Kamis, Januari 23, 2014

Satu Pandangan dan satu Wajah

     Tetap pada satu pandangan. Hanya menatap satu wajah yang kala itu hadir dan kini masih membekas. Tidak mengalihkan pandangan ke arah lain, karena mata ini hanya tertuju pada satu keanggunan seorang wanita. Wanita yang begitu luar biasa, wanita yang mengisi hari dan menghiasinya dengan berbagai perasaan dan peristiwa. wanita yang membuat mata ini hanya fokus pada satu titik. Tidak ada titik lain yang terlihat kecuali yang telah di fokuskannya. Dan itu berlangsung sampai sekarang. Lebih dua tahun sudah ketika peristiwa itu terjadi, dan kini masih membekas dan belum ada pengganti. sempat mencari pelarian sementara waktu, namun kembali, bahwa hati memang tidak bisa berbohong dan tidak bisa berubah. 
      Sempat hati ini memiliki pengganti untuk beberapa waktu, tetapi tidak bisa untuk menggantikan posisi spesial yang telah dimilikinya. Beberapa kali mencoba untuk membuka mata, agar bisa membuka lembaran baru, namun lagi-lagi hanya sebuah kesia-siaan. Kembali hati ini berpaling dan satu wajah itu tetap tidak bisa terganti. Bola mata yang selalu bersinar itu seolah menjadi magnet ketika mata ini menatap. Tidak ada kata bosan untuk selalu memandang, dan tidak ada kejenuhan sedikitpun ketika melihat mata itu berkedip. Selama mungkin aku ingin selalu untuk menatapnya. Menatap wajah yang membuat hati ini menjadi damai, memperhatikan bola mata yang berkedip dan kelopak mata yang bergerak dihiasi bulu mata yang lentik. Sungguh elegan dan anggun sekali. Wajar saja tidak ada kebosanan ketika mata ini memandang semua itu.
      Ketidakberanian untuk berucap adalah kesalahan fatal yang aku lakukan. Mulut yang kelu dan terkunci saat hendak mengucap kata yang agung itu membuat semua impian yang selama ini telah terpatri menjadi sirna. Hilang sudah semuanya ketika tak ada kata yang mampu terucap. Sedikit kata yang akan bermakna sangat besar dan mengubah semua seperti yang aku harapkan, tidak pernah keluar dari mulut ini. Sangat bodoh. hasrat yang sangat besar ini gagal saat mulut tak bisa terbuka. Tidak ada keberanian. Dan tidak ada hal baru yang terjadi akibat kekeluan mulut yang sebenarnya sangat berpengaruh ini. Sedikit kata sebenarnya yang harus terucap, namun kata yang sedikit itu tak pernah terdengar dan tak pernah keluar. Kata maut yang akan berpengaruh besar dalam mengisi hari setelah ini tetap bersemayam dalam jiwa. Tak pernah mampu untuk keluar dan tetap terkurung dalam kebisuan. Mulut tetap saja bungkam meski hati ini terus bergejolak dan memaksa. terus memberontak namun sia-sia karena mulut ini tetap tidak terbuka. Seolah terjadi ketidaksepahaman antar organ tubuh dan seperti tidak terpusat saraf yang kini tengah bekerja. Semua kendali berada di luar kemampuan sel otak dan sel saraf. Hati terus memaksa namun mulut tetap dengan keteguhannya. 
      Dan kini semuanya sia-sia. Wajah anggun dan menawan itu semakin menjauh. tidak lagi memiliki respek kepada mata yang sedang memandang dengan ikhlas dan kebahagiaan ini. Begitulah, dia mulai melangkah meninggalkan. Mulai menjauh dan mencari pelabuhan hati yang tidak pengecut seperti jiwa yang hanya mampu berharap ini. Mencari yang jauh lebih tangguh dan lebih baik. Meninggalkan semua harapan besar ini dengan kegalauan hati yang kini tak terbendung. Melihat yang selama ini menjadi impian, kini telah jatuh di pelukan orang lain. Telah mendapatkan senyum dan bahagianya.
     Kini hanya ucapan selamat yang bisa diungkap dan hanya kesabaran yang bisa dan harus diperkuat ketika keberhasilan menghampiri orang lain disaat kekecewaan melanda diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar