[KEDUA]
Sekali
waktu Onya pernah tampil dengan pakaian yang menurutku agak menggairahkan.
Memakai jeans donker ketat yang dipadu dengan kaos T-Shirt super ketat pula.
Lengannya pendek sekali, jika diangkatnya tangan agak tinggi, maka dapat
dipastikan ketiaknya akan terbuka dan terlihat jelas. Belum lagi T-Shirt itu
akan terangkat dan akan membuka bagian perutnya. Apabila membungkuk, maka
bagian dadanya yang akan terlihat ranum. Dadanya membusung sementara perutnya
rata. Dipadu dengan bagian bawah tubuhnya yang semlohai, tungkai yang menarik,
dan pinggul yang menonjol, tampak Onya menjadi sosok yang memang layak untuk
dipuji secara fisik. Belum lagi
keaktifannya di kelas yang membuat Onya tampak semakin sempurna.
Dari
sekian banyak daya tarik Onya, tetap saja bagi laki-laki beranjak remaja
sepertiku yang paling menarik adalah tampilan fisiknya. Beberapa kali aku
dibuat menelan ludah. Kebiasaan Onya yang aktif dan supel membuat daya tariknya
meningkat berlipat-lipat kali. Aku jadi kikuk untuk berlaku. Ingin melihat dan
menikmati namun juga takut jika ketahuan. Takut juga menjadi dosa. Tidak
disaksikan, rasanya aku menjadi manusia paling merugi. Dan akhirnya aku memilih
untuk menjadi manusia yang tidak merugi, yang sebenarnya itulah kerugian di atas
kerugian lain yang sebenarnya. Aku menikmati penampilan Onya sebisaku,
semaksimal dan semampuku.
Selama
dan sesering mungkin kusaksikan Onya, perilakunya, gerak geriknya, raut
wajahnya, dan yang pasti kemolekan tubuhnya. Tentu saja dengan tetap berusaha
agar tidak ketahuan oleh siapapun, oleh siswa lain, oleh tentor, dan oleh Onya
sendiri. Berkali-kali aku berdoa agar dalam gerak geriknya Onya secara tidak
sadar mengangkat tangannya atau membungkuk, agar aku dapat melihat
bagian-bagian tubuh yang seharusnya ia tutup. Karena sering aktif dan sukar
diam, hampir setiap kali leher dan pinggir pipi Onya terlihat mengkilap karena
pantulan lampu pada butir keringatnya. Rambut sepunggungnya beberapa helai
menempel di leher dan pipi. Sempurna terlihat Onya dengan keadaan seperti itu.
Sempurna untuk menaikkan gairah remaja ingusan yang baru mengenal nafsu ini.
Kepada Onya, aku minta maaf atas apa yang dulu
kulakukan. Tentu bukan sepenuhnya salahku saja, penampilanmulah yang membuat
mataku sedikit tidak bisa terkondisikan. Kamu yang menghadirkan naluri
kejantananku untuk berkhayal sesuatu yang saat itu terlalu cepat untuk anak
seusiaku. Kamu membuatku sedikit lebih cepat menjadi dewasa. Malu aku untuk
mengatakannya, tetapi fakta tentang kamu harus kulukiskan secara benar. Sekali
lagi, maaf sekaligus terima kasih kuhaturkan kepadamu.
Semenjak hari itu, les 2 kali dalam seminggu terasa kurang.
Ketertarikanku pada bahasa Inggris tidak berkurang tidak pula bertambah. Aku
hanya ingin waktu les diperpanjang agar mataku tercuci lebih lama. Melihat Onya
adalah terapi yang menjadikan mataku terasa lebih sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar