Source Image : Google |
Hujan tadi sore kini tinggal menyisakan dingin. Bersama sedikit suara jatuh butiran air dari atap menuju tanah yang ikut menemani. Sesekali, tidak menghujam seperti tadi, melainkan berkala dan teratur bunyinya.
Aku terbangun dalam keadaan yang tidak gembira. Dering telefon tengah malam yang tidak biasa. Nadanya bagai alarm yang memang harus membangunkanku tengah malam ini. Sedari sore terkapar di kasur, sudah waktunya untuk menunaikan tugas yang tadi tertunda.
Di seberang sana seseorang menangis terisak, menahan agar suaranya jelas terdengar. Tidak biasanya. Sudah bukan waktunya untuk menghubungi seseorang ketika pergantian hari mulai terjadi. Tetapi bukan tanpa alasan telefon itu berdering. Rasa memang tidak pernah berkhianat dan ikatan bathin ternyata memang benar adanya.
Tanya yang diajukan adalah sama dengan derita yang tengah terasa. Aku diam saja. Jujur memang tidak akan membuat rugi, tetapi malam ini sedikit kebohongan akan lebih memperbaiki suasana.
Aku terkapar sejak sore, lunglai karena tak lagi berenergi. Asupan dan jatah hari ini telah terpakai sepenuhnya oleh beberapa buku yang harus dipunya. Mengistirahatkan badan adalah satu-satunya cara untuk bertahan.
Bersama doa dan segelas air putih, mata mulai terpejam. Sembari berharap besok segera datang dengan senyum pagi yang disapa pangeran bernama matahari. Sayangnya ini adalah malam yang panjang. Banyak yang harus dikerjakan tetapi letih benar-benar terasa karena seharian tak ada kalori. Pun besok sepertinya akan menjadi hari yang jauh lebih panjang, mungkin juga akan lebih melelahkan.
Tidak, aku tidak merasa menderita. Menahan diri 2 hari saja bukanlah hal yang terlalu sulit jika bisa mengerti keadaan. Seharusnya bangga, perjuangan bukan hal yang mudah, dan akan lebih membanggakan jika ternyata mampu melewati setiap rintangannya.
Bahwasanya Tuhan tidak pernah tidur, aku mempercayainya. Jika di detik-detik krusial ini tubuh tak lagi mampu menahan, pasti ada jalan yang akan Dia buka. Ada celah dari setiap kungkungan kesulitan untuk tetap bertahan.
Aku terkapar sejak sore, lunglai karena tak lagi berenergi. Asupan dan jatah hari ini telah terpakai sepenuhnya oleh beberapa buku yang harus dipunya. Mengistirahatkan badan adalah satu-satunya cara untuk bertahan.
Bersama doa dan segelas air putih, mata mulai terpejam. Sembari berharap besok segera datang dengan senyum pagi yang disapa pangeran bernama matahari. Sayangnya ini adalah malam yang panjang. Banyak yang harus dikerjakan tetapi letih benar-benar terasa karena seharian tak ada kalori. Pun besok sepertinya akan menjadi hari yang jauh lebih panjang, mungkin juga akan lebih melelahkan.
Tidak, aku tidak merasa menderita. Menahan diri 2 hari saja bukanlah hal yang terlalu sulit jika bisa mengerti keadaan. Seharusnya bangga, perjuangan bukan hal yang mudah, dan akan lebih membanggakan jika ternyata mampu melewati setiap rintangannya.
Bahwasanya Tuhan tidak pernah tidur, aku mempercayainya. Jika di detik-detik krusial ini tubuh tak lagi mampu menahan, pasti ada jalan yang akan Dia buka. Ada celah dari setiap kungkungan kesulitan untuk tetap bertahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar