Sebelumnya mohon maaf yang teramat besar jika ternyata ada konten dalam tulisan ini yang menyinggung. Bukan maksud seperti itu, melainkan ini hanya pertanyaan yang tidak tahu kemana harus dialamatkan. Barangkali nanti mungkin ada yang bersedia untuk menjawab, atau memperbaiki pendapat-pendapat dalam tulisan ini yang dianggap kurang tepat.
Beberapa waktu yang lalu kita cukup dihebohkan dengan pertanyaan tentang kemana lulusan mahasiswa pertanian? Ya, sebagian mereka ada yang bekerja di bank, di bidang asuransi, atau di bidang apapun yang tidak ada kaitannya langsung dengan dunia pertanian. Sebagai mahasiswa pertanian, bagi saya pertanyaan demikian tentu menjadi perhatian, apalagi saya dibesarkan di lingkungan petani.
Pertanian sering kali dianggap oleh beberapa orang sebagai bidang ilmu dengan grade terendah di antara bidang ilmu eksakta lainnya. Ini tentu tidak bisa dibenarkan begitu saja. Saya tidak setuju. Tapi hati kecil saya kadang juga harus berkata demikian melihat betapa dunia pertanian negeri ini memang masih jauh dari harapan. Dapat dilihat dari angka kemiskinan yang cukup tinggi jatuh kepada mereka dengan pekerjaan utama sebagai petani. Mungkin alasan ini yang membuat sebagian lulusan pertanian minggat dari dunianya. Dalam waktu dekat, di negeri ini bidang pertanian memang masih terlalu kecil peluangnya untuk mendapatkan masa depan cerah.
Orang-orang non pertanian boleh bertanya kemana lulusan pertanian bekerja, tentu hal serupa juga boleh dilakukan oleh orang yang berkecimpung di dunia pertanian. Saya sebagai mahasiswa pertanian tentu diperbolehkan untuk bertanya tentang bidang ilmu lainnya, kemana mereka setelah lulus.
Kembali harus saya tegaskan, bahwa tulisan ini tidak lebih dari sebuah pertanyaan akan kebingungan saya menghadapi beberapa hal. Bukan juga untuk saling melempar kesalahan. Melainkan sekedar pertayaan yang mungkin akan menjadi pikiran kita bersama dalam menjawabnya.
Sebagai contoh, saya ingin bertanya dengan pertanyaan yang kurang lebih sama, hanya saja tujuannya berbeda. Kemana lulusan Ilmu Administrasi setelah mereka lulus?
Beberapa waktu terakhir saya jadi mengerti betapa ilmu tentang administrasi ini ternyata sangat penting. Mungkin sama halnya dengan betapa pentingnya hasil-hasil pertanian untuk mengisi perut buncit mereka yang mencemooh bahwa pertanian adalah bidang ilmu terendah.
Ketika mengurus berbagai keperluan skripsi, mulai dari seminar proposal, seminar hasil, ujian skripsi (komprehensif), yudisium, hingga proses wisuda, saya merasa terbebani dengan banyaknya hal-hal yang harus diurus terkait administrasi. Jelas pengurusan itu maknanya baik, agar data-data dan segala macamnya tidak ada yang tercecer serta tidak ada kesalahan yang nantinya kan mempersulit yang bersangkutan. Akan tetapi kadang keribetannya itu justru membuat pikiran lebih stres daripada hal utama yang harusnya dilakukan. Saya sudah harus was-was dengan bagaimana ujian nanti -terlepas dari belajar atau pun tidak sebelumnya, kemudian pengurusan administrasi ini tiba-tiba ikut menambah kepanikan menjelang ujian. Bahkan persentasenya kadang-kadang lebih tinggi menyumbang tingkat kepanikan dan keribetan dibandingkan ujian itu sendiri.
Dalam pikiran saya, jika ingin melaksakan ujian, seharusnya cukup mendapat persetujuan dosen pembimbing, kemudian mendaftarkan diri. Selanjutnya segala bentuk urusan administrasi akan diselesaikan oleh pihak administrasi yang ada. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Yang akan ujian tersebut -termasuk saya juga kadang malah repot sendiri karena banyaknya administrasi yang harus diurus. Ada banyak form yang harus diisi, ada banyak kertas yang harus digunakan, kadang harus bolak balik pula, dan segala macam tetek bengek lainnya yang memusingkan, pun pengerjaannya kadang memakan waktu hingga berhari-hari. Karena sebenarnya tidak sulit, tapi ribetnya minta ampun.
Tentu dalam hal ini yang tahu bagaimana pengelolaannya dengan baik adalah mereka yang selama kuliah mendapatkan ilmu tersebut. Mereka yang tahu bagaimana kegunaan administrasi dan cara-cara jitunya supaya tidak mempersulit urusan seseorang. Tapi kemana mahasiswanya setelah mereka lulus? Mereka bagian penting sebagai jembatan untuk berbagai urusan, tetapi kenapa tidak kelihatan jejaknya? Tidak nampak betul efek dari apa yang mereka pelajari. Sama halnya dengan pendapat orang-orang non pertanian yang mengatakan, 'lulusan pertanian semakin banyak, tetapi pertanian indonesia tidak maju-maju. begitu juga dengan saya jika berpendapat. 'Banyak lulusan administrasi setiap tahunnya, tetapi tetap saja urusan-urusan perihal administrasi masih terasa mempersulit urusan yang bersangkutan.
Apakah yang sebenarnya salah? Apakah sistemnya? Apakah pemerintahnya? Apakah manusianya? Apakah teknis pengelolaannya? Apakah kampusnya? Atau apa?
Ini adalah pengalaman pribadi saya, yang mungkin beberapa orang pernah mengalami hal serupa. Tulisan ini bukan sebagai kompor pemulai pertengkaran, tetapi sebuah pertanyaan untuk pembenaran, untuk bertanya bagaimana yang sebenarnya.
Kecuali kepada mereka yang selalu meremehkan dunia pertanian. Bisa makan apa kalian tanpa hasil pertanian? Mungkin kalian bisa makan mur atau baut buatan mereka di bidang Teknik, sekalian saja kalau begitu kalian para pencemooh pertanian minta disajikan nuklir untuk makan malam. Barangkali mereka yang suka mencemooh adalah orang-orang yang tidak bisa memahami jikalau ilmu saling terkait antara satu sama lainnya.
Sejujurnya, saya tidak bisa memberi jawaban kongkrit, kemana lulusan pertanian, mengapa sebagian mahasiswa pertanian enggan bekerja di bidang pertanian. Tapi yang perlu saya tekankan, seberapa pun mulut besar kalian mencemooh bahwa pertanian adalah ilmu dengan grade terendah, tetap saja kalian tidak bisa lepas dari produk-produk pertanian. Kalian geger dengan adanya beras plastik, tapi masih saja sering merendahkan petani-petani yang telah membantu kalian mengisi perut dengan beras asli. Kalian merendahkan mahasiswanya yang secara perlahan telah membantu petani mengembangkan dunia pertanian. Mungkin secara formal beberapa lulusan pertanian tidak bekerja di bidang pertanian, akan tetapi sebagian dari mereka masih menggunakan ilmu yang pernah di dapat di bangku kuliah. Entah untuk mempercantik pekarangan rumah dengan produk dan teknik-teknik pertanian, atau dengan cara sharing tentang perkembangan pertanian. Rendah pun kalian anggap, tetap saja hidup kalian tidak bisa terlepas dari yang namanya pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar