Selasa, Januari 28, 2014

Lemari Kenangan

Aku ingat akan almamater hitam bergaris putih yang aku tinggalkan di rumah. Tergantung dalam lemari sederhana yang keluarga kami buat sendiri dari bahan-bahan seadanya. Ketidakadaan biaya ketika itu memaksa kami memutar otak dan bekerja sedikit lebih keras untuk mendapatkan yang kami butuhkan. Termasuk lemari sederhana ini adalah salah satu bukti kesungguhan kami untuk benar-benar bisa mendapatkan apa yang sedang diperlukan. Beberapa hari lamanya, waktu yang sedikit kosong kami manfaatkan untuk mengubah kayu-kayu tak terpakai di samping rumah menjadi benda yang bermanfaat dalam jangka waktu yang cukup lama. 

Lemari itu membuatku mengingat kembali kenangan-kenangan indah akan kampung halamanku. Lemari itu adalah wujud kesederhanaan keluargaku yang saat itu tidak bisa membeli sebuah lemari mewah keluaran pabrik. Sehingga tangan-tangan sederhana yang berdebu ini berusaha untuk menjadi pabrik sendiri demi menciptakan lemari yang ketika itu sangat di butuhkan. 

Keuletan dan kesungguhan akhirnya benar-benar membuat sebuah lemari cukup megah berdiri di pojok kamarku. Hanya satu pintu dengan lebar hampir satu meter. Hasil karya aku dan ayahku kini dapat dipakai untuk keperluan penyimpanan barang-barang dan pakaian. Yang akhirnya hanya berisi pakaianku saja karena terletak di kamarku dan sudah ada lemari lain yang jauh lebih besar di ruangan depan tempat menyimpan barang-barang lain. 

Lemari buatan sendiri ini tidak di cat, hanya di beri dompol kayu agar warnanya terlihat lebih cerah, dan kayunya terasa lebih hidup. Bahkan warnanya jauh lebih mewah daripada lemari jati yang dibeli keluargaku beberapa tahun lalu.

Di lemari inilah, aku meninggalkan dua pakaian kebanggaanku sebelum berangkat menuju tanah jawa untuk melanjutkan kuliah. Sebuah almamater ketika SMA sebagai tanda kepengurusan OSIS ketika itu, sehingga kami para pemakainya sedikit disegani baik oleh siswa lain, maupun para guru. Karena dengan ini akmi 'bekerja' sebagi nakhoda bagi teman-teman dan penyalur aspirasi mereka, penuh kesibukan dalam keseharian, namun tetap dalam prestasi di bidang akademik. Dan satu lagi, Sebuah kemeja putih bersaku dan berlogo di dada kiri. Seragam SMA ku. Seragam putih yang kini telah penuh coretan berbagai macam warna dan tanda tangan. 

Dua pakaian yang tidak mungkin aku bawa merantau. Dan keduanya kini tetap tergantung indah dalam lemari sederhana yang belakangan aku ketahui bahwa penampang untuk penggantungnya ternyata berasal dari tongkat pramuka milikku yang hilang bersamaan dengan pembuatan lemari sederhana ini.

Kini aku berada di perantauan yang jauh di seberang laut. Masih lama untuk tiba waktunya aku bisa pulang kembali. Melihat lemari sederhana buatan sendiri dan melihat serta mencium isi nya. Dua pakaian yang kini tergantung indah bersama banyak kenangan yang juga begitu indah ingin aku pakai kembali dan kembali melangkah ke sekolah lamaku. Sekolah yang memberikanku banyak ari dalam hidup ini. Sekolah yang memberiku pengalaman dan sedikit kemampuan sehingga kini aku bisa melangkah bersam orang-orang hebat di perantauanku. Bersaing, berjuang, dan berusaha untuk menjadi yang terbaik, meninggalkan lawan sejauh mungkin di belakang, atau merangkul mereka untuk bisa berjuang dan bekerja sama.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar