Untuk kamu yang sedang terlelap dalam sentuhan lembut selimut yang membalut diri. Pernahkah sejenak aku singgah dalam mimpimu yang indah lagi menyenangkan? Jika pernah, berarti aku adalah salah satu yang beruntung. Namun jika tidak, harus diakui bahwa memang aku bukan siapa-siapa yang bahkan untuk singgah dalam mimpimu saja tidak berhak.
"Yang baik akan dibersamakan dengan yang baik pula." Begitu katanya. Dan itulah alasan mengapa untuk singgah bahkan hanya sebatas mimpi saja aku tidak bisa. Yang baik sepertimu tidak akan mungkin dibersandingkan dengan yang tidak baik layaknya aku.
Saat kamu diam dan menatap jauh ke depan, merasakah bahwa aku bukan sosok yang pantas? Sekali waktu mungkin kamu pernah merasakannya. Tidak, tidak sekali saja. Mungkin cukup sering hal itu kamu rasakan. Hanya saja kamu adalah penyembunyi yang baik, yang mampu menjaga ketidaktahuan dengan rapat dan sangat sempurna.
Lalu dalam tatapanmu yang jauh itu, pernahkah terlintas pikiran tentang kapan waktu yang tepat untuk mengakhiri? Aku yakin pernah, seorang yang baik tidaklah hanya berpikir untuk kebaikan dirinya saja.
Kamu diamkan keadaan, seperti sedang menunggu. Tentunya menunggu saat dimana aku tidak lagi merasa berat akan kehilangan. Karena cepat atau lambatnya keadaan berputar tetap saja akan melahirkan apa yang sudah tidak bisa dipungkiri.
Mundur secara perlahan. Itukah permintaan yang tidak kamu sebutkan? Jika keadaannya tidak berubah, tanpa kamu suruh pun aku akan lakukan. Setidaknya itu menunjukkan ketahudirianku. Lagipula besarnya cinta tidaklah berarti harus bersama, tetapi melahirkan bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar