Sabtu, Januari 16, 2016

CAPTION RASA


Aku menangkap sedikit sinyal ketidakberesan tentang apa yang tampil di timeline, dimana caption yang tertulis sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang tergambar dalam foto di atasnya. Jikapun ada, hubungannya sangatlah kaku sehingga perlu pengamatan teramat teliti agar bisa melihat kesingkronan antar keduanya.
Yang bisa kuterjemahkan ketika itu, ada rasa hati yang mungkin sangat ingin dia lepaskan, entah hanya dengan sekedar bermonolog, atau mungkin dalam bentuk curhatan yang tidak jelas kepada siapa ia curahkan. Atau mungkin juga sebuah sindiran kepada seorang yang pernah membuatnya kecewa. Ah, bicara tentang kemungkinan tentu tidak akan ada habisnya. Dunia selalu dipenuhi dengan berbagai kemungkinan.
Sebagai pembaca yang budiman (hehe), apapun bentuk tulisan yang tergambar, biasanya aku selalu menerjemahkan dalam beberapa hal, dalam beberapa sudut pandang lebih tepatnya. Melihat dulu kemungkinan-kemungkinan yang mungkin melandasi terlahirnya tulisan yang seseorang buat.
Aku bukan manusia ahli bahasa, juga bukan seorang yang berlatar belakang sastra. Aku hanya pecinta aksara tanpa paham ragam dan maksud berbahasa. Aku tidak mengerti bagaimana seniman kata merangkai kalimat-kalimat indah, namun aku yakin, setiap kalimat selalu berasal dari kata yang syarat makna dalam keadaan dan perasaan yang sedang dia rasa.
Tentang foto dan caption yang seolah tidak bersambung tadi, hatiku lebih berat untuk berkata bahwa itu adalah sebuah sindiran. Terlepas dari benar tidaknya terkaanku, semua bermuara ke sebuah cerita yang dulu sempat kami lalui bersama. Tidak banyak, hanya kata melalui media namun sepertinya cukup mengena dalam jiwa, aku dan dia.
Ingin kutanggapi, tapi aku bingung harus dengan cara apa dan bagaimana melakukannya. Aku tidak lagi ingin mengungkit kisah lama, karena bukan tidak mungkin akan menjatuhkan air mata nantinya. Ah, aku terlalu bersilat lidah yang selalu kuterjemahkan dalam kata berbentuk goresan tinta. Nyatanya rasa memang tidak pernah salah dalam bermain kata, bukan? Dengan cinta dia sering bekerja sama. Kadangkala melahirkan canda, ceria dan tawa, kadang juga melahirkan sedih dan kecewa. 
Jadi kesimpulannya?
Detik ini aku tidak bisa (lebih tepatnya belum bisa) menyimpulkan. Karena cinta, rasa, ataupun suka biasanya juga terpengaruh oleh waktu, dan biasanya lagi selalu bermula dari sebuah rasa penasaran. Dan rasa penasaran suatu saat juga bisa berubah menjadi cinta. Jika diibaratkan dengan sungai, rasa penasaran adalah hulu sebagai sumber dan awal mulanya, kemudian aliran yang semakin panjang dan lebar (semakin luas) bisa diumpamakan sebagai rasa suka. Dan Muara tempat semuanya berakhir adalah cinta. Tunggu sampai waktu mampu menjawab dan menerjemahkan semuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar