Minggu, Januari 25, 2015

Suka(?), Tak Bertegur Sapa

Tiga tahun yang lalu, masih ingatkah ketika kita berekreasi ke Universitas Putra Indonesia YPTK Padang? Satu angkatan dimana setiap kelas ditempatkan dalam satu bus besar. Sayang sekali kuota untuk bus maksimal hanya 30 orang sementara satu kelas rata-rata dihuni oleh 34-35 siswa dan itu diketahui beberapa menit sebelum keberangkatan. Solusi? Sangat tidak layak jika disebut solusi. Beberapa siswa laki-laki harus bergantian untuk berdiri. Sudah kodratnya bahwa setiap laki-laki harus mengalah terhadap yang namanya kaum hawa.

Tidak ada yang perlu diceritakan sebelum dan selama keberangkatan menuju ke kampus berwarna kuning bermotif orange ini. Semua berjalan sesuai rencana kecuali masalah kuota bus dengan jumlah siswa. Yang perlu diceritakan di sini adalah seorang siswi, teman kelas yang sudah lama ku taksir. Pendiam, pintar, dan sedikit kekanak-kanakan. Begitu sifatnya dulu. Sekarang? Entahlah, sudah dua tahun kami tak berjumpa.

Bosan dan melelahkan karena sejatinya ini adalah acara untuk kelas Dua Belas. Namun dilimpahkan ke kelas Sebelas karena mereka sibuk dengan Try Out menuju UAS. Kebosanan dalam gedung megah bernama UPI Convention Center itu mulai berakhir setelah azan ashar berkumandang. Sedikit mengabadikan momen di kampus swasta terbaik untuk wilayah sumatera bagian tengah ini. Sebagai kenang-kenangan tentu saja. Dan tak ada yang perlu diceritakan selama di sana. Sangat tidak penting bagi kelas Sebelas waktu itu.

Kembali ke bus masing-masing setelah menunaikan 4 rakaat sebelum matahari tenggelam. Tidak ada lagi instruksi dan komando yang mengikat. Setiap kelas bebas memilih, langsung pulang atau berhenti di tempat wisata atau dimanapun sesuai kesepakatan. Basko Grand Mall adalah pilihan kita untuk menikmati malam sejenak di kota bengkuang.

Di sinilah cerita itu terukir. Pukul 20.45 Bus kembali melaju, meninggalkan hawa panas kota Padang dan kembali ke lereng gunung Sago yang sejuk dan asri. Perempuan itu, yang memakai kacamata adalah inti di balik cerita ini. Dia duduk di bangku nomor 3 dekat jendela. Sementara di sampingnya kosong. Bukan karena ia dikucilkan, tetapi semua orang dalam bus itu paham. Aku rasa ketika itu dia juga paham, mengapa teman-teman dekatnya tidak ada yang duduk di sana. Mereka tahu, semua yang ada dalam bus itu tahu, bahkan satu angkatan mengetahui. Dan saat inilah mereka berikan waktu untukku (baca: untuk kita) lebih dekat di luar jam sekolah. 

Mereka paham, kau juga menyukaiku, tetapi sifat yang kau tunjukkan sangat bertolak belakang dengan apa yang hatimu rasakan. tak ada seorang pun yang tahu alasannya, termasuk ke 6 orang itu yang sangat dekat denganmu. Jujur aku berterima kasih pada mereka, pada teman kelas kita yang menyebut diri mereka dengan nama SCOTLET (aku tahu kau pasti tidak akan pernah melupakan nama ini). 

Kesempatan yang sangat langka. Adalah hal baru bagiku, selama ini kita adalah sepasang manusia yang tinggal di lingkungan yang sama namun tak saling kenal. Hanya pandangan secara diam-diam dari pojok kiri ke sisi kanan kelas yang bisa kulakukan. Melihat setiap aktivitas dan gerak gerikmu. Kita tak pernah bicara, kita juga tak saling sapa jika berselisih. Wajar rasanya jika aku sangat bahagia malam itu.

Malam itu, kita juga tak bicara sepatahpun. Aku hanya diam, tidak tahu kata apa yang akan aku ucapkan agar lidahku bisa bergerak. Kau pun sama, hanya diam menatap ke jendela, seolah membelakangi dan mengabaikanku yang berharap setengah mati untuk bisa bicara denganmu malam itu. Apakah kau menungguku untuk bersuara lebih dulu sebelum kau buka mulut? Itu adalah pertanyaan konyolku yang tak terungkap dan tentu saja tak terjawab.

4 Jam lamanya. dalam jarak kurang dari 20 centimeter kita tak saling bertegur sapa. Awalnya mereka (teman kelas kita) hanya tersenyum dan sedikit menggoda. Butuh sedikit waktu agar suasana menjadi cair, begitu pikir mereka. Alhasil pada akhirnya mereka hanya bisa geleng-geleng kepala akan apa yang mata mereka saksikan. Saling suka namun tak saling bertegur sapa. Itukah efek lain yang disebabkan cinta? Ah, terlalu ingusan untuk membahas masalah cinta ketika itu. Yang pasti tidak ada yang berubah setelah kejadian malam itu. Rasa suka tetap berjaya di sanubari, namun tegur sapa tak kunjung ada.
 UPI Convention Center
 (Seragam Batik Sekolah)

 Potretmu sebelum meninggalkan Kota Bengkuang


Suasana bus pukul 23.30


SCIENCE ONE TODAY LEADER TOMORROW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar