Senin, Oktober 05, 2015

Cinta dalam Panitia


Kamera SLR yang disandangnya masih mengalung di leher yang tampak jenjang strukturnya meskipun ditutupi kerudung. Almamater kesayangan juga membalut bagian atas tubuhnya dengan 2 buah kancing yang dibiarkan lepas. Kadang dia terlihat memakai kacamata dan kadang kala kacamatanya itu hanya tergeletak tidak jauh dari ubun-ubunnya.

Ini bukan kepanitian pertama tempat kami dibersamakan. Pernah juga beberapa bulan yang lalu, namun saat itu masih terlalu polos dan masih terlalu kaku untuk bicara mengenai cinta dalam kepanitiaan.  Hanya sekedar saling mengetahui, bahkan untuk saling kenal pun tidak. Dia adik tingkatku dan kami sering bertemu di kantin namun tidak pernah saling menyapa sebelumnya. Dia beberapa kali tertangkap menatapku dan aku beberapa kali tertangkap menatapnya, sehingga beberapa kali pula tatapan kami sempat beradu pandang. Sayangnya tidak ada reaksi yang terjadi. Tidak ada senyum ataupun sapa yang menjembatani perkenalan. Hingga akhirnya kepanitiaan kali ini memulai rangkaian pertama acaranya. 

Dia sedang berjalan di lorong antara dua ruangan panjang di lantai 3 menuju tangga. Jalannya yang khas  dengan mudah dapat dikenali plus dengan kamera yang saat itu dipegangnya. Di pertengahan lorong, dimana tempat tersebut sedikit lebih gelap dari yang lainnya kami berpapasan. Tidak ada alasan bagi kami untuk tidak saling bereaksi. Satu kepanitiaan dan kini berjalan ke arah yang berlawanan di antara lorong yang hanya memiliki lebar tidak lebih dari 2 meter. Dan kami berbalas senyum.

Dari senyum itu semua mulai terbuka. Alasan-alasan yang terkesan memaksa kini sudah sangat memaksa untuk akhirnya kami saling bicara. Entah tentang acara ataupun hanya sekedar agar bibir tak terlalu lama bertaut. Terlihat sangat anggun kala dia bicara meskipun hanya beberapa kata. Suara berat dengan pita nada perempuan sangat cocok untuknya. Membawa kesan wanita singgah dalam kepribadiannya. Membuat hati bergetar dan tiba-tiba ingin memangkas jarak dengannya.  Lalu dengan sangat mudah pula tiba-tiba aku telah terlanjur menyukainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar