Senin, Mei 04, 2015

Kata Sederhana

Baru saja rintiknya mereda ketika magrib mulai tiba di penghujung. Saat itu di jendela masih menempel gugusan-gugusan embun sisa hujan sore tadi. Dan aku sedang memandang satu sudut ruangan tempat berteduh. Bersama embun yang berangsur hilang di balik jendela kaca, lamun perlahan menghampiri duniaku yang sedang tanpa penguasa. Menerawang jauh melintasi batas pandang mata dan melayang menerobos butiran hujan yang kini telah berubah menjadi gerimis kecil. Beberapa hari yang lalu kata tak disangka terngiang menghujam jiwa. Bukan dari mereka ahli kehidupan, bukan juga dari mereka yang paham dan kaya pengalaman hidup. Seorang remaja beranjak dewasalah yang membuat jiwa-jiwa keropos tersentak dan kembali bergairah dengan beberapa rangkai katanya. 

Tidak satupun belahan dunia lain akan memiliki gadis serupa. Ada kata sederhana yang disampaikannya, yang bahkan ia sendiri tidak menyadari bahwa sepenggal kalimatnya itu telah mengubah (membetulkan) prinsip hidup seorang yang tengah terpuruk jiwa dan raganya. Terasa sebelumnya dalam keadaan bagaimanapun kalimat itu tidak akan mungkin muncul dari bibirnya. Tetapi nyata dan rasa tidaklah selalu bersama di setiap jalan. Tak pernah diduga, beberapa kata yang keluar dari mulutnya bermakna sangat luar biasa.

Kepada Tuhan, terima kasih telah memperkenalkan umat yang ternyata lebih dari sekedar indah. Jika boleh mengirim sebaris pinta, akan berteriak aku diantara pohon yang menjulang dan burung yang terbang menghias langit. Biarkan dia tetap di sini, biarkan dia menjadi sandaran di saat lelah melanda, biarkan dia menjadi bahu tempat bersandar ketika amarah sedang berkuasa, dan biarkan dia menjadi pelangi setelah badai menghantam cemerlangnya dunia. Biarkan bersama sampai akhirnya tanah benar-benar menjadi singgasana terakhir pelepas lelah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar