Selasa, November 24, 2015

Doa, Semoga Amanah

Beliau nomor 3 dari kiri
Orang yang akan saya ceritakan kali ini wajahnya terpampang dalam foto di atas (juga ada saya salah satu diantaranya). Dan mendengar kabar orang yang saya maksud baru saja terpilih menjadi Gubernur BEM KM di fakultas tempatnya berkuliah sekarang. Itu setingkat Persiden BEM fakultas di kampus tempat saya menuntut ilmu kini. Tentunya perlu mengucapkan selamat secara langsung pada mahasiswa sederhana yang selalu penuh dengan keoptimisan ini. Namun sayang, akhir-akhir ini kesibukan dan jarak yang jauh membuat kami kehilangan kontak. Semenjak saya kembali berangkat ke Malang untuk melanjutkan semester 5, tidak ada lagi komunikasi yang menjembatani silaturahmi antara kami. Bahkan sampai sekarang, ketika saya mendapat kabar bahwa beliau diamanahkan untuk memimpin rekan-rekan se-fakultasnya.

Tunggu sebentar. Saya harus menyebutnya dengan sapaan 'Beliau'? Ini sangat tidak biasa dan jujur saja lidah saya seolah menolak dengan keras memberikan sapaan tersopan yang umum diberikan kepada mereka yang lebih tua usia dan pengalaman, padahal sejatinya kami seumuran. Perut saya yang awalnya normal-normal saja tiba-tiba rasanya menjadi agak mulas dan ingin ke kamar mandi ketika harus mengganti namanya dengan sapaan 'Beliau'Dan juga kocak, aib serta kegoblokan mantan Ketua I OSIS semasa kami sekolah ini saya ketahui dengan sangat detail.  Tetapi mengingat jabatan yang diembannya kini, rasanya sah-sah saja jika sapaan 'Beliau' disematkan padanya. 

Saya mengenal Beliau cukup dekat, bahkan sangat dekat mengingat beberapa inspirasi yang dulu dia hadirkan telah membuat saya bisa mewujudkan mimpi untuk kuliah di tanah jawa dan tentunya di salah satu universitas dengan nama besar di negeri ini. Sebelumnya semasa SMA kami juga terlibat di beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang sama seperti Pramuka dan OSIS, juga kami pernah sekelas ketika kelas 11 dan beliau adalah ketua kelasnya. Saat itu kami tergabung di kelas 11 IPA 1. Yah, meskipun otak saya tidak seencer otak Beliau, tetapi saya juga tidak terlalu bego untuk menerima berbagai hitungan dan rumus di jurusan IPA. 

Alhasil, bertemu dengan Beliau dan menjadi kawan dekatnya ketika itu benar-benar mengubah hidup dan tujuan saya untuk beberapa tahun ke depan. Gelap masa yang akan datang sedikit terkena biasan cahaya oleh beberapa kata mujarab yang kadang Beliau sampaikan hanya lewat candaan yang sama sekali tidak menggurui. Saya yang saat itu sudah sedikit kolaps karena jurusan IPA yang tidak sesuai dengan keinginan, perlahan mulai menampakkan senyum dan kecerahan untuk menjelajah masa depan (Amiiin). Dikenalkan Beliau pada hal-hal di luar pelajaran dan akademik sebagai motivasi. Rumus fisika yang kala itu turunannya begitu rumit dan membuat mumet kepala saya, Beliau ubah menjadi lebih gampang dan menyenangkan. Bagaimana caranya? Itulah kelebihan yang Tuhan berikan pada bujang yang kini duduk di jurusan Fisika itu.

Bagaimana dengan masalah pribadi? Jangan ditanya jika masalah itu. Beliau orang yang sangat luar biasa, seringkali mampu membedakan dan membagi waktu dengan sangat baik, menempatkan sesuatu benar-benar pada tempatnya. (Walaupun kadang sedikit misskom dengan manajemennya sendiri, :D)

Saya tidak ingin menceritakan pengalaman pribadi beliau, itu tidak baik. Saya hanya akan bicara tentang pengalaman pribadi saya tentang cinta. Mengapa di sini? Karena Beliau inilah yang secara tidak langsung telah memperkenalkan saya dengan cinta. Orang ini yang membuka mata saya bahwa ada seorang perempuan cantik berkacamata di kelas kami yang kebetulan saat itu masih sendiri. Kalian tau bukan, bagaimana rasanya jatuh cinta ketika SMA? Sulit dijelaskan dengan kata-kata, Bro.(Jangan tersenyum dan jangan munafik, kalian pun pasti pernah mengalami masa-masa jatuh cinta di dunia putih abu-abu).

Ini adalah pertama kalinya Beliau mengajarkan bahwa perjuangan itu penting dan sangat diperlukan. Meski tidak diucapkannya secara langsung, namun kala itu saya dapat memahami bahwa gerak dan sikap yang Beliau tunjukkan telah memberi dorongan agar saya terus berusaha. Meskipun pada akhirnya kisah cinta itu tidak berakhir baik (sayang sekali ya), tetapi rasanya itu semua sudah lebih dari cukup untuk mengajarkan bahwa hidup tidak semudah meminta uang jajan pada orang tua.

Lalu, sedikit tentang perempuan itu, saya agak susah untuk melupakannya, bahkan hingga saya menulis ini. Masih ada sisa-sisa ingatan yang tertinggal karena perempuan itu adalah bagian dari perjuangan yang pernah saya lakukan dulu. Bukan karena kegalauan dan tidak bisa move on seperti remaja dan ABG masa kini. Tidak, tidak seperti itu. Ada sisi lain yang membuat saya benar-benar bisa belajar dari cinta. Belajar mengikhlaskan (karena perempuan itu akhirnya malah berpacaran dengan salah satu teman dekat saya dan beliau), juga belajar untuk menerima kegagalan karena dibalik gagal yang tidak sengaja teraih  itu ada hal lain yang lebih baik yang akan menghampiri.

"Kepada kawan lama yang kini telah terpilih dan diamanahkan, selamat atas prestasimu. Semoga tetap dalam jalan yang lurus sesuai harapan orang-orang yang mendukung. Tetaplah rendah hati seperti biasa, tetaplah menjadi diri sendiri dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki." 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar