Bumi Sriwijaya. Beberapa hal menarik kutemui di sini. Dan sebagai seorang mahasiswa labil yang mudah jatuh hati, hal termenarik sepanjang keberadaanku di sini adalah kamu, dan beberapa perempuan lain dengan garis wajah yang hampir sama.
Yang kusadari adalah bahwa pribumi di sini secara umum berperawakan khas, ada ras Chinese yang muncul di wajah-wajah melayu mereka. Termasuk kamu salah satunya. Bahkan hal itu berakibat pada terkaanku yang jadi meleset, salah. Pikirku mulanya kamu adalah seorang Khatolik atau Protestan, nyatanya kita berdiri di garis keyakinan yang sama.
Maaf atas hal ini. Aku terlambat sadar, dan kesalahan yang barusan terjadi membuka mata berikut merevisi cara pandangku. Ada keliru yang selama ini mengakar dalam caraku menilai sesuatu. Boleh jadi inilah satu dari beberapa alasan lain mengapa Tuhan membuat kita bertemu.
Kita telah menghabiskan waktu belajar di pulau seberang, di kota berbeda yang jaraknya hampir 1000 kilometer. Bagimu, berada di kota kecil ini seperti pulang kampung, meskipun ada batas 2 jam perjalanan lagi untuk bisa benar-benar tiba di kotamu. Dan bagiku, ini adalah tanah perantauan yang lain, yang lebih dekat dengan rumah.
Tentang kita yang bertemu secara tidak sengaja, barangkali kamu tidak pernah ambil pusing dengannya. Ini hanya kebetulan yang seharusnya memang terjadi. Tidak perlu dipikirkan betul. Dalam hal ini mungkin kita dikaruniai watak yang agak berbeda.
Aku selalu menganggap bahwa setiap pertemuan adalah berkah, adalah cerita, adalah pengalaman, adalah perjalanan hidup yang mestinya dapat penghargaan. Tidak harus dengan perayaan, cukup dengan terus mengingat siapa-siapa yang pernah ditemui. Karena setelah pertemuan pertama, aku selalu yakin akan ada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mungkin di waktu dan tempat yang tidak lagi sama, bahkan di keadaan yang sudah sangat jauh berbeda.
Semoga saja kamu tidak lupa bahwa aku pernah 'numpang lewat' untuk sekedar menjadi peramai. Jika panjang waktu yang akan terus berlalu, mungkin bagimu aku hanya akan menjadi seorang kenalan yang terlupakan. Tidak mengapa, aku tidak berharap untuk terus berada di garis ingatanmu, hanya saja pada setiap pertemuan, aku selalu menuangnya dalam catatan-catatanku, termasuk pertemuan denganmu di bulan-bulan terakhir ini. Barangkali kamu suatu saat ingin bernostalgia, buka saja catatan yang sudah aku tulis, pasti ada kamu di dalamnya.
Catatan di Tanjung Enim
Oktober - Desember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar