Sabtu, April 19, 2014

Keindahan, Pengecut, Pecundang

Salahkah untuk sekedar mengagumi keindahan di balik kaca mata minus itu? Apakah ada yang aneh? Rasanya tidak. Sama sekali tidak. Tidak ada yang bisa melarang. Aku mulai menyenangi mata yang begitu anggun itu. Meski sangat sulit untuk melihatnya secara langsung, namun leawat beberapa foto yang aku pandangi dalam-dalam, mata itu mengandung makna yang begitu besar. Tatapan yang tidak pernah kosong dan memiliki makna yang luas. Tatapan yang penuh dengan makna yang tak terpecahkan. Mungkin ada rasa, ketika tatapan mata itu menyentuh tubuhku. Ada keindahan dan belaian hangat yang terasa ketika itu. Ilusikah? Hanya bayangan karena terlalu menyenangikah? Atau memang benar-benar mata itu memiliki makna lebih dari sekedar tatapan. Tidak hanya untuk melihat, tetapi juga sebagai penyampai pesan yang hanya beberapa orang dapat mengartikan. Apakah aku adalah salah satu dari sedikit orang yang mengerti dan mampu menjadi kamus penerjemah? Entahlah, tapi kurasa begitu. Bukan tanpa alasan, bukan hanya karena kesenanganku untuk menatap bola mata itu. tetapi ada yang aneh ketika tatapan itu sekilas menghadirkan getaran yang datang tiba-tiba. Seolah ingin memberi perhatian yang lebih, namun tak ada cara untuk memulai. seolah ingin menemani namun tak pernah ada kesempatan yang datang. Biarlah, mungkin memang belum waktunya, tetapi kala tuhan kelak mengizinkan, maka tatapan dari bola mata nan indah itu akan selalu hadir menghiasi. 

Tidak untuk sekarang, mungkin suatu saat. Akan ada hal indah yang terjadi. Pertemuan yang sering terjadi tanpa kontak yang berarti seperti sekarang ini. Ucapan hay yang biasanya keluar, kemudian di iringi senyum yang membuat malaikat terpukau, akan terus mengalir dan terus untuk selamanya. Akan menghibur hati yang sedih hanya dengan beberapa ekspresi wajah. Sungguh keindahan yang nyata membayang di benak ketika itu. Seolah khayalan berlebihan ini tinggal menunggu waktu saja untuk benar-benar menjadi sebuah kenyataan. 

Kala malam yang dingin seperti sekarang ini menusuk tubuh, bayangannya seolah memberi sebuah kehangatan. Lewat pelukan mesra, wanita itu membelai rambut sang pangeran yang tengah kedinginan ini. Dia mengerti, dan dia paham apa yang terjadi, apa yang tengah terasa, dan apa yang harus ia lakukan. Bayangan-bayangan indah yang sama sekali tidak ada tanda untuk menjadi kenyataan ini selalu menjadi bunga tidurku. Sebelum mata terpejam, ataupun saat mata sudah terlelap dengan begitu damai. Merasakan tatapannya, anggunnya bola mata yang selalu memberikan pandangan penuh makna, dan bayangan akan kelembutan tangannya menyentuh corak-corak wajahku yang rasanya tidak karuan. Jauh kalah dengan kontruksi wajah yang tuhan berikan untuknya. Ah, sungguh indah makhluk yang aku kagumi ini. Sebait doa selalu terukir selesai sholat, terselip diantara doa-doa lain. "Ya Tuhan jika dia jodohku, maka dekatkanlah, namun jika dia bukan jodohku, tetap jodohkanlah Tuhan." 

Doa yang sedikit memaksa. Doa tidak baik akibat kekaguman luar biasa terhadap seseorang. Sulit untuk di bendung dan ditahan. NAmun hati tak kuasa untuk berkata dan mengungkapkan yang sebenarnya. terpaku dan terdiam. Hanya mampu untuk sebatas mengagumi dan suka. Sepertinya begitu. Hati adalah organ kecil yang tidak punya kekuatan untuk berbohong. benih-benih yang tak pernah disemai itu mulai tumbuh. tumbuh begitu saja seolah tertanam di tanah vulkanik yang begitu subur. Tak perlu pupuk dan perawatan berarti. Sayang sekali tak pernah untuk terungkap hanya karena ketiadaan keberanian. Kata gentleman menguap dan bercerai berai saat sosok itu ada di depan mata. BAhkan melihat hal yang sangat dikagumi pun sama sekali tak sanggup. Jika pun pernah, hanya sekilas dan sepersekian detik tanpa pernah beradu pandangan. Seakan diri ini adalah seorang yang bodoh dan pengecut. Harus di akui karena memang begitulah adanya. yang namanya keberanian benar-benar sirna saat itu juga. Hanya karena sesosok makhluk lain yang tuhan ciptakan sebagai teman hidup, membuat jiwa benar-benar merasa menjadi seorang pengecut dan sekaligus pecundang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar