Selasa, Juni 09, 2015

Perempuan Ku

Baik bukan berarti pemberi bahagia. Tidak selalu, karena konotasi dan makna katanya yang tertuju pada topik berbeda. Sedikit aku bercerita bahwa ada pengalaman yang memahamkan aku tentang makna baik dan bahagia. Tentu saja berhubungan dengan seorang makhluk bernama perempuan, dan Cinta.

Perempuanku -sebut saja begitu- seorang yang selalu dipuja setiap waktu oleh mereka yang mengenalnya. Sikapnya yang lemah lembut, tabiatnya yang ramah, dan cara bicaranya yang sopan membuat banyak hati jatuh dalam hipnotis dirinya. Cap baik sudah sangat melekat dalam darahnya. Dia membantu siapapun, siapa yang butuh dan bisa ditolongnya. Banyak orang yang mengumbar kagum di hadapnya. Jiwa sosial dalam relungnya tinggi meski kata jarang terucap dari bibir mungilnya. Aliran pujian sangat deras menghampirinya.

Kemudian suatu cerita di mulai. Tuhan mendekatkan aku dan dia. Memangkas jarak sehingga kami dapat bercengkrama secara dalam. Saat itu bahagia berteman baik dengan kami. tawa dan senyum selalu ada dalam setiap tarikan nafas yang kami hirup. Aku dan dia tampak anggun dalam mesranya sikap yang dibuat sangat biasa. Untaian kagum terus mengalir. Iri juga kadang-kadang singgah dari mereka yang katanya tidak seberuntung aku. Seorang bidadari bisa aku pegang tangannya dan aku ajak untuk bersusah dalam roda kehidupan. 

Lama waktu berlalu tidak banyak yang tahu bagaimana kisah sebenarnya. Layaknya improvisasi dalam skenario, kami tidak sengaja menampilkan dua aura dalam kehidupan. Ketika keramaian mengelilingi, hubungan baik terasa sangat kental, biasa dan tidak berlebihan. Adem ayem tanpa pernah disentuh pertengkaran. Itu di depan mereka. Itu yang mereka lihat dan saksikan. Itu adalah bagian dari topeng tipis yang tidak sengaja kami pakai. Lalu bagaimana keadaan sebenarnya?

Dalam cara yang kadang kekanakan, kami coba menyelesaikan masalah yang ada, namun kerumitannya justru bertambah dalam beberapa situasi. Kami bertengkar karena masalah sepele yang kemudian diangkat untuk dijadikan akar pertengkaran. Lalu tentang kebaikannya. Membuat kesal sering menghampiriku karena merasa sering terlupakan. Amarah membabi buta berkecamuk dalam hatiku karena terus menerus dibaikannya. Kata beruntung yang selalu orang-orang itu lontarkan hanya sebuah bullshit alias omong kosong. Tidak mereka alami bagaimana rasanya diabaikan ketika cinta sedang mekar. Karena dalam kenyataan justru baiknya lah yang membuat aku merasa terpinggirkan.

Tidak seorangpun yang melarangnya untuk berbaik hati. Bahkan oleh aku yang hampir setiap hari berselimut kesal karena selalu dia abaikan. Sebisa mungkin pengertian coba aku kedepankan agar pertengkaran kami dapat dihindarkan. Sayang sekali amarah juga berkuasa. Cemburu menguras sisi baik dari pengertian hati. Berkeringat dingin dibuatnya ketika sering aku coba bertahan dalam situasi seperti itu. Lalu acuhnya akhirnya membuat amarah benar-benar meledak dalam bentuk yang sedikit lebih sopan. 

Dia terdiam, tidak bersuara, tidak berekspresi, tidak juga membantah. Pesan hati yang lama terpendam akhirnya malam itu tersampaikan. Amarah dan kesal sudah lelah untuk terus berdiam diri di relung hati. Lelah pula untuk bercerita bahwa aku juga butuh sedikit perhatian. Kemudian kecewalah yang akhirnya turun tangan mengatasi semua. Dengan nada pasrah dan tidak berharap banyak, muncul cercahan cahaya baik yang membuat aku merasa lebih terperhatikan. Sepiku mulai berkurang, senyumku mulai kembang ketika perlahan perhatian mulai dia cuatkan untuk setiap pagiku. Sikap ini yang dari dulu aku damba -yang dulu tidak pernah aku dapat dan rasakan-. Ada sedikit waktu yang dia khususkan agak sejenak untuk seorang yang benar-benar tulus menyayanginya.

Kepada perempuanku yang berhati mulia, Tiada larangan untuk berbuat baik kepada setiap nyawa yang kau temui. Tetapi sadarilah, bahwa tepat di sampingmu ada satu hati yang menggantungkan bahagia padamu, yang menginginkan perhatian lebih dari apapun dan siapapun. Dia selalu berharap dan selalu merindukan perhatian yang tulus darimu. Dan itulah aku wahai Perempuanku.

"Kata Hati Seorang Sahabat"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar