Biarkan saja malam semakin larut seiring dengan perputaran jarum jam. Kita selalu begitu, sering lupa waktu jika sudah bicara. Selalu menutup percakapan di saat subuh tidak lama akan menjelang adalah kebiasaan baru yang aku dan kamu ciptakan beberapa hari terakhir ini. Gerangan apa yang membuat kita 'nyambung' dengan percakapan yang kadang absurd dan tidak ada ujung pangkalnya itu? Apakah kita sama-sama sedang terkurung kehampaan? Atau mungkin sebenarnya aku hanyalah sekedar penghibur sementara? Barangkali, dan lagi pula juga bukan hal yang tidak mungkin, aku kebetulan hadir saat kamu memang sedang butuh hiburan, butuh 'mainan' sekedar untuk mengusir sepi, bisa jadi bukan?
Sejujurnya tidak masalah jika pun benar adanya bahwa aku hanyalah hiburan dan mainan semata. Setidaknya aku dapat membuat keadaan(mu) menjadi sedikit lebih baik. Itu menyenangkan. Cita-cita sederhanaku kamu bantu untuk mewujudkannya. Di seberang sana, semoga kamu benar-benar tersenyum saat aku muncul di hari-harimu meski sebatas kemunculan semu.
Aku sangat memahami bahwa muncul semuku akan tetap berperan hanya sebagai 'mainan'. Ada jarak yang membuat kita tidak bisa bertemu, ada orang-orang di antaramu yang akan lebih mampu membuat keinginanmu terpenuhi, yang pastinya juga lebih mampu menyenangkanmu. Siapa yang akan tahan beradu kasih dengan jarak semacam ini tanpa ada kepastian akan akhirnya seperti apa?
Ah, khayalku sudah terlalu jauh. Bukan maksudku untuk berandai, melainkan hanya sebuah pikiran logis yang sedang kujabarkan. Kamu berhasil membuatku punya harap dan sedikit percaya diri, yang disaat bersamaan kamu juga menunjukkan bahwa apa yang terfikir olehku hanyalah sesuatu yang tinggi sekali tingkat kesulitannya untuk dijadikan sebuah kenyataan. Mau tidak mau aku dipaksa untuk membuka mata. Tuhan telah menakdirkanku untuk belajar dengan cara seperti ini. Menyenangkan orang lain (baca: kamu) tanpa boleh punya sedikitpun harap. Mungkin dalam hal lain inilah yang disebut keikhlasan.
Aku sangat memahami bahwa muncul semuku akan tetap berperan hanya sebagai 'mainan'. Ada jarak yang membuat kita tidak bisa bertemu, ada orang-orang di antaramu yang akan lebih mampu membuat keinginanmu terpenuhi, yang pastinya juga lebih mampu menyenangkanmu. Siapa yang akan tahan beradu kasih dengan jarak semacam ini tanpa ada kepastian akan akhirnya seperti apa?
Ah, khayalku sudah terlalu jauh. Bukan maksudku untuk berandai, melainkan hanya sebuah pikiran logis yang sedang kujabarkan. Kamu berhasil membuatku punya harap dan sedikit percaya diri, yang disaat bersamaan kamu juga menunjukkan bahwa apa yang terfikir olehku hanyalah sesuatu yang tinggi sekali tingkat kesulitannya untuk dijadikan sebuah kenyataan. Mau tidak mau aku dipaksa untuk membuka mata. Tuhan telah menakdirkanku untuk belajar dengan cara seperti ini. Menyenangkan orang lain (baca: kamu) tanpa boleh punya sedikitpun harap. Mungkin dalam hal lain inilah yang disebut keikhlasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar