Minggu, Mei 22, 2016

Khilaf


Harus kukatakan bahwa belakangan ini aku kalah oleh kerasnya dunia. Aku terjerumus dan sempat melupakan Tuhan beberapa saat lamanya. Komplikasi permasalahan membuat jiwa-jiwa yang dulu di bentuk dalam pondasi kuat bernuansa surau tiba-tiba goyah dengan mudah dan hancur perlahan. Semboyan "ABS-SBK" yang tertanam sejak lahir seakan tercecer. Semakin jauh kaki melangkah meninggalkan kampung, semakin pudar pula norma-norma yang sebelumnya kuat mengalir dalam darah.

Benteng-bentengku ternyata terlalu keropos. Bahkan untuk sekedar mengucap syukur atas setiap nikmat saja berat sekali rasanya. Kewajiban-kewajiban seringkali tertinggalkan. Aku yang dulu lahir di antara kekuatan iman dan agama, yang lahir di tanah para ulama dan cendekiawan, kini justru terseok lalu roboh karena ujian yang tak seberapa.

Aku terjerembab ke kubangan yang aku sendiripun tak pernah membayangkan. Sajadah yang dulu sengaja ku bawa dari rumah terlipat rapi di ujung kamar berikut sarung dan peci yang menjadi kombinasi. Tak pernah tersentuh, hanya menjadi hiasan dan sekedar penanda tanpa pernah lagi digunakan. Kehidupan yang maha berat di tanah antah barantah ini membuat jiwa-jiwa lelahku begitu mudah terasuki kesesatan. Aku tak lagi secakap dulu, tak lagi mampu membagi waktu, dan juga tidak lagi bisa  tersenyum dengan ikhlas. 

Hati yang dulu tenang kini sering meronta. Selalu gelisah tanpa ada sebab yang nyata. Ragaku tak pernah nyaman dimanapun berada. Kepada siapapun hatiku tak pernah bisa percaya. Kesadaran setiap hari mengawali kesalahan dan khilafku. Hanya dia tak cukup mampu untuk membendung nafsu-nafsu tak bertanggung jawab yang terlalu membabi buta. 

Kepada Ayah dan Ibu di sana, maaf atas penghianatan yang telah terlajur terjadi. Melalui surat yang bahkan tak sanggup untuk kubaca ulang ini, aku ingin mencurahkan segalanya. Bukan aku tak mampu menahan godaan dunia seperti yang kalian wanti-wantikan dulu. Hatiku saja yang tak terlalu kokoh memenjarakan iman dan kepercayaan. Maaf atas jiwaku yang kolaps, yang pernah lupa akan Pencipta, yang pernah berdusta dalam berkata, yang tak mampu bersikap seperti yang selama ini kalian harap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar