Siang sebelum berpisah kita duduk di tempat yang tidak terlalu jauh jaraknya. Kita duduk dalam posisi menatap arah yang berlawanan. Kamu menatap gunung Arjuna yang anggun dengan tingginya tanpa tertutup awan, sedangkan aku menatap rangkaian gunung putri tidur melalui celah-celah jendela di ujung sana.
Kamu yang saat itu ada di depanku, adalah satu-satunya yang terlihat menarik. Seharusnya aku bisa membuatmu mengeluarkan kata-kata dan kita bercengkrama berbagi cerita. Atau seharusnya kamu sedikit berbagi pengalaman tentang kegiatan yang kita ikuti ini karena kamu tahu lebih banyak. Sayangnya kita sama-sama dibenamkan diam, dinginnya kota memaksa kita enggan untuk membuka mulut, dan kita terus saja terjebak dalam kesunyian.
Mereka tahu dan memahami, mereka memberi kita kesempatan, mereka memaklumi bahwa ada yang sedang berjuang dan diperjuangkan, sehingga ada kesempatan untuk kita berdiri dan duduk di tempat yang kurang dari 1 meter jaraknya. Dari jauh mereka menatap, menyaksikan gerak-gerik seorang yang sedang berharap akan sesuatu, lalu ketika ada kesempatan mereka berbisik di telingaku "seleramu Oke juga."
Aku tersenyum, lalu menatapmu. Kadang tatapan kita beradu tetapi lebih sering tidak. Aku mengutuk diriku sendiri yang tidak berani berusaha lebih keras. Kemampuanku hanya sebatas berada di dekatmu. Dan kata-kata adalah hal sulit untuk bisa diperdengarkan. Ditambah diammu yang semakin membuatku lebih memilih untuk diam juga.
Hari terakhir, aku tahu kita tidak lagi akan bertemu dalam waktu dekat ini. Kamu akan kembali pulang beberapa jam lagi dan itu adalah perpisahan. 17 jam harus kulalui jika kelak ingin menemuimu. Dan mengapa hari berjalan begitu cepat? Aku menyesali diriku sendiri yang untuk sekedar mengucap 'hati-hati di jalan' saja tidak punya keberanian.
Sudahlah, aku menyesal atas apa yang telah terjadi. Kini aku hanya sedikit berharap jika suatu saat nanti mampir ke kotamu, ada kamu yang menyambut dan menemaniku untuk berkeliling. Jika pun kamu tidak bersedia mendampingi, cukup sambut aku dengan senyum ketika menginjak tanah Sunda. Aku pasti akan sangat bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar