Ingatkah ketika kita dulu bersama
dalam sebuah kelas? Mereka membiarkan kita bersama, hanya kita berdua yang ada
dalam kelas ketika itu. Mereka mengerti, mereka paham akan semua yang sedang
terjadi ketika rasa itu mulai tumbuh. Semua mendukung, semua membantu dan semua
menyetujui yang terjadi ketika itu. Dukungan penuh mereka berikan untukku,
lebih tepatnya untuk kita.
Namun
dukungan mereka bukanlah sesuatu yang memudahkan, tidak ada efek yang berarti
terhadap hubungan yang tengah bergejolak ketika itu. Bukan saja sebuah rasa
yang tumbuh karena berada dalam lokasi yang sama. Namun sebuah tatapan ketika
awal dulu ternyata menjadi benih yang tak bisa hilang dan tumbuh semakin
dewasa.
Kini
mungkin hanya aku yang merasakan bahwa itu tidak lagi sekedar benih, bahkan
mungkin telah tumbuh lebih besar dari sebuah kecambah. Dan dirimu, apa yang
terjadi?? Apa yang kau rasakan?? Samakah isi dalam hati kita saat itu??
Sulit
untuk menebak dan sulit untuk mengetahui. Ketertutupan itu membuatku tidak bisa
bergerak banyak dan membuatku lebih banyak untuk terdiam ketika memandangmu
yang berjalan dengann begitu anggunnya. Oh sungguh sangat menggetarkan hati
lenggok tubuh itu. Betapa aku ingin memilikinya. Bukan skedar untuk nafsu
belaka. Tetapi aku ingin menjaga keutuhannya dan memiliki seutuhnya.
Tidak
ada yang bisa aku lakukan kecuali berharap dan terus mencoba untuk mendekati. Entah
mengapa kali ini aku terlalu ambisius untuk sebuah rasa yang bersifat ilusi
ini. Selalu saja baying keindahannya membuat seluruh urat syaraf terfokus pada
satu titik. Hanya itu, hanya sebuah titik yang begitu besar yang menjadi tempat
tercurahnya seluruh elemen yang ada dalam tubuh ini. Yang mengendalikan alam
sadar dan alam bawah sadar.
Semua
itu kini sudah menjadi kenangan. Sudah tidak bisa lagi harapan besarku untuk
menyentuh itu semua. Tidak ada lagi hak ku untuk bisa mendapatkan seperti yang
aku inginkan dulu. AKu hanya bisa tersenyum melihatmu kini yang sudah berada
dalam lindungan orang yang memang kau mau. Dan itu bukan aku. Sedikit terpaksa
memang, namun aku terus mencoba untuk memahami dan mengerti pilihan yang telah
kau ambil. Aku berusaha ikhlas, meskipun dulu kebencian sempat tertancap saat melihat
orang yang beruntung mendapatkanmu kini.
Aku
sadar, sudah tidak ada lagi gunanya untuk menyimpan kebencian yang tak ada landasan
itu. Itu adalah pilihanmu. Itulah yang menurutmu terbaik, meskipun aku merasa
ada yang lebih baik dari pilihan yang telah kau ambil. Tapi sekali lagi, aku
berusaha untuk ikhlas dan mencoba untuk menerima keputusanmu.
Kini
kenangan itu akan kusimpan, ku bungkus rapi dalam sebuah kotak yang aku ikat
dengan pita merah agr menjadi lebih indah. Suatu saat mungkin kau akan
membutuhkannya. Aku siap kapan saja untuk itu. Mmberikanmu yang terbaik, dan
membuatmu untuk selalu tersenyum.
Aku
tidak mengharapkan ini terjadi, namun ketika suatu saat nanti, kau terjatuh
tanpa ada pegangan dan tengah berada dalam kesendiriaan, berjanjilah untuk
datang padaku. Tidak ada alasan untukku akan menolakmu karena itulah yang aku
inginkan sejak dulu. HAdirlah di hadapanku dan pancarkan senyum indah itu
untukku. Hapuslah air matamu dan aku akan membuat itu adalah air mata terakhir
yang pernah kau jatuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar