Senin, Oktober 10, 2016

Canggung

Aku merenungi sore bersama jangkrik yang hari ini memunculkan suara lebih cepat dari biasanya. Belum gelap langit di atas sana, belum sempurna hilang matahari di penghujung senja, suara peramai malam itu sayup-sayup sudah terdengar, kadang bersahut-sahutan dengan jangkrik-jangkrik lain yang juga siap memulai aktivitasnya. Duduk di sisi selatan rumah, menghadap jalan yang jarang sekali dilalui kendaraan jika Magrib akan segera menjelang. Sembari menunggu muadzin memanggil, kuhabiskan sore dalam perenungan yang tak bermanfaat. Menerawang masa lalu, mengingat kisah dan cerita yang terjadi belakangan ini. 

Kak Anda, kawan lama di pedalaman Sumatera sana. Yang dulu ikut 'nimbrung' di kehidupan masa kecilku. Hari ini komunikasi kami tersambung lagi. Tidak banyak yang berubah saat pertama kali mendengar suaranya. Masih jelas logat dan cara bicaranya, masih suka berkicau tanpa mau memberi kesempatan kepada manusia di depannya untuk bersuara. 

Kini aku berada di pedalaman sumatera yang lain. Belasan jam harus kutempuh untuk tiba di satu titik dimana kami dapat bertemu. Dan sampai detik ini, aku tidak tahu pertemuan macam apa yang akan aku dan dia hadapi. Pastinya tidak lagi sama dengan apa yang terjadi di 11 tahun yang lalu. Pertemuan selalu punya fase menyenangkan, namun kadangkala harus bersitegang dahulu dengan kecanggungan sikap yang mematikan. Aku tidak begitu yakin dapat mengatasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar