Rabu, November 02, 2016

Onya's

[KELIMA]
                

Siapa sangka, anak pendiam yang tidak pintar-pintar amat, tidak piawai dalam bergaul, dan jarang terlihat di hari biasa tiba-tiba berkabar bahwa dia sedang berada di ujung timur pulau jawa melanjutkan kuliah. Itulah aku. Dalam diam aku masih memegang kuat cita-cita yang dari SMP hanya kepada Tuhan saja kuceritakan. Terlalu malu aku untuk mengumbarnya, karena berasal dari keluarga yang tidak begitu mentereng ekonominya, dan tidak pula bintang di kelas karena berotak cemerlang.

Sedikit aku berbagi, sebelum membahas Onya dalam versi terbaru, bahwa termujudnya cita-citaku untuk kuliah di salah satu kampus elit di Jawa adalah karena aku percaya pada kemampuanku. Bukan takabur, melainkan aku yakin bahwa Tuhan sudah menyelipkan sesuatu dalam diriku. Tentu saja keyakinan yang aku bangun tetap diiringi dengan doa dan usaha yang keras bukan main.

Tahun ini, maksudku tahun depan, semoga menjadi tahun terakhirku menjadi mahasiswa tanpa beasiswa di kampus ini. Amin. Secepatnya aku ingin lulus supaya orang tuaku tidak lagi diharuskan membiayai kuliahku yang mahalnya di luar dugaan.

Bukannya disibukkan dengan tugas akhir, di tahun-tahun akhir kuliah aku malah disambungkan lagi dengan Onya setelah tidak pernah berjumpa dan berkomunikasi dalam waktu yang lama. Aku tidak pernah melihat Onya semenjak dia lulus SMA, tidak juga pernah tahu kabar tentang apa yang dilakukannya setelah lulus, bahkan aku tidak ingat bahwa pernah mengenalnya. Hidup yang terlalu kompleks membuat ingatanku menjadi tak begitu baik. Apalagi Onya bukanlah sesuatu yang begitu penting, hanya kawan lama (baca: pernah sekedar kenal) yang sempat menjadi kawan les zaman SD hingga SMP, lalu menjadi kakak kelas di masa SMA, kemudian hilang begitu saja setelah lulus.

Perkembangan Sosial media dewasa ini memberikan jalan untuk aku bicara lagi dengan kawan lama, bernostalgia dengan apa yang pernah terjadi di era usia belasan tahunku. Dengan Onya salah satunya, yang ternyata juga sudah lupa bahwa aku pernah mampir sebentar di jalan kehidupannya.

Hari itu aku merasakan sesuatu yang umumnya pernah dirasakan mahasiswa perantauan, homesick bahasa kerennya. Setahun lebih tidak pulang membuat ingatanku ingin terus-terusan terbang jauh ke kampung halaman. Kampungku di pedalaman Sumatera sana. Diantara lembah dan bukit yang membentuk topografi keindahan alam secara alamiah. Dikelilingi hutan hujan tropis yang dingin hawanya. Tenteram bukan luar biasa.

Tidak ingat betul bagaimana mulanya aku mengetik nama-nama yang sekiranya pernah ada di sana saat aku belum meninggalkan kampung halaman. Yang pasti aku pernah menulis nama Onya di kolom pencarian. Tidak ingat pula alasan apa yang menjadi penyebab tiba-tiba jempolku menekan tombol-tombol menyusun rangkaian huruf menjadi nama lengkap Onya.

Dari mana pula aku ingat seorang bernama Onya.

Tidak ingat bukan berarti aku lupa semuanya. Hanya saja mungkin tercecer entah kemana sehingga jangkauan ingatanku melewatkan beberapa hal. Onya adalah salah satunya.

“Anak Lintau?”

Begitu pertama kali tulisan Onya mampir dalam kolom chatku, yang akhirnya berlanjut hingga detik ini dengan pembahasan ngalor ngidul tidak berjung tidak berpangkal. Mulai dari cerita zaman les, carita ketika SMA, kegiatan saat ini dan kemaren, hingga rencana ke depan. Dari sekian banyak cerita-cerita yang Onya dan aku kicaukan, yang paling menjadi ingatan adalah tentang rencana hangout saat nanti aku mampir ke Padang, kota tempat Onya mendekam di akhir-akhir kuliahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar