Senja kemaren sedikit hujan membasahi tanah-tanah kampus yang tidak tertutup paving dan bangunan menjulang. Untung saja hujan kali itu tidak terlalu deras turunnya, sehingga aku bisa pulang tepat waktu. Tapi ada makna lain dari singkatnya hujan yang turun, yang hanya bisa dipahami oleh manusia-manusia berperasaan lembut.
Antara hujan dan perasaan, seringkali keduanya tiba-tiba saling berkait. Hujan kemaren sore seolah datang hanya untuk sekedar menghapus rasa, menghapus ingatan tentang seseorang yang kini entah dimana keberadaannya. Mungkin juga hujan kemaren bermaksud menghapus rindu. Sayang, rindu yang lama tersimpan sudah teramat menumpuk sehingga butuh jauh lebih banyak butiran hujan untuk menghapusnya.
Tidak banyak yang mampu kutafsirkan terkait hujan, perasaan, dan rindu. Ketiganya adalah hal rumit untuk dijelaskan jika sudah terakumulasi. Hati merasakan, namun ketika tulisan ingin mengabarkan, kata-kata seolah tidak ada yang mampu menerjemahkannya. Adalah hal sulit untuk mengkonversi rasa hati menjadi ungkapan-ungkapan, entah melalui lisan mulut ataupun tulisan pada selembar kertas. Jauh lebih sulit daripada mengkonversi satuan kilometer kubik menjadi liter atau mililiter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar