Rabu, Desember 14, 2016

Menyatukan Jemari Dalam Genggaman

Barangkali aku bukan seorang yang cukup menarik untuk kau ajak bercanda, atau bahkan untuk sekedar bicara satu dua patah kata. Aku juga tidak yakin hari-hari berikutnya kita akan semakin akrab. Jarang ada perempuan berlabel mahasiswi semester akhir akan tertarik pada mahasiswa dari kampus lain yang semesternya lebih rendah. Mungkin kamu anggap aku masih kekanak-kanakan, dan masih terlalu cetek untuk banyak urusan. Aku mahfum, di usia yang setarapun kebanyakan perempuan ditakdirkan untuk lebih dewasa daripada laki-laki, apalagi di usia yang lebih tua.

Tidak masalah jika hari ini kamu tidak begitu menghargai kehadiranku. Untuk saat ini aku bukan seorang yang penting, kamu sudah melewati fase yang sedang aku jalani, sehingga besar mungkinnya sedikit angkuhmu akan muncul. Yang kamu tatap bukan aku yang berada di belakangmu, tetapi seorang yang menunggumu di depan sana dengan banyak janji kebahagiaan di masa depan.

Aku percaya pada setiap kemungkinan, termasuk kemungkinan kamu akan berbalik arah dan tersenyum menungguku untuk sama-sama kita melangkah ke gerbang masa depan. Aku percaya angkuhmu akan berubah menjadi pertanyaan-pertanyaan penuh perhatian suatu saat. Lihat saja apa yang akan terjadi, hari ini kita bertemu, 2 minggu dari sekarang kita tidak lagi akan berjumpa, aku dan kamu akan sama-sama hilang untuk menyelesaikan urusan masing-masing. 

Nanti di usia yang mantap, Tuhan akan mempertemukan kita lagi di tempat yang berbeda, dalam keadaan yang sudah tidak lagi sama, dan juga dengan membawa perasaan yang sudah berubah. Saat nanti bertemu denganku, kamu akan rasakan kejatuhan hati yang sejatuh-jatuhnya. Yang membuat kamu tidak berkutik dengan segala angkuhmu di masa lalu. Dan aku, akulah yang akan bertahta, aku yang akan berada di sisimu, aku yang akan menggandeng erat tanganmu, menyatukan setiap jemari kita dalam sebuah genggaman mesra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar