Minggu, Mei 11, 2014

Malam Minggu di Gazebo

Langkah 4 orang mahasiswa terdengar tidak beraturan di jalan raya yang sedang sesak dan penuh putaran roda kendaraan bermotor. Diam sejenak di pinggir jalan, menunggu jalanan sedikit sepi kemudian bergerak cepat melintas agar tidak di sambar sang penguasa jalan. Tampak keramaian mulai terlihat. Parkiran gazebo sudah dipenuhi kendaraan begitu juga halaman depan laboratorium pengolah kompos. Penuh sesak oleh motor yang terparkir tanpa pemilik.

Tepat di depan kami ada sebuah pagar sekitar 2,5 meter yang menghubungkan jalanan dengan gazebo utama kampus. Sudah pasti gerbang tersebut ditutup karena memang belum diresmikan penggunaannnya. Tidak ada plihan lain bagi selain memanjat pagar agar lebih cepat sampai ke tujuan. Memang sebenarnya gerbang utama yang siap sedia buka 24 jam tidak terlalu jauh, tetapi kalah dekat dibandingkan gerbang kecil yang masih tersegel ini. 

Tidak sampai menghabiskan waaktu 20 detik untuk memanjatnya hingga sampai ke seberang. Kalah jauh dibandingkan melewati gerbang utama yang harus memakan waktu paling cepat 2 menit lagi. Ketika sampai di balik gerbang, pemandangan yang terlihat jauh lebih menarik dari ketika masih di jalan tadi. Tampak dari belakang panggung, beberapa warna menghiasi area gazebo malam ini. Cahaya lampu sorot yang dibentuk dan bergerak sedemikian rupa, sangat jelas menggambarkan acara seni yang tengah berlangsung. Puncak acara yang berlangsung pada ULTAH UKM SENI KE 34 ini berjalan cukup meriah. Gazebo memang tidak disesaki pengunjung, tapi keramaian dapat terlihat dari stan-stan yang ada yang mengatakan dagangan mereka laris manis. 

Beberapa orang terlihat sedang menikmati acara ketika kami berjalan di trotoar kampus. Mencari pintu masuk sambil menikmati udara gazebo yang tergolong asri dibandingkan fakultasku yang sedikit lebih panas. Ada banyak orang yang tidak aku kenal disana. Wajah wajah aneh menghiasi malam minggu yang bagiku biasanya selalu suram. Yoga berjalan ke sisi kanan panggung dan menemukan tempat sepi yang sangat bagus untuk menikmati acara. Tanpa diajak pun aku, Reza dan Adi mengikuti langkah kaki Yoga ke sudut yang ternyata dekat dengan pintu keluar. 

Beberapa saat lamanya 4 orang kumbang yang malam ini tidak menemukan kembangnya menikmati acara seni yang disuguhi puisi, tarian kuda lumping, dan mendengarkan nada-nada tak jelas dari Rektor yang baru saja berakhir masa jabatannya. Kemudian ditutup dengan alunan indah paduan suara yang baru saja terbang ke Italia untuk mengikuti lomba tingkat internasional. 

Kami pindah bertepatan dengan lagu pertama dari paduan suara berakhir. Mencari tempat yang view nya lebih baik untuk melihat wajah-wajah bening yang kebanyakan tanpa kerudung ada di atas panggung. Beberapa wajah di sana sudah tidak asing lagi ternyata, karena berasal dari fakultas yang sama. Alunan-alunan indah terus melantun dari anugerah tuhan yang diberikan pada mereka. Suara indah itu menghibur banyak orang yang membuat penikmat khidmat mengikuti satu kesatuan suara di atas panggung. Terdengar hening beberapa saat dibuai oleh indahnya suara yang telah melalang buana ke berbagai negeri. Yang menjadi salah satu andalan kampus untuk berbicara dalam dunia internasional.

Begitu sang dirigen menutup penampilan mereka, tepuk tangan terdengar riuh berirama dari para penonton, dan baru berhenti ketika mereka mulai menghilang di balik panggung. Suasana kembali heboh seketika setelah beberapa saat lamanya terdiam, ternganga dan terlena oleh buaian indah suara lembut yang bersatu padu menjadi satu. Acara pun terus berlanjut.

Tak sengaja ketika menghadap ke belakang, sebuah banner sebagai latar belakang foto tampak bergerak tertiup angin malam. Aku mengajak 3 orang kawanku yang masih menatap ke panggung untuk mengabadikan momen malam ini. Bertepatan dengan itu, kepala ku di jitak oleh seseorang yang langsung saja menghilang. Dalam kaget aku berusaha mencari tangan jahil siapa yang menyentuh kepalaku. Rasanya feellingku tidaklah salah, dan ternyata memang benar. Tubuh agak gemuk dengan rambut kusut tak kuasa menahan tawa melihat kebingunganku mencari sang pelaku. Dialah Wahid, salah satu teman akrab dan teman pertamaku semenjak resmi menjadi mahasiswa di tanah jawa ini. 

Dan sangat kebetulan sekali karena dia saat itu sedang menenteng Kamera SLR bermerk Cannon, tepat disaat aku baru saja mengajak mereka berfoto di depan banner. Kami berjalan menuju banner dan bersiap dalam antrian. Hanya beberapa detik saja setelah itu kami mendapat kesempatan. Beberapa jepretan diabadikan wahid. Dan sesi foto pun selesai dengan gaya pose yang sangat amburadul. Sangat tidak ada bakat menjadi seorang model. 

Ketika aku hendak kembali menikmati acara, tampak disamping banner duduk orang yang aku kenal. Ternyata masih ada beberapa yang aku kenal setelah di awal tadi aku berasumsi tidak ada yang aku kenal di sini. Aku menyapanya, perempuan berkerudung yang kali ini memakai kacamata bingkai putih. dan dia membalasnya dengan senyuman. Senyuman indah yang disinari lampu sorot warna warni yang bergerak kesana kemari. Manis sekali dia tampak malam itu. Ingin aku memujinya, tapi tidak jadi. Tidak ada alasan penting bagiku ketika itu. Aku hanya teman biasa yang ketika bertemu hanya saling senyum. Lebih tepatnya teman satu program studi yang aku kenal lewat kepanitiaan dalam penutupan ospek jurusan beberapa bulan yang lalu. 

Beberapa kali aku melirik ketempat dia duduk. Bukan apa-apa, ini diluar kesadaran, mata seolah dengan sendirinya selalu berada di luar kendali. Ingin melihat lagi senyum manisnya yang indah yang dibayangi sinar lampu temaram warna warni yang menyorot wajahnya dari atas panggung. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar