Selasa, Januari 06, 2015

Kanopi Nostalgia

Aku ingat, ini tempat dulu pertama kali kita membuka suara. Pohon yang dulu menjadi saksi telah tumbuh dewasa. Diameternya semakin besar, kanopi daunnya sudah semakin lebar, mencapai trotoar bahkan hingga beberapa puluh centimeter menyentuh badan jalan. sayang sekali aku hanya berjalan sendiri. Rindu akan dirimu yang kini entah dimana. 

Tiga tahun lalu kita berpisah. Aku masih ingat dengan sangat jelas. Tepat sehari sebelum kau kembali ke rumah menghabiskan liburan. Aku menghabiskan setiap tetes air mata sebelum bertemu denganmu, agar kau tidak tahu apa yang akan terjadi. dan pagi itu aku menjemputmu. Seharian penuh kita akan menghabiskan waktu bersama. Bagimu ini adalah perpisahan kita selama sebulan.

Saat kau kembali ke sini, kita tak akan bertemu lagi. Aku telah melangkah meninggalkan kota ini. saat kau kembali kau hanya akan mendengar kabar bahwa aku sudah tak disini, tak akan ada penjelasan akan diriku. Aku hanya meninggalkan sepucuk surat untukmu melalui seorang sahabat kita yang juga tak menyadari itu adalah pertemuannya yang terakhir denganku.

Asal kau tahu, malam itu setelah mengantarmu pulang, aku menangis lagi sampai pagi, membuat mataku bengkak dan terasa sakit. Saat kau memberi kabar telah berada di Jakarta, aku hanya tersenyum. Tidak kubalas karena hanya akan membuat kita sama-sama susah untuk melupakan satu sama lain.

Saat kau memberi kabar, saat itulah aku meninggalkan kota ini. aku terbang ke tempat yang tidak kau tahu. Entah dalam waktu berapa lama aku akan berada disana. Yang pasti kau tidak mungkin akan datang ke sini lalu kita bertemu.

Dan kini setelah tiga tahun lamanya, aku mendapat kesempatan selama dua hari untuk berkunjung kota yang dulu mempertemukan kita. Hanya dua hari dan aku sangat berharap bisa melihatmu. Bukan untuk bertemu, karena mungkin itu akan sangat menyakitkan. Cukup melihat dari jauh saja senyummu yang dulu menjadi daya tarik.


                                                                    _____________


Ini hari pertama, ketika pukul tujuh tadi pagi aku mendarat. Setelah seharian berada di hotel, aku mencuri kesempatan untuk bisa datang ke tempat ini. Berharap sesuatu yang sebenarnya tak mungkin terjadi di sana. Seorang perempuan tiba-tiba memanggilku dan langsung merangkul, beberapa orang melihat aneh pada kami, namun beberapa lainnya tetap acuh tak peduli.

Bahuku dicubit sejadi-jadinya hingga bekas biru langsung muncul. perempuan itu segera mengeluarkan Handphone dan terlihat menelpon seseorang.

"Ra, aku ketemu Ag....."

Langsung kuraih handphonenya, kumatikan. Perempuan itu terlihat bingung dan bertanya.

"Kenapa?"

Aku kemudian mengajaknya ke pujasera, tempat dimana dulu kami berkumpul dan bercanda. Secara tak sengaja, kami memesan menu yang sama, mie ayam dan es jeruk. Pesanan rutin Tiga tahun yang lalu bila makan disana.

Perempuan itu bertanya, kemana aku selama tiga tahun terakhir. tak seorangpun yang tahu apa yang terjadi denganku. Hilang begitu saja saat libur semester tiba. Aku tak menjawab, hanya tersenyum kecil sambil mengunyah mie ayam yang rasanya sama sekali tidak berubah.

Dia bercerita banyak tentang apa yang terjadi semenjak aku pergi. Dia juga sempat cuti setahun karena sakit, dan baru saja dia menyelesaikan skripsinya. Siap untuk diwisuda kapan saja.

"Dimana yang lain?"

Pertanyaanku dijawabnya dengan semangat. Mereka semua ternyata sudah lulus. Tak ada yang lebih dari target. tak lebih dari 4,5 tahun mereka menyematkan gelar S1 di belakang nama. Bahkan ada seorang yang hanya butuh 3,5 tahun untuk lulus dan kini melanjutkan S2 nya di Kanada.

Aku penasaran, yang mana diantara kami yang berhasil seperti itu? Sedikit melintas tebakan di pikiranku, dan benar saja. Dialah orangnya. Dia yang dulu memang paling pintar diantara kami. Bagaimana kabarnya kini? tiba-tiba aku merindukannya.

"Kangen?"  Perempuan itu ternyata memperhatikan raut wajahku.

Aku hanya tersenyum, bernostalgia mengingat kisah yang dulu sempat ada.

"Dia masih belum bisa melupakanmu. karena itu dia lulus secepat mungkin dan melanjutkan di luar sana agar bisa lupa sama kamu"

Kata-kata perempuan itu puitis sekali memberi penjelasan, membuat aku benar-benar rindu pada seorang yang sedang dikatakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar