Selasa, Desember 08, 2015

Bahagia Menyapa (?)


Jangan padamkan cahaya sebab aku tak bisa melihatmu dalam gelap. Tersenyumlah ketika berdiri di sampingku, kamu akan terlihat lebih sempurna. Gapai lenganku agar aliran hangat tubuhmu dapat mengalir menyentuhku. Dan tatap aku dengan ekspresi terbahagia yang tidak pernah kamu tampilkan sebelumnya

Semoga hatimu riang, semoga jiwamu terjebak dalam keindahan saat kita berdiri berdampingan. Semoga kamu merindukan (lagi) suasana saat kita bersama. Semoga, semoga dan terus semoga. Yang dari waktu ke waktu hanya terus berupa harap, yang entah akan menjadi nyata entah tidak.

Izinkan aku sedikit bercerita. Mengungkap kesah dan rasa bersalah, menuliskan kisah yang sebenarnya tidak indah, menyampaikan pesan hati yang lama tak bersuara.

Diawali dengan sebuah tanya. Apakah sebenarnya ada bahagia yang pernah menyapa? Maksudku bahagia saat kita sedang bersama seperti aku merasakannya. Mungkin kamu cukup kesulitan menjawabnya. Bimbang akan membuatmu terpaku dulu beberapa saat sebelum berkata. Lalu kamu bisukan diri seraya berpikir bagaimana cara yang tepat untuk menjawabnya. Memilih kata tengah yang seperti tidak bermaksud apa-apa.

Antara menghormati dan menjaga. Itukah dia yang membuat kamu sebenarnya lambat bersuara? Tidak perlu kamu jawab 'Ya', mengangguk pun sebenarnya juga tidak berguna karena hanya itulah satu-satunya pilihan jawaban yang kamu punya. Bahagia itu memang tidak nyata adanya.

Lalu untuk apa aku bertanya jika jawabnya bisa diterka? Semata hanya untuk menghibur hatiku yang sedang resah. Aku terbenam ketakutan karena tidak bisa menjadi sosok sempurna untuk berada di sampingmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar