Rabu, Mei 11, 2016

Sikapmu

Untuk saat ini nafasku agak memburu, pertanda perasaan tidak baik sedang menyambangi hati. Beberapa hari belakangan memang ada syak yang menggelantung, membuat kenyamanan yang sebenarnya sudah tergerus kini semakin menjadi. Perkara jatuh cinta, semakin lama waktu bergulir, jenuh rasanya semakin menjauh. Tidak seperti yang banyak orang rasakan, waktu yang terus berputar kerapkali menimbulkan bosan sementara aku sama sekali tidak mengalaminya. Justru dari lamanya waktu yang tiada henti aktivitasnya barang sejenak itu, aku merasa semakin takut kehilangan. Ada kewas-wasan yang seringkali menyambangi saat lamunan sedang berkuasa di sore dan malamku.

Beberapa hal tentangmu tidak jarang membuatku takjub, aku tersenyum bangga atas sikap yang kamu tampilkan, dan merasa menjadi seorang yang beruntung karena dapat melumpuhkan hatimu. Namun tak sepanjang waktu, beberapa sikap kecil yang kamu perbuat telah memaksa prasangkaku untuk tidak percaya sepenuhnya.

Jelas sekali yang kurasakan adalah bahwasanya kita selalu berjalan di belakang. Kita tak dapat menyaksikan ekspresi mereka, melainkan hanya punggung-punggung yang tak bermata. Kita tak pernah melangkah dengan iringan senyum mereka. Bagai sedang bermain petak umpet, rasanya aku dan kamu melangkah di rumput kisah dengan cara mengendap, berharap tak seorang pun tahu apa yang kita perbuat.

Aku pun sebenarnya tak begitu memahami, sikap-sikap yang kamu tampilkan memang masih terlalu absurd maknanya. Namun dari kacamataku yang terus terang saja tengah berada dalam suasana harap, apa yang kamu lakukan seolah berusaha menghilangkan aku saat ada mereka, dan memunculkanku lagi ketika mereka sudah tak ada. Apakah kebetulan? Tidak, kebetulan tidak berlangsung berkali-kali dan dalam waktu hampir 2 tahun berturut-berturut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar