalir di dalamnya. Tidak ada senyum ketika itu, hanya sabuah pandangan yang terus berusaha untuk memperhatikan gerak gerikku.

Aku adalah laki-laki. Aku tahu apa yang sedang diperbuatnya. aku sangat paham bahwa pandangan ini adalah pandangan awal saat pertama kali bertemu. Pandangan awal ketika masih menjalani masa ospek. Sama sekali tidak berubah. Ada ketertarikan lebih dari sorot mata yang anggun itu. Ada keinginan untuk dapat melihatnya setiap hari. Ada keinginan  untuk dapat memilikinya. Dan itu sangat sulit. Tidak ada keberanian adalah penghalang dari semuanya. Posisi sebagai anak rantau yang hidup jauh dari kecukupan, membuat anggit terlalu tinggi untuk di gapai. Seolah dia berada di eklas yang jauh lebih atas dibandingkan posisi ku saat ini.

Niat untuk menyatakan aku menyukainya, tidak pernah terealisasi akibat tertimbun oleh keadaan yang tidak memungkinkan. Terkubur jauh di dasar dan belum saatnya untuk di bangkitkan. Waktu terus berlalu dan terus berputar meninggalkan ketidakberanianku. Aku mulai mencoba untuk lupa dan berusaha memainkan peranku sebagaimana posisiku yang ada di bawah. Jauh di atas sana sesosok anggit brdiri dengan anggun siap menanti sang pembimbingnya.

Beberapa bulan berlalu tanpa ada pertemuan karena jadwal yang berbeda. Lalu tiba-tiba hari ini, ketika aku yang seharusnya berada di lab genetika dipindah ke lab pemuliaan, memberikan kesempatan ku untuk melihat sang pujaan yang kini telah merajut kemesraan dengan orang lain. Sakit memang, ketika sentuhan-sentuhan hangat terjadi diantara mereka, tapi tidak ada hal lain yang bisa dilakukan selain suatu harapan agar senyumnya selalu mengembang, bersama siapapun dan siapapun yang ada di sisinya. Itu sudah membuat getaran hati ini mengalun indah.

Aku berjalan dan memandang ke depan dan dia tertangkap jelas sedang melihat wajahku yang sedikit mengantuk. Mungkin memang kalah jauh dibanding kekasihnya yang berkonstruksi wajah dan layak disebut ganteng. tapi ketulusan yang aku pancarkan lewat mata juga kalah jauh dari yang diberikan pacarnya. seolah dia mengetahui semua itu. Mata anggit berulang kali tertangkap sedang memandangku. PAndangan dan sorot mata yang tetap tidak berubah sejak 8 bulan yang lalu, sejak ketika dia belum memiliki 'peliharaan' yang akan membuatnya berderai air mata beberapa saat lagi. Aku sangat meyakini itu, karena ketulusan yang sebenarnya untuk seorang anggit ada dalam diriku. Hanya ada 1 ketulusan yang benar-benar sejati dan itu adalah aku. Mungkin hanya waktu yang belum memberikan jawaban kepada Anggit secara utuh. Hanya sorot mata yang seolah meyakinkanku bahwa sedikitnya anggit menyadari keberadaanku. Meski tiada satu kali pun interaksi pernah terjadi di antara kami. Tatapan matanya seolah masih mengatakan keraguan yang tengah berkecamuk. Dia menyadari akan kehadiranku, namun belum  ada keyakinan yang utuh untuk benar-benar meyakinkan. Dia menyadari kehadiranku yang ingin bersamanya, namun dia belum meyakini sepenuhnya, ketulusan dan kesungguhan kah yang akan aku hantarkan???

Dulu aku hanya butuh keberanian jika seandainya kesungguhan benar-benar aku miliki. NAmun sayang sekali kesungguhan yang hampir matang itu harus terkubur oleh perbedaan kasta antara kami. Lalu kini? Ketika seorang telah mendapatkan hatinya, aku juga malah ingin berharap lagi dengan rasa yang lebih menggebu-gebu. bersiap menjadi orang ketiga atas kesalahnku sendiri di masa lalu. jika dulu aku berani mengungkap yang ada di hati, meski tidak ada jawaban pasti, paling tidak aku telah menyatakan apa yang aku yakini. Apapun yang terjadi kemudian tergantung dari keputusannya. Sayang sekali itu sudah terlambat. Jikapun kini tertaklukkan, akan ada yang menghalangiku terlebih dahulu sebelum hati itu benar-benar bisa ku gapai. Anggit tidak akan lepas genggaman begitu saja dari sang pacar. Masih ada secuil cinta yang akan mempertahankannya. Tergantung penilaian anggit selanjutnya dan langkah yang akan dia lakukan setelah itu. Apakah ia memilih secuil cinta lewat nafsu, atau memilih ketulusan nyata yang aku bawa jauh dari seberang laut sana hanya untuk seorang agdis jawa yang begitu elok. 

terlepas dari semua itu, sedikit syukur tetap terucap di hatiku yang kini teriris melihat kemesraan yang mereka umbar. Aku sedikit senang karena mata itu tidak berubah. tetap memilih aku sebagai objek pandangnya. tetap dengan cara yang sama seperti awal dulu. ketika belum ada peliharaan yang selalu mengawalnya. Aku hanya bisa berdoa semoga kini ia tengah tersasar mennuju hatiku yang sebenarnya jauh lebih indah. keindahan nyata yang ada dariku untuknya, tidak seperti keindahan semu dalam masa pencariannya yang kini masih terus berlanjut. Selamat berjuang anggit. teruslah tersenyum dan teruslah mencari jalan, karena hatiku telah menunggumu di sini. Jangan sampai menyerah hingga kau benar-benar jatuh di pelukanku. Aku juga akan berjuang untuk persiapan masa depan indah yang akan kita rajut bersama. teruslah melangkah hingga hati ini bisa kau lihat dengan jelas cahaya ketulusan yang akan kuberi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar