Kamis, Juni 11, 2015

Setahun Berlalu

Kegiatan lama mengingatkan saya lagi pada peristiwa serupa. Setahun sudah kegiatan yang menghadirkan perkenalan itu berlalu. Setahun sudah sejak berkenalan dengan senyum di belakang kamera yang menggantung di leher. Sebuah jepretan mengagetkan yang ketika itu mengawali perkenalan kami. Setahun sudah. Saya ingat sekali detail bagaimana kami bisa memulai percakapan ketika itu. Hal-hal kecil yang mungkin dia sudah lupa masih membayang jelas di pelupuk mata. Magrib bersejarah. Dan magrib itulah penyebab utama dari kecanggungan hari ini.

Dalam kegiatan yang sama seperti tahun sebelumnya, saya dan dia kembali ambil bagian. Bukan sebuah rencana, bukan pula maksud untuk kembali bersama karena kami memang sudah tidak ada kontak lagi sejak 6 bulan yang lalu. Kisah cinta -terungkap, namun tidak terlaksana- pernah menghias hari-hari yang dulu kami lalui. Diawali dari perkenalan di amlam puncak sebuah kegiatan kampus, kemudian berlanjut di hari-hari berikutnya, hingga akhirnya saya mengenal dia cukup jauh. Kesehariannya, kegiatannya, asalnya, orangtuanya, teman-temannya. Pun begitu juga dengan dia. Siapa saya sudah dikenalnya, bagaimana keseharian saya sudah dihafalnya. Semua tentang saya sudah menjadi rutinitas bagi harinya. Kedekatan kami bertambah setiap hari. Dari hal yang sederhana seperti bertanya kabar, tugas atau semacamnya. 

Entah dari mana rasa nyaman mulai datang. Terasa kurang jika tiada kabar ataupun tidak memberi kabar. Awalnya saya menyalahkan tugas sebagai kambing hitam dari kesemuanya. Kami sama-sama disibukkan oleh tugas di akhir semester. Lelah membuat saya langsung terlelap begitu melihat kasur. Dia sepertinya juga begitu. Sehingga kami saling tidak memberi kabar. untuk beberapa hari awalnya, namun kemudian terus berlarut hingga bahkan ketika liburan tiba di penghujung. Sayang yang sedang mengudara, cinta yang mulai mekar, perhatian yang mulai memberi kenyamanan, perlahan mulai meredupkan cahayanya. Tidak ada ucapan selamat malam atau selamat pagi, tidak ada pertanyaan sedang apa ataupun sudah makan. Semuanya lenyap termakan tugas beberapa minggu yang lalu. Cerita panjang kami lalui dengan jalan masing-masing. Dia bersama kawan-kawannya dan saya bersama orang-orang disekeliling yang menemani. Kami tidak lagi berbagi cerita. Tidak ada saya dalam kesehariannya. Tidak ada dia dalam keseharian saya.

Semenjak tugas yang mahabanyak itu, masing-masing kami merasa berat untuk memulai. Takut mengganggu, takut sedang sibuk dan takut-takut lain yang sebenarnya hanya berupa prasangka tidak berguna yang menghabisi sayang dan cinta kami kala itu. 

Saya dan dia akhirnya benar-benar menulis cerita cinta yang berbeda. Beberapa bulan kemudian kami tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Dia punya seorang yang kini begitu dekat dengannya. Saya pun menjalin cinta dengan seseorang yang tidak dikenalnya. Jujur saja sampai saat itu masih ada rasa yang berharap dalam hati saya. Dia juga berkata dengan jujur ketika kami sempat bertemu sekali waktu. Masih menimpan foto kami malam itu sebagai bukti bahwa dia masih ingat dengan saya.

Cinta yang lama biarlah menguap bersama angin, tetapi tetaplah jaga sayang yang sudah hinggap  di dalam hati. Kelak kita akan punya cerita untuk dibagikan. Itu kesimpuan yang kami bicarakan hari itu. Namun tidak semudah mengucap meski sejak hari itu kami benar-benar tidak pernah bertemu.

Saya yakin dia tidak lupa, meskipun kami pernah sepakat untuk melupakan kisah yang lama. Dia berdiri beberapa meter di depan saya. Beberapa kali tertangkap matanya melirik ke tempat saya berada, beberapa kali juga saya ketahuan sedang memandangnya. Namun sampai beberapa menit kemudian tidak tergerak hati untuk menyapa. Berat sekali rasanya bahkan untuk sekedar menyapa dalam bentuk senyum saja. Terasa sekali kecanggungan dalam diri saya. Ingin sekali untuk menyapa, tetapi takut. Takut kalau mengganggu atau dia sedang tidak ingin bertemu atau disapa. Itulah takut tidak berguna yang menguasai hati. Itulah takut yang pernah datang di masa lalu kami. Takut yang menghapus cerita yang sebenarnya bisa kami akhiri dengan bahagia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar