CAPTION RASA
Aku
menangkap sedikit sinyal ketidakberesan tentang apa yang tampil di timeline, dimana
caption yang tertulis sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang
tergambar dalam foto di atasnya. Jikapun ada, hubungannya sangatlah kaku
sehingga perlu pengamatan teramat teliti agar bisa melihat kesingkronan antar
keduanya.
Yang
bisa kuterjemahkan ketika itu, ada rasa hati yang mungkin sangat ingin dia lepaskan,
entah hanya dengan sekedar bermonolog, atau mungkin dalam bentuk curhatan yang
tidak jelas kepada siapa ia curahkan. Atau mungkin juga sebuah sindiran kepada
seorang yang pernah membuatnya kecewa. Ah, bicara tentang kemungkinan tentu
tidak akan ada habisnya. Dunia selalu dipenuhi dengan berbagai kemungkinan.
Sebagai
pembaca yang budiman (hehe), apapun bentuk tulisan yang tergambar, biasanya aku
selalu menerjemahkan dalam beberapa hal, dalam beberapa sudut pandang lebih
tepatnya. Melihat dulu kemungkinan-kemungkinan yang mungkin melandasi
terlahirnya tulisan yang seseorang buat.
Aku
bukan manusia ahli bahasa, juga bukan seorang yang berlatar belakang sastra. Aku
hanya pecinta aksara tanpa paham ragam dan maksud berbahasa. Aku tidak mengerti
bagaimana seniman kata merangkai kalimat-kalimat indah, namun aku yakin, setiap
kalimat selalu berasal dari kata yang syarat makna dalam keadaan dan
perasaan yang sedang dia rasa.
Tentang
foto dan caption yang seolah tidak bersambung tadi, hatiku lebih berat untuk berkata bahwa itu adalah
sebuah sindiran. Terlepas dari benar tidaknya terkaanku, semua bermuara ke sebuah
cerita yang dulu sempat kami lalui bersama. Tidak banyak, hanya kata melalui
media namun sepertinya cukup mengena dalam jiwa, aku dan dia.
Ingin
kutanggapi, tapi aku bingung harus dengan cara apa dan bagaimana melakukannya.
Aku tidak lagi ingin mengungkit kisah lama, karena bukan tidak mungkin akan
menjatuhkan air mata nantinya. Ah, aku terlalu bersilat lidah yang selalu kuterjemahkan
dalam kata berbentuk goresan tinta. Nyatanya rasa memang tidak pernah salah dalam bermain kata, bukan? Dengan
cinta dia sering bekerja sama. Kadangkala melahirkan canda, ceria dan tawa,
kadang juga melahirkan sedih dan kecewa.
Jadi
kesimpulannya?
Detik
ini aku tidak bisa (lebih tepatnya belum bisa) menyimpulkan. Karena cinta, rasa, ataupun suka biasanya juga terpengaruh oleh waktu, dan biasanya lagi selalu bermula dari sebuah rasa penasaran. Dan rasa penasaran suatu saat
juga bisa berubah menjadi cinta. Jika diibaratkan dengan sungai, rasa penasaran adalah hulu sebagai sumber dan awal mulanya, kemudian aliran yang semakin panjang dan lebar (semakin luas) bisa diumpamakan sebagai rasa suka. Dan Muara tempat semuanya berakhir adalah cinta. Tunggu sampai waktu mampu menjawab dan
menerjemahkan semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar