Rabu, Mei 04, 2016

Harap di BIM

Minangkabau International Airport 
sumber: google.com

Kemaren sore aku melihatmu di penghujung senja, di akhir jam kuliahku yang agak terlambat selesainya. Satu hal yang menjadi pertanyaan sekaligus harapan yang selalu terlintas adalah, "Kapan kita akan bertemu di BIM?"

Pertanyaan itu sedikit membuat sesal karena aku dan kamu seharusnya saling mengenal. Temanmu adalah kawanku, dan kawanku sebagian adalah teman dekatmumu juga, lalu mengapa kita tidak saling peduli? Kita hanya diam di saat sesuatu yang penting seharusnya kita bicarakan. Bukankah kita seharusnya berdiskusi tentang beberapa hal yang sedang hangat di kampung halaman sana? Leluhur kita mengajarkan untuk angkat kaki sementara dari ranah kelahiran, lalu kembali suatu saat dengan ilmu dan materi yang didapat. Juga ditanamkan bahwasanya kita satu darah di atas tanah perantauan.

Mungkin kamu sedikit sungkan untuk memulai kata. Pada dasarnya kamu adalah seorang yang aktif dan banyak bicara kulihat, tetapi kenapa sulit sekali rasanya untuk mengajakku ikut dalam obrolanmu?

Aku? Jujur saja sedikit sungkan rasanya untuk memulai. Kamu lihat perbedaan kita, barangkali kamu sangat tahu akan hal itu. Dalam perkembangan yang ada, kamu telah melangkah lebih cepat, jauh meninggalkanku di belakang yang berjalan terseok. Ingin sebenarnya untuk berdiskusi denganmu, lalu di akhir nanti kita berdedikasi untuk mereka yang di sana kita tinggalkan sementara. Juga untuk tanah yang menjadi saksi sebagian besar budaya kita yang masih dapat bertahan. 

Dari seorang bernama Sonia, aku mengetahuimu, dikatakannya juga bahwa kamu tahu aku. Jadi, bukankah kita sebenarnya sudah saling tahu satu sama lain? Kita juga sudah pernah bertemu, beberapa kali bertatap agak 3 detik lamanya saat berpapasan di jalan. Kita hanya berlalu begitu saja. Bukankah seharusnya kita saling menyapa? Atau setidaknya kita dapat saling tersenyum.

Mungkin agak terkesan aku sedikit berharap. Ya, memang demikian adanya. Aku memang berharap untuk dapat mengenalmu, saling menyapa dan tersenyum, lalu berdiskusi tentang apa saja, tentu saja dengan dibuka oleh wawasan luasmu yang telah melalang buana kemana-mana. Lalu apa hubungannya tentang pertanyaan dan harapku agar kita bertemu di BIM?

Satu-satunya tempat yang besar kemungkinannya untuk kita bertemu secara tidak sengaja adalah tempat itu. Dimana diantara lalu-lalang manusia, aku mendapati wajah yang tidak asing, dan kamu melihat sosok yang cukup familiar. Hal itu akan membuat kita tergerak untuk saling menyapa, entah aku ataupun kamu yang akan memulai duluan, setidaknya kita akan saling melempar senyum. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar