Semuanya butuh kesabaran. Termasuk dalam satu penantian yang cukup panjang ini. Kisah ini adalah sebuah perjuangan yang penuh kesabaran ketika seorang wanita baik dan manis hadir di kehidupanku. Dia memberikan warna yang teramat cerah untuk menghiasi hidup ini. Bahkan saking cerahnya aku malah terlalu terpesona dan tidak bisa lagi untuk pindah dan melihat dunia luar lagi yang memiliki lebih banyak pilihan. Namun terlambat sudah untuk itu semua terjadi. Aku kni telah terjebak, dan aku kini telah terperangkap dalam sebuah ruang yang membuatku harus tetap bersabar menunggu hingga waktunya tiba.
Seketika aku sangat terkejut mengetahui bahwa sudah ada yang memilikinya. Dia tidak lagi sendiri. Sudah ada yang berada di sampingngnya. Namun intu bukan aku. Aku yang mengharapkan posisi itu dari lama, kini sirna sudah. Tidak ada harapan lagi. Tidak bisa berharap lagi dalam waktu dekat ini. Hanya terdiam dan terpaku mendengar kenyataan yang kini tengah terjadi. Berusaha untuk menghibur diri. Bahkan dengan mengorbankan perasaan orang lain yang tiada bersalah apa-apa. Menjadi orang egois dan tidak berperasaan seketika, mendengar kenyataan yang pahit ini.
Aku benar-benar merasa yang paling bodoh ketika itu. Begitu lamanya waktu yang tersedia untuk aku menunjukkan rasa sayangku kepadanya, begitu lebar peluang yang terbuka untukku bisa menjadi orang yang lebih baginya. Dan kini sebuah penyesalan hadir di tengah keremukan yang sedang melanda jiwa. Tawa lebar yang dulu selalu hadir kini berganti dengan kelemasan yang jelas terpampang di raut wajah. Sangat tidak indah lagi pelangi yang sedang muncul di atas langit. Sangat tidak nyaman lagi pakaian putih abu-abu untuk dikenakan hari ini.
Dan apa yang membuat wanita itu langsung berpaling? Mengapa? Jauhkah aku dari orang baru itu? Apakah aku terlalu kuat memiliki rasa ini sehingga ketika terjatuh terasa begitu sangat sakit?
Aku kini hanya berfikir di tengah hati yang sedang remuk, bahwa tuhan tidaklah sia-sia melakukan semua ini. Akan ada imbalan yang akan aku dapat setelah kejadian berat ini terjadi. Akan ada balasan lebih baik yang akan aku terima setelah ini, semoga saja. Dan aku sangat berharap akan hal itu. Suatu saat aku bisa menemukan sebuah kebahagiaan, meskipun dalam hati kecil ini masih berfikir, bahwa yang terbaik hanyalah dia dan tetaplah dia. Tidak ada yang lain lagi.
Sempat aku berfikir bahwa saat ini dia sedang khilaf dan tidak sadar apa yang telah ia lakukan. Aku berfikir ini adalah sesuatu yang berjalan di luar kendalinya. Ssuatu ayng membuatnya melakukan ini semua bukanlah kehendak hatinya. Tapi, seberapapun aku berpikir, tetap saja dia tidak lagi di sini. Dia sudah menjadi milik orang lain. Ada seseorang di sampingnya yang bersiap melindunginya kapan saja dan dari siapa saja.
Menjauh. Mungkin ini adalah salah satu caranya supaya aku bisa melupakan kenangan pahit ini. Kenangan yang aku ingin tidak pernah terjadi dalam roda kehidupanku yang penuh dengan berbagai hal yang tak terduga dan sangat tidak mudah untuk di ceritakan ini. Ya, kini aku memang harus menjauh. Akan merasa sangat sakit ketika melihatnya berada di sisi orang lain. Pengecut memang, ketika dalam hal seperti ini, ketika dalam masalah seperti ini aku menghilang dan tidak berani berada di dalamnya. Sangat pengecut sekali ketika masalah ini terjadi aku berusaha untuk mengindar dan segera melupakannya. Tidak berani menatap bahwa ini adalah sebuah pelajaran, ini adalah perjuangan yang belum selesai, dan ini adalah sebuah pengorbanan. Berkorban untuk sebuah kebahagiaan, berkorban untuk yang disayang, dan berkorban untuk diri sendiri agar tidak menyakitinya. Memberinya pilihan, membiarkannya melangkah menjauh bersama seseorang yang menurutnya lebih pantas membimbing tangan halusnya.
Semakin sulit rasanya, dan semakin sakit, ketika aku mulai menjauh dan mulai menghilang dari kehidupannya. Semakin tidak cerah hari yang kujalani, dan semakin suram saja setiap aku mencoba menatap ke depan. Aku mencoba berjalan di tengah malam yang penuh bintang terang benderang. Sangat tidak melukiskan hatiku saat itu. Sangat bertolak belakang dengan yang aku rasakan. Namun sedikit menghibur, paling tidak ada yang sedikit lebih cerah ketika aku menengadah. Mungkin Sabar adalah jalan satu-satunya yang harus aku lalui saat ini. Sambil berkeyakinan bahwa rancana tuhan selalu lebih indah dari apa yang kita harapkan.
Waktu terus berjalan dan bumi terus berputar. Kemesraan mereka semakin hari semakin luar biasa. Lebih dari cukup untuk membuat nafasku sesak dan bergetar hebat lalu kemudian melemah. Benar-benar menyiksa ketika aku menyakisikan kemesraan itu, yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Membuat aku merasa tidak ada peluang lagi dan kini tengah berusaha untuk berpaling. Sangat tidak mudah, karena daya tarik yang luar biasa itu masih terus menarikku untuk tidak segera berpindah menatap yang baru. Seolah bisikan ia berikan bahwa ini hanya sementara. Dan seolah menyuruhku untuk sedikit bersabar.
Betapa sulitnya melalui hari demi hari. Semakin hari semakin layu. Dan lukanya kian membesar. Kini tidak ada lagi semangat untuk segera melangkah ke depan. Hanya berpikir bahwa hidup ini hanya seperti air dan biarkan dia mengalir apa adanya. Hanya saja sebuah kesabaran harus tetap terpatri, karena tuhan memiliki rencana yang jauh lebih indah. Aku percaya itu, namun tetap saja melupakan semua ini adalah hal yang sulit. Belajar bersabar melalui sebuah kekecewaan adalah sesuatu yang mesti dijalankan agar menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih matang. Mungkin aku memang bukanlah yang terbaik untuknya. Tapi suatu saat kesabaran dan penantianku ini akan berbuah. Hasil yang manis akan aku dapat di akhir nanti. Baik bersamamu ataupun tidak, yang jelas aku akan tersenyum di suatu saat nanti. kebahagiaan akan menghiasi wajahku. Tetap dengan doaku bahwa dialah yang menjadi pendamping dan berada di sisiku saat menuai kebahagiaan nanti. Tuhan tahu apa yang terbaik, Tuhan tahu apa yang akan terjadi, dan Tuhan tahu apa yang harus dan sedang dilakukanNnya. Buah dari kesabaran ini adalah dirinya yang kelak akan menjadi kebahagiaan dalam hidupku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar