Sabtu, September 30, 2017

Tersanjung

Wajah putihnya memerah, terbakar terserang garangnya mentari. Hanya saja senyumnya tetap merekah, masih menunjukkan aura, bahwa dirinyalah perempuan terbaik yang pernah disaksikan mata. 

Siapakah kelak laki-laki itu? Siapapun dia, maka kepadanya layak disematkan ucapan selamat teramat besar. Dialah yang nanti akan membuatku cemburu setengah mati.

Suratku kepada Tuhan, mengapa bukan aku saja? 

Sampai sekarang tidak kunjung mendapat jawaban.

Wahai kamu yang sedang kuperbincangkan dalam khayal. Pertama, maaf karena sering mengacuhkanmu. Tidak ada keberanianku bahkan sekedar untuk menyapa. Aku dilanda gugup setiap melihatmu.

Kedua, terima kasih telah meluangkan beberapa detikmu sekedar untuk memandangiku. Tidak apa, saat tatap kita beradu kamu berpaling. Karena aku juga melakukan hal yang sama. Terima kasih juga karena telah berpindah posisi, mendekat hingga berdiri hanya beberapa centimeter di sampingku. 

Kamu buat aku tersanjung walau tidak bicara sepatah pun kata. Ya, diammu saja membuat aku jadi tersanjung. Bagaimana jadinya jika Tuhan malah membuat kita saling jatuh cinta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar