Senin, Januari 04, 2016

Kerasionalan Cinta dan Bahagia

Senja ini aku ingin bicara tentang kerasionalan. Tentang kamu yang (sementara ini) memilih aku sebagai tempat peraduan. Entah saat itu secara sadar atau tidak kamu tetapkan hati bahwa akulah yang memang tepat untuk kamu jadikan sandaran ketika lelah, untuk kamu jadikan pelampiasan kala marah, ataupun menjadi sebab-akibat yang membuat kamu tertawa.

Yakinkah kamu tentang kita yang sedang jatuh cinta? Tidakkah nanti ada sesuatu yang mungkin saja kamu sesali? Atau apakah jika terus bersamaku kamu siap dengan semua konsekuensi? Aku tidak bisa berjanji tentang kemewahan karena aku pun juga berjuang agar hidupku setidaknya tidak menderita. Aku hanya punya satu kata yang bisa membuatku bangga, Setia. Lalu dengan kata 'setia' kamu akan terus bersamaku? Tentunya tidak !!! Kerasionalan tidak melulu tentang kesetiaan. Bahkan kesetiaan tidak termasuk dalam bagian dari kerasionalan bagi sebagian besar hal. 

Sadar, aku bukan yang terbaik meski berharap banyak agar semua tetap berjalan seperti ini. Tapi aku juga tahu diri jika memang seandainya ada yang lebih baik yang ingin kamu pilih. Melepas cinta untuk kebahagian seorang yang disayang adalah satu-satunya pengorbanan yang dapat aku lakukan. Terkhusus untuk kamu yang telah banyak memberikan warna. Sebebas-bebasnya aku akan berikan ruang untukmu melangkah ke segala arah. Silahkan tatap kemana sekiranya langkah akan membawamu bahagia. Apapun itu, aku akan berusaha tersenyum ketika kamu tengah bahagia. 

Mungkin kamu bingung dengan kata-kataku yang sedikit berbelit-belit. Memang susah, aku yang sangat mengerti pun merasa bingung bagaimana cara mengungkapkannya. Ada satu hal penting tentang kerasionalan yang ingin aku bahas bersamamu. Hanya saja aku terlalu kaku untuk itu. Rangkaian kata yang aku pelajari semalaman suntuk untuk mulai bicara di hadapanmu, tiba-tiba tak bisa terlukiskan oleh mulut saat kita bertemu. Maaf, tapi beginilah adanya aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar