Jumat, Mei 01, 2015

Mengekspos Cinta

Bolehkah berteriak kepada dunia untuk mengatakan bahwa kita adalah kekasih? Aku adalah lembaran hidupmu dan kamu adalah cerita disetiap waktuku. Dalam sadar yang kadang sebenarnya tidak disadari, kita terlihat sangat berhati-hati dalam melangkah menentukan arah. Kita diam dalam jarak ketika berdiri di depan ribuan mata. Kita berlaku bahwa inilah kita dalam jalinan cinta yang sangat biasa.

Kemudian dalam ketidakrasionalan berpikir, muncul tanya yang tidak tertuju pada siapa-siapa. Benarkah kita adalah sepasang kekasih? Apakah nyata bahwa kita sedang menjalin cinta? Apakah sebenarnya kasih sayang itu benar-benar hinggap di hati kita? Dan terus seperti itu, banyak lagi tanya-tanya tak berjawab yang keluar dari bisikan bibir. 

Dari ketidaksadaran yang mulai sadar, dari ketidakrasionalan yang mulai rasional, kita mulai mencoba menarik diri dari dunia semu tempat selama ini kita berpijak. Kita masuki alam nyata dengan sedikit kecanggungan akibat tatap mereka yang tidak sama. Kita mencoba memotong jarak, mendekat hingga hembusan napas masing-masing kita terasa meniup kelopak mata.

Ada gelagat tak biasa ketika kita mencoba untuk bersikap seperti mereka. Apa daya itu bukan fashion kita. Kita berada dalam jangkauan mahligai cinta yang sangat biasa, sangat sederhana dan apa adanya. Tidak ada yang perlu ditampilkan secara lebih, tidak ada yang perlu diekspos kepada dunia. Biarkan dunia mengerti dengan sendirinya. Bahwa dalam sederhana dan kesangatbiasaan ada ketulusan yang melandasi kita dalam berpijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar