Senin, November 30, 2015

Aroma Hujan

Selamat di guyur hujan mahasiswa/i Malang (maksudku mahasiswa/i yang berkuliah di kota Malang). Apakah kalian merasakan aroma hujan kali ini berbeda dengan aroma hujan yang pernah ada sebelumnya? "Yo ora to, wong hujan gak onok aromane le". Mungkin begitu kalian akan menjawabnya saat aku bertanya. Maaf, bahasa yang aku gunakan bukan bahasa biasa dan keseharian. Ini bahasa mahasiswa galau (sebut saja begitu) yang ingin sedikit berekspresi. Tidak punya kemampuan apa-apa, tidak punya kelebihan apa-apa, juga tidak rupawan apalagi bergelimang harta. Jadi hanya belajar mengolah kata agar dapat lebih dinikmati maknanya secara dalam. Asyiiiikkk.

Aroma hujan. Maksudku suasana hujan yang kali ini rasanya sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jujur saja tahun ini adalah kemarau terpanas selama keberadaanku di Malang. Setiap kali bertemu dengan pribumi Malang atau dengan mereka yang lama tinggal di Malang dan membahas masalah cuaca, selalu saja jawaban mereka memparameteri beberapa tahun lalu (kira-kira saat usiaku belum bisa untuk menghapus ingus sendiri). 

"Dulu iku Malang dingin. Gak koyok ngene iki, sekarang panas. Dulu aja jam 12 siang masih bisa liat embun jatuh." Begitu suara-suara yang mengenal Malang dari lama berkicau dalam bahasa Indonesia medok campur sari.

"Dulu gak serame ini, masih agak sepi dan gak macet." Ini nada kicauan lain dari suara di pinggir jalan di salah satu sudut jalan kota Malang yang lokasinya dekat dengan kampus (aku bertanya pada tukang parkir di depan fotocopian). Memang tempat terpadat adalah kawasan di sekitar kampus. Banyak mahasiswa perantau yang mengenyam pendidikan di sini, ditambah lagi beberapa kampus besar lokasinya juga berdekatan dan dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki.

Lalu, bagaimana aroma hujan kali ini? Sama seperti mereka, hidungku sebenarnya juga tidak punya kemampuan untuk mendeteksi aroma seperti yang baru saja kutanyakan pada beberapa orang. Hanya saja aku merasa sedikit berbeda bahwa hujan kali ini lebih memiliki Rahmat. Suasana hati terasa lebih sejuk saat hujan tiba-tiba mengguyur setelah beberapa bulan tidak bersedia singgah. Seolah hujan kali ini menyatakan bahwa aku bebas dari sekelumit masalah yang telah membuat depresi. Waau.

Jadi apa yang spesial di musim hujan kali ini? Secara nyata tidak ada (belum ada lebih tepatnya), tetapi naluriku berkumandang untuk diriku sendiri bahwa ini adalah tahun dimana aku bertemu seorang perempuan yang benar-benar mengenal Malang yang nantinya akan merasakan aroma hujan bersamaku setiap saat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar