Gaya berjalanmu adalah yang paling mudah dikenali. Kamu miliki jalan yang khas yang dengan mudah dapat dibedakan. Dari jauh dan dari belakang pun dapat ditebak bahwa itu adalah kamu. Dari langkah demi langkahmu aku sedikit memahami, bahwasanya kamu adalah sosok yang rendah hati. Di luar sifatmu yang lebih banyak diam (yang aku tau), kamu termasuk seorang yang patut untuk diperebutkan. Tentu saja adalah suatu keistimewaan jika dapat meluluhkan hatimu, tidak banyak yang bisa melakukannya karena kamu begitu selektif dalam memilih.
Dan kamu tahu, betapa senangnya aku ketika mendapat tanggapan saat mengajakmu bicara. Sesuatu yang mungkin bagi orang lain adalah biasa namun aku merasakannya agak berbeda. Bahkan tidak sekedar tanggapan, kamu membalas dengan beberapa feedback yang membuat kita sama-sama tersenyum dalam perkenalan yang terbilang masih sangat muda. Hati dan rasa juga sempat kita singgung dalam sela bicara yang semakin hari semakin dekat. Aku dan kamu sama-sama menciptakan ruang untuk hati merasa lebih bahagia dengan kedatangan cinta.
Selama itu aku merasa nyaman. Hanya saja kita tidak bisa bersama karena ada yang menjadi pemisah. Kita terlambat untuk saling mengenal. Tuhan sudah membersamakanku dengan seorang yang benar-benar memberikan cinta. Saat aku nyatakan rasa melalui goresan-goresan tinta, kamu menanggapinya dengan wajah ceria. Sayang kita tak bisa bersama. Kamu lalu menyadari kesalahan dan memilih melangkah mundur secara berangsur. Kamu batasi percakapan awalnya, lalu kamu buat kita menjadi sekedar saling menyapa, hingga akhirnya kadang tersenyum kadang tidak kita saat berjumpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar