Senin, Maret 21, 2016

Pena dan Kisah

Sebatang pena pernah kamu berikan. Awalnya aku pinjam untuk menulis. Penaku hilang, tidak ada di saku tas tempat biasa aku meletakkannya. 120 menit pena yang kamu pinjami itu tidak lepas dari genggamanku. Kutulis beberapa hal penting yang diutarakan dosen di depan sana. Sembari menulis, sebenarnya aku ingin melihatmu. Menikmati kamu yang sedang serius mendengarkan kuliah. Sayang kamu duduk tepat dibelakangku, sehingga sudut mataku pun tak mampu untuk menjangkau sedikit saja ragamu.

Beberapa kali selama 120 menit itu, kamu bertingkah agak nakal. Kamu cubit lengan kiriku, atau kamu tusuk punggungku dengan ujung pena di tanganmu. Aku hanya bisa diam karena suasana kelas yang hening. Tidak bisa berbalik untuk balas mencubitmu karena akan sangat terlihat dari depan sana. Suasana kelas sedang tidak baik untuk kita bercandai.

Ingin sekali aku berkata bahwa aku sedang rindu. 6 semester lamanya, tidak sekalipun kita pernah mengalami hal ini. Kita baru kali ini berada dalam kelas yang sama. Memang aku yang memintanya karena sebuah alasan yang sampai detik ini belum kuutarakan. Nanti saja jika waktunya sudah cocok, mungkin suatu saat sembari mengenang masa muda kita yang banyak cerita. Akan kutulis dalam sebuah kisah menggunakan pena yang kamu pinjami. Suatu saat jika ternyata aku tak mampu bercerita, maka tinta-tinta yang melekat di kertas mungkin dapat mewakili perasaanku untuk kamu ketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar