Rabu, Januari 29, 2014

Percakapan yang Menyakitkan

Malam ini lagi-lagi percakapan panjang terjadi, lanjutan dari percakapan beberapa hari yang lalu di mulai tanpa sengaja. Dan kini, semakin hari semakin menjadi-jadi. Yang sebelumnya bagaikan manusia yang tidak saling kenal, sekarang justru sangat akrab bagaikan sudah berteman sangat lama dan sangat mengenal luar dalam, hanya karena percakapan beberapa hari terakhir ini. 

Teman semasa SMA itu hadir lagi dalam kehidupan. Setengah tahun lamanya terpisah, tanpa tahu kabar dan bagaimana keadaannya, Kini dia muncul lagi di hadapan. Dia menghadirkan senyumnya lagi dan memamerkan bola matanya yang anggun itu. Jujur, aku terpesona. Aku sangat terpikat dan sangat terpukau akan semua yang tengah aku saksikan kini. Sebuah pencahayaan yang begitu indah hadir (kembali) tepat di depanku. Seperti memberi sebuah harapan. Harapan yang sejak SMA sudah tertanam, dan tetap berada di dalam hingga seragamku penuh dengan coretan, dan kini, bahkan sampai seragam ku sudah tergantung indah dalam sebuah lemari, harapan itu masih tetap menjadi sebuah harapan yang masih tertanam. Belum muncul ke permukaan dan belum ada tanda-tanda akan terwujud seperti keinginan selama ini. Biarlah kesabaran bersama waktu yang akan terus berjuang hingga semua yang di inginkan ini tercapai.

Jujur, percakapan panjang ini sebenarnya adalah luka yang dalam untukku. Hati kecil ini ingin lebih dari sekedar percakapan semata. Rasa sakit itu menggerayangi ketika saling berjawab kata. Ada sebuah keinginan lebih yang masih tertanam. Namun keinginan tinggallah keinginan. Sesuatu yang kini sulit menjadi sebuah kenyataan dalam situasi yang serba tidak enak seperti ini. Harus memilih salah satu diantara dua pilihan sulit. Ada kendala saat ingin berkata jujur. Ada aral melintang saat hendak mengeluarkan isi hati. Membuat semua tidak bergerak sama sekali. Perasaan menjadi tak pernah terungkap dan tetap saja tidak ada jalan untuk mengeluarkannya. Jikapun sempat keluar dan muncul di permukaan, akan ada yang menjadi korban dan akan ada yang terluka. Sehingga ini yang membuat kepala ini berfikir, sebaiknya tetap tersimpan dalam jiwa tanpa seorangpun yang mengetahui. Rasa sakitnya tidak akan separah yang terjadi apabila rasa ini terungkap. Namun memendam rasa ini pun, meninggalkan sebuah bekas yang terus menerus membayang.

Lebih dari cukup untuk membuat dada menjadi sesak. Menjalani kisah dengan sebuah rahasia yang masih tersegel rapi, walaupun baunya sudah mulai keluar, namun tiada yang menyadari akan semua itu. Hanya kesia-siaan. Dan hanya ketidaktenangan dalam raga yang terus hadir selama ini. Entah mengapa percakapan ini harus hadir di tengah-tengah kesendirian yang sedang menghampiriku. Seolah keadaan tak pernah berpihak. Dan aku harus menjadi korban dan tumbal perasaan dalam masalah ini. Rasa yang aku punya tak pernah bisa terungkap. Dan dalam kenyataan aku harus melihat, seseorang menggandeng tangan lembutnya. Sementtara aku hanya memperolaeh percakapan panjang yang penuh harapan (kosong) darinya. Itu lebih menyakitkan lagi. 

Rasanya sudah tidak ada lagi kata sabar untuk hal ini. Aku ingin membuka mata. Aku ingin melihat ke sekelililng. Aku ingin tidak ada keterikatan lagi akan perasaanku. Aku ingin menentukan pilihanku. Namun hati tak perrnah bisa berbohong. Bahwa aku memiliki rasa yang besar untuk seseorang yang tangannya telah di sentuh. telah bergandengan dengan orang lain di seberang sana. Dan telah menemukan sang pangeran yang akan menjaga dan membahagiakannya. tinggallah aku sendiri menatap mentari yang muncul dan tenggelam dan di setiap pagi dan sore. Menemani kesendirianku dalam menjalani hidup.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar