Rabu, Oktober 26, 2016

Penyuka Malam

Aku menyukai malam yang larut. Heningnya sering memuncratkan gagasan-gagasan yang sebelumnya tidak pernah ada, yang tidak terfikirkan ketika keramaian siang memberikan banyak inspirasi dan masukan sekalipun. Saat malam, ada desis pesan yang disampaikan angin. Menguatkan, memotivasi, meyakinkan. Bagai sebuah isyarat yang menyuruh untuk tetap bertahan, seolah berbisik bahwa ini sudah mendekati akhir. Seakan dikatakannya, "Sudahlah, sebentar lagi derita, kecewa, dan semua masalah akan tiba di dermaganya, perjalanan mereka selesai sudah."

Malam selalu terasa spesial. Berteman segelas kopi hitam pengusir kantuk, malam adalah surga perenungan. Surganya pikir-pikir hebat yang tak terbayang saat siang. Dan jika mampu memahami, malam adalah sentuhan romantisme dunia untuk mereka yang jatuh cinta dalam setia. Romantisme? Cinta? Setia?

Ah, berat sekali pembahasannya.

Ya, itulah malam, mungkin berat jika sekilas dilihat. Namun semua tidak nyatanya begitu. Malam seakan membuat bobot pembahasan menjadi lebih ringan meski topik yang diobrolkan sama. Entah kenapa aku percaya, bahwa malam punya cerita yang lebih indah dibanding siang. Nocturnal? Jelas saja tidak. Aku hanya terlahir sebagai seorang penyuka malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar