Senin, April 07, 2014

Cinta dan Logika

tidak selalu cinta hadir disaat yang tepat. Kadang cinta justru hadir disaat kita tidak mengharapkannya. Dia datang tidak diundang. Mengalir sendiri melalui jiwa-jiwa muda yang tengah kosong. Menysuri tiap lorong yang gelap dan memberi sebuah sinar terhadap semua yang dilaluinya. ketika hati baru saja melepas yang terkasih, dia datang memberi sebuah pencahayaan. Ketika terasa begitu gelap dia menghadirkan secercah cahaya yang menusuk. Silau sungguh silau. Sejenak terasa hangat dan menggembirakan. Namun ketika mulai benar-benar dapat membuka mata, tampak dengan jelas bahwa cahaya yang baru saja hadir sebenarnya tidak diharapkan. Meski kehangatan terasa begitu indah, semua hanya sebuah kesemuan belaka. Hanya sementara. Hanya terasa ketika sinarnya begitu terang. Kala sinar itu redup, seketika kehangatan pun hilang tiada bekas. BAhkan menimbulkan penyesalan mengapa harus ada secercah cahaya tersebut muncul. Mengapa sampai terlena dengan sebuah bayang-bayang yang jelas-jelas tidak nyata.

Hadirnya cinta memang tidak selalu tepat. Bahkan sekarang. Ketika hubungan yang sempat putus kembali mulai tersambung. Kala itulah cinta yang baru hadir. benar-benar bukan moment yang tepat. Menghadirkan air mata dan kekakuan dalam pertemanan. Sebisa mungkin untuk dihindari, namun tetap saja air mata itu terus saja mengalir. Menghadirkan masalah baru. Dilema hidup semakin rumit dibuatnya.


Sudah dikatakan di awal bahwa ini bukan waktu yang tepat. hanya saja cinta adalah sosok bandel yang tidak mau mengikuti logika yang seharusnya. Memaksakan kehendak dan egois. membuat semua menjadi fair layaknya sedang berada dalam medan peperangan. tidak ada kewarasan dalam menghadapinya. Cinta tidak membutuhkan otak yang terlalu sehat dan waras. Dari sela ketidaksehatan dan ketidakwarasan itulah dia masuk menginfeksi hati yang tidak tahu lagi memilih mana yang lebih baik. Menginfeksi logika sehingga tidak berjalan sama sekali. Mematikan hubungan antara logika dan kenyataan. Sekarang semua menjadi fair. tidak ada yang salah. Yang menagis adalah yang lemah yang tidak mampu mengekspresikan cinta. Cinta telah masuk, telah menginfeksi dan sebentar lagi akan menguasai diri. Mempengaruhi hati, bekerja mengendalikan otak, memutus saraf kesadaran untuk berfikir, kemudian menjadi masinis tubuh melakukan segala hal yang ia inginkan.

Begitulah ketika cinta sudah menguasai, dia tidak lagi jauh berbeda dengan nafsu. Bahkan tidak menuntut kemungkinan untuk bekerja sama mendapatkan keindahan semu yang hanya sementara yang berujung pada air mata yang berderai, yang mengahdirkan sungai berikut dengan anak-anaknya di raut wajah indah nan berseri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar