Minggu, Maret 06, 2016

Awan dan Topik Penelitian

Image source : google
Masih tidak habis pikir sampai detik ini. Berulangkali kucoba menengadah menatap langit, kiranya Tuhan ada memberi pesan melalui awan-awan di atas sana. Nyatanya tidak. Tak ada awan sama sekali. Langit biru sedang merajai hari bersama teriknya mentari.

Dian menyapaku setengah jam kemudian. 

"Wajar saja Gi, kamu gak dapet topik. Kerjaanmu nulis ginian terus."

Ya, saat itu aku baru saja mengeluarkan laptop dan menulis. Menulis apa saja yang sedang hatiku rasakan, yang membuatnya sesak, yang membuatnya plong, atau yang membuatnya merasa lebih santai dan tenang.

Dian melongo melihat tulisanku. Diam beberapa saat untuk membaca dengan serius. Lalu dia tersenyum, mendekatkan posisi duduknya padaku. Bahunya setengah dia sandarkan. 

"Tokohnya kayak aku ya."

Dian tersenyum manis sekali. 

"Kenapa dulu gak ambil sastra aja?"

Ini pertanyaan berulang yang tidak tahu lagi yang keberapa, sudah terlalu banyak dan sering pertanyaan yang sama muncul. Tetapi pertanyaan Dian kali ini hanya berupa monolog, tidak menagih jawaban karena sudah pernah kuceritakan alasannya.

Sekali lagi aku menatap langit. Berharap sekali lagi agar Tuhan menitipkan pesan melalui awan-awannya. Kubiarkan Dian bersandar, kuabaikan dia sementara. Saat ini dia tidak lebih penting dari awan. 

Awan yang menginspirasi, begitu kutulis di blog pada postingan ke 4 di bulan ini. Walau nyatanya tidak satu pun kata yang dilukiskan awan agar aku segera menemukan topik penelitian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar