Ingatlah dulu bahwasanya pertama kali kita bertemu adalah dalam sebuah wawancara formal di sudut gedung tua di bawah tangga. Sembari memegang form yang telah kamu isi, aku bertanya terkait beberapa hal tentangmu. Sayangnya ketika itu setiap pertanyaan memiliki batasan sehingga aku tidak bisa bertanya seinginku. Satu-satunya cara agar bisa lebih mengenalmu adalah dengan mendesain pertanyaan supaya kamu bercerita hingga keluar area yang aku tanyakan. Dan aku tidak terlalu bodoh untuk hal itu.
Kamu jelaskan bahwa sebelumnya kamu pernah ambil bagian dalam beberapa kegiatan. Dan kamu tampak sudah berpengalaman dari caramu menjawab. Dari form kubaca bahwa kamu ingin ikut serta dalam acara ini tidaklah sekedar ikut-ikutan. Sayang sekali aku lebih tua darimu. Mau tidak mau, kamu yang sebenarnya lebih berpengalaman dan lebih berbakat harus tunduk pada beberapa pertanyaanku yang notabene berada di bawahmu.
Setelah hari itu, kamu berubah menjadi daya tarik. Semakin bertambah hari, semakin kamu membuat terpikat. Hingga 2 tahun berlalu sejak saat itu. Kini kamu benar-benar memperlihatkan bakat dan kemampuanmu. Kamu kini jauh melebihiku yang hanya bisa berjalan di tempat tanpa mampu mengembangkan diri lebih jauh.
Kini ketika bertemu denganmu aku menjadi agak sungkan. Orang yang dulu berharap satu tempat dariku kini kepakan sayapnya sudah sangat jauh lebih lebar, bahkan ditanganmu kini kursi beberapa orang ditentukan. Betapa luar biasanya kamu dalam memainkan dan memahami potensi diri. Bukankah wajar jika aku semakin kamu buat tertarik?
Jika boleh aku berharap, maka saat ini aku ingin menghabiskan sehari bersamamu. Aku ingin bernostalgia, mengulang kembali cerita dari awal kita bertemu hingga kini kamu mampu melampauiku sangat jauh. Sehari saja, jika kamu membaca tulisan ini, mohon berikan jawaban atas sedikit permintaanku. Sehari saja waktu berharga kamu habiskan untuk orang yang tidak penting sepertiku, sehari saja. Sehari itu aku ingin menyatakan bahwa aku bersalah dalam beberapa sikap kepadamu, dan aku ingin menembusnya walau mungkin tak akan bisa sempurna.
Perihal cinta yang kemudian datang, aku juga ingin minta maaf. Bukan semata salahku jika aku tiba-tiba jatuh cinta. Kamu juga berperan meski tidak layak untuk disalahkan. Sudahlah tentang cinta, aku yakin kamu tidak akan mau menyisihkan sedetik saja waktumu. Sekali saja, aku ingin mendengar responmu, berharap agar kamu miliki satu hari kosong untuk dimanfaatkan bersamaku. Jawablah.
Terimakasih jika kamu bersedia. Tetapi jika tidak, mungkin di lain waktu malah aku yang akan membuatmu meminta waktuku. Hukum kehidupan selalu begitu dan aku mempercainya. Orang-orang menyebut hukum kebalikan atau karma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar