Sabtu, Mei 21, 2016

Kewajaran

WHO AM I ???
Entahlah, aku seringkali bingung dengan apa yang menyibak pikiran-pikiran dalam jiwanya. Dikatakannya yang aku minta kali ini adalah suatu kewajaran, namun tak pernah dia gubris. Jelas aku heran dan bimbang. Terasa ada yang ganjil, seperti ada hati yang dia jaga di kota sana. Permintaanku tempo hari bukanlah sesuatu yang terlalu muluk. Yang -sekali lagi- sangat wajar, dan itu jelas telah diakuinya.

Sesulit apa hal itu sebenarnya? Dan mengapa begitu sulit? 

Apakah benar seseorang di sana telah lebih hebat meluluhkannya? Atau masih ada rasa yang tertinggal di ujung kota sana hingga dia berpikir untuk suatu saat menjemputnya lagi? Dia hanya tersenyum saat aku bertanya. Senyum yang manis seperti biasa, tetapi kali ini aku tak begitu menikmatinya. Aku tak mendapat alasan jelas yang cukup meyakinkan dan dapat diterima. Apa yang dikatakannya, yang menjadi penghambat permintaanku, pernah dilakukannya saat belum terjadi apa-apa. Lalu kini, ketika keadaannya sudah semakin mendukung, dia katakan permintaanku berat untuk dilakukan.

Sedari awal sebenarnya sudah banyak yang mengganjal, dari hal-hal kecil nan sepele hingga sebuah permintaan nyata yang kuajukan. Apakah -baginya- aku benar-benar ada? Di sisi lain, saat hanya ada aku dan dia, aku mengakui bahwa hatinya setara dengan malaikat. Dia peduli, dia baik sekali lakunya, perhatiannya sangat luar biasa. Namun saat berada di lautan manusia semua itu kadang seperti sirna entah kemana.

Sejak hari itu, aku tak dapat lagi menerjemahkan apa yang terjadi. Mungkin saja dia malu. Pertama aku adalah orang daerah dan dia adalah anak metropolitan. Dua latar belakang berbeda yang sangat kontras dan sulit dicocokkan. Kedua, kami tidaklah pernah saling melengkapi. Dialah yang selalu melengkapi kekuranganku. Aku laki-laki yang tidak bisa diandalkan, jadi mungkin tidak begitu berguna baginya. 

Di hati kecilku memang benar adanya pengakuan akan hal itu. Dan aku masih manusia perasa dan tahu diri. Tetapi apa yang telah terjadi juga menimbulkan goresan yang sakitnya masih terasa. Sebegitu tidak pentingnyakah aku hadir dalam cerita perjalananya? Aku adalah manusia yang juga butuh untuk sedikit dihargai dan diakui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar