Sabtu, Oktober 29, 2016

Onya's

[KEDUA]

                Sekali waktu Onya pernah tampil dengan pakaian yang menurutku agak menggairahkan. Memakai jeans donker ketat yang dipadu dengan kaos T-Shirt super ketat pula. Lengannya pendek sekali, jika diangkatnya tangan agak tinggi, maka dapat dipastikan ketiaknya akan terbuka dan terlihat jelas. Belum lagi T-Shirt itu akan terangkat dan akan membuka bagian perutnya. Apabila membungkuk, maka bagian dadanya yang akan terlihat ranum. Dadanya membusung sementara perutnya rata. Dipadu dengan bagian bawah tubuhnya yang semlohai, tungkai yang menarik, dan pinggul yang menonjol, tampak Onya menjadi sosok yang memang layak untuk dipuji secara fisik.  Belum lagi keaktifannya di kelas yang membuat Onya tampak semakin sempurna.

                Dari sekian banyak daya tarik Onya, tetap saja bagi laki-laki beranjak remaja sepertiku yang paling menarik adalah tampilan fisiknya. Beberapa kali aku dibuat menelan ludah. Kebiasaan Onya yang aktif dan supel membuat daya tariknya meningkat berlipat-lipat kali. Aku jadi kikuk untuk berlaku. Ingin melihat dan menikmati namun juga takut jika ketahuan. Takut juga menjadi dosa. Tidak disaksikan, rasanya aku menjadi manusia paling merugi. Dan akhirnya aku memilih untuk menjadi manusia yang tidak merugi, yang sebenarnya itulah kerugian di atas kerugian lain yang sebenarnya. Aku menikmati penampilan Onya sebisaku, semaksimal dan semampuku.

                Selama dan sesering mungkin kusaksikan Onya, perilakunya, gerak geriknya, raut wajahnya, dan yang pasti kemolekan tubuhnya. Tentu saja dengan tetap berusaha agar tidak ketahuan oleh siapapun, oleh siswa lain, oleh tentor, dan oleh Onya sendiri. Berkali-kali aku berdoa agar dalam gerak geriknya Onya secara tidak sadar mengangkat tangannya atau membungkuk, agar aku dapat melihat bagian-bagian tubuh yang seharusnya ia tutup. Karena sering aktif dan sukar diam, hampir setiap kali leher dan pinggir pipi Onya terlihat mengkilap karena pantulan lampu pada butir keringatnya. Rambut sepunggungnya beberapa helai menempel di leher dan pipi. Sempurna terlihat Onya dengan keadaan seperti itu. Sempurna untuk menaikkan gairah remaja ingusan yang baru mengenal nafsu ini.

                Kepada Onya, aku minta maaf atas apa yang dulu kulakukan. Tentu bukan sepenuhnya salahku saja, penampilanmulah yang membuat mataku sedikit tidak bisa terkondisikan. Kamu yang menghadirkan naluri kejantananku untuk berkhayal sesuatu yang saat itu terlalu cepat untuk anak seusiaku. Kamu membuatku sedikit lebih cepat menjadi dewasa. Malu aku untuk mengatakannya, tetapi fakta tentang kamu harus kulukiskan secara benar. Sekali lagi, maaf sekaligus terima kasih kuhaturkan kepadamu.


                Semenjak hari itu, les 2 kali dalam seminggu terasa kurang. Ketertarikanku pada bahasa Inggris tidak berkurang tidak pula bertambah. Aku hanya ingin waktu les diperpanjang agar mataku tercuci lebih lama. Melihat Onya adalah terapi yang menjadikan mataku terasa lebih sehat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar